Jumat, 30 September 2016

Jalan ...


“Jalan menuju Allah adalah jalan dimana, Adam kelelahan, Nuh mengeluh, Ibrahim dilempar kedalam api, Ismail dibentangkan untuk disembelih, Yusuf dijual dengan harga murah dan dipenjara selama beberapa tahun, Zakaria digergaji, Yahya disembelih, Ayub menderita penyakit, Daud menangis melebihi kadar semestinya, Isa berjalan sendirian, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam mendapat kefakiran dan berbagai gangguan."

Sementara kalian ingin meraihnya dengan bersantai ria dan bermain-main ?
Demi Allah, takkan bisa terjadi.

-Ibnu Qayyim Al Jauziyah-
continue reading Jalan ...

2:186

_Bagaimana menurutmu? Seharusnya lebih mana dulu yang harus dilakukan, mencintai ataukah mengenal?_

Maka, ini adalah tentang keakraban dan harapan.
Atas tanya orang-orang beriman kepada Rasulullah: “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku.”
Alih-alih menjawab dengan “faqul innii qariib” - “maka katakanlah hai Muhammad bahwa Aku adalah dekat”, Allah justru berfirman “fa'innii qarriib” - “maka sesungguhnya Aku ini dekat”.

Lihatlah.
Betapa kalimat jawaban Allah sungguh nyata, dekat, dan mesra tanpa perantara. 
Betapa Allah tak hendak membuat jarak lebar yang memisahkan antara Dia dengan hambaNya yang beriman. 
Betapa firmanNya ini menyemikan harapan pada jiwa-jiwa yang tenang.

Dan bersebab itu, betapa kita seharusnya selalu rindu atas nikmat iman yang dimanjakan, mencintaiNya. Berasal dari cinta akan bermuara pada mengenalNya. Rindu terhadap jihad untuk berdekat-dekat dengan Rabbnya.

Apa kabar hai taqwa, sudahlah kiranya engkau selalu bersamai sepanjang hayat kami?



“Aku menjawab permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepadaKu.” [Q.S. 2:186]
continue reading 2:186

Senin, 26 September 2016

la hora

Waktu tidak pernah berjalan lebih cepat atau lebih lambat. Itu hanya alibi kita. Dari awal kita sepakat bahwa sehari adalah dua puluh empat jam. Lalu satu menit adalah 60 detik. Begitu juga yang saya percaya.
Yang sebenarnya terjadi adalah bahwa kehidupan berjalan begitu cepat. Bukan waktu. Fase demi fase silih berganti tanpa membolehkan saya sedikit berleha-leha untuk mencerna dan memilih lebih cermat. Sebagai seorang penikmat hidup, ada saat-saat dimana saya ingin berlama-lama, menikmati waktu-waktu paling berharga, untuk sekedar bergeming merasakan romantisme semesta, sekedar mendengar detak jam lebih nyaring, mendengar angin, mencium aroma udara, mengintip langit dalam diam panjang, hingga membilang nada yang sumbang dalam rintik hujan.

Ah, tapi tidak. Saya harus segera bergegas.
Karena...
waktu kita sempit,
sementara banyak mimpi bersama yang menunggu untuk diwujudkan :)

Semangatttt.. Satu frekuensi, beda laga berjuang bersama!!!
continue reading la hora

Minggu, 25 September 2016

ALHAMDULILLAH

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagia pun di dunia.” (QS. Asy-Syura: 20)

Well, see? Kita hanya akan dipertemukan dengan apa yang kita cari :)

Teringat suatu kisah...
Suatu hari, Rasulallah SAW memegang pundak Abdullah bin Umar. Rasulullah SAW kemudian berpesan, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pengembara.”  Rupanya, putra Umar bin Khattab itu sangat terkesan dengan ucapan singkat Rasulallah SAW hingga dia berkata, antara lain, “Jaga nikmat hidupmu sebelum ajal menjemputmu.
Demikian pula seharusnya kita. Bukankah setiap capaian dunia hanyalah halte demi halte untuk sampai pada terminal akhir kehidupan yaitu kematian. Pada hakikatnya, manusia memang hanya musafir, hingga Ibnul Qayyim, ulama besar abad ke-12 Masehi berkata, “Manusia sejak tercipta dilahirkan untuk menjadi pengembara.” Sifat pengembara dalam diri manusia merupakan sebuah keniscayaan kehidupan sebagaimana diungkap Imam Syafii, “Bahkan seekor singa tidak akan pandai memangsa jika tidak hidup di hamparan bumi yang luas, dan anak panah tak akan menemui sasarannya bila tak pernah dilepaskan dari busurnya.” 
Sayangnya, sifat pengembaraan manusia sering membuatnya alfa dalam pengembaraannya di padang safana kehidupan. Manusia menjadi rakus dalam berburu rezeki. Manusia berpikir, rezeki adalah uang. Padahal, sebuah cinta dari orang-orang sekitar pun adalah rezeki.
Bukankah Rasulallah SAW menyebut cinta Khadijah dengan berkata, “Aku telah diberi rezeki dengan cintanya.”  Seringkali manusia tak pandai bersyukur atas karunia rezeki yang melimpah. Padahal, Allah SWT berjanji untuk memberi lebih jika seorang hamba pandai bersyukur.
Karena itulah, Ibnul Qayyim berkata, “Andai seorang hamba mendapat rezeki dunia dan seluruh isinya, kemudian dia bekata, “alhamdulillah,” niscaya pemberian Allah padanya dengan ucapan hamdallah itu akan lebih besar dari seluruh dunia dan seisinya. Mengapa? Sebab, segala kenikmatan dunia akan berakhir sementara pahala atas ucapan tahmid itu kekal hingga hari akhir.
Ulama mengatakan ada tiga konsep rezeki. Rezeki yang telah dijamin (rizqul makful), rezeki yang dibagikan (rizqul maqsum) dan rezeki yang dijanjikan (rizqul maw’ud).
Konsep rezeki pertama seperti udara yang kita hirup, angin yang berhembus, dan kenikmatan lainnya yang Allah SWT berikan tanpa usaha manusia. Pada dua konsep rezeki lainnya, manusia harus berusaha, tentu dengan cara yang halal. Itulah sebabnya Rasulallah SAW berkata, “Mencari rezeki yang halal adalah (bersifat) wajib setelah kewajiban agama (seperti shalat dan puasa).” Setelah segala kenikmatan rezeki diperoleh, manusia seharusnya berbagi.
Nasihat ringkas Ibnul Qayyim menarik untuk dikutip. Ia berkata, “Boleh jadi saat kau tertidur lelap, pintu-pintu langit tengah diketuk puluhan doa; dari orang miskin yang kau tolong; dari orang lapar yang kau beri makan; dari orang yang sedih dan telah kau hidupi, dari orang yang berjumpa denganmu dan kau berikan senyum. Karena itu jangan pernah meremehkan amal-amal kebaikan”.
continue reading ALHAMDULILLAH

Jumat, 23 September 2016

Ibu Asuh Ulat

Saat ini saya sedang menjalani peran sebagai ibu asuh dari tiga ekor ulat, emmm sejak seminggu lalu (seingat saya) saya mengadopsinya dari pohon di depan kost-an. Dan meletakkannya di gelas plastik.
Tidak, tidak.. jangan khawatir. Sejak saya memutuskan untuk menjadi wanita dewasa dan bertanggung jawab(?), saya sudah meredam kemampuan tangan dingin saya untuk bereksperimen pada asuhan-asuhan saya. Termasuk 3 ekor ulat anggur ini. Saya hanya ingin menyelamatkannya dari kemurkaan ibu kost saya yang hendak menghajarnya. Saya hanya ingin menjaganya. Memberinya makan dari dedaunan, menunggunya jadi kepompong, lalu jadi kupu-kupu. Lalu setelahnya akan saya lepaskan.
Oh iya, dia sedang banyak-banyaknya makan daun, mungkin waktu untuk menjadi kepompong sebentar lagi akan datang, ya. Sekian report pertumbuhan dari ulat asuhan saya. Mohon doanya supaya dia sehat, dan saya tidak khilaf.
continue reading Ibu Asuh Ulat

Rabu, 21 September 2016

The Living Qur'an

Pada suatu sore, tersebutlah dua orang anak manusia. Virzha (4,5 tahun), dan seorang perempuan yang baru ditemuinya pagi harinya, dan selanjutnya ia panggil Tante tersebut. Mereka terlibat percakapan yang agaknya serius sore hari itu...

***


Virzha: Kalau Allah terbuat dari apa? *dia diam sejenak, lalu menegaskan kembali keingintahuannya* Kalau setan kan dari api, kalau Allah terbuat dari apa tante?

Tante X: *pengen pura-pura matik rasanya* *mengulur-ulur waktu menjawab sambil elus-elus rambutnya*

Virzha: *Sepertinya Virzha paham dengan gelagat tante X tersebut, dia pun bilang* Besok kita cari tau lagi, ya?

Tante X: Eh? Sekarang aja cari taunya. Kalo menurut Virzha apa? *Si tante X mencoba menstimulasi cara berpikir dari bocah tersebut. (alibi sih ini -_- padahal nggak bisa jawab palingan)*

Virzha: Yang membuat bunga sama ayam?

Tante X: Benerrr.. pinter. Terus? 

Virzha: *diam* *mengerjap-kerjapkan matanya*

Tante X: Kalo Bunda bikin es krim buat Virzha, kira-kira Virzha tau es krim dibuat pake bahan-bahan apa aja nggak(?) kecuali kalo bunda ngasih tau...

Virzha: *geleng-geleng*

Tante X: Ya begitu juga penciptaan syaithan dari api, malaikat dari cahaya dan manusia dari tanah, kita tau karena diberi tau oleh yang menciptakannya, yaitu Allah. Sedangkan Allah nggak pernah kasih tau Dia sendiri terbuat dari apa, selain menjelaskan bahwa Dia ada dengan sendirinya dan Dia-lah yang menciptakan segalanya.

Virzha: Kenapa Allah nggak ngasih tau ya, Te?

Tante X: *untung sayang. Coba engga, udah masuk perut nih ini bocah karena dimakan -_- * Hehehehe. Virzha katanya punya rahasia ya kan? Tante juga nyimpen rahasia hehe. Kita manusia aja punya rahasia, masa Allah, yang nyiptain manusia gak punya. Pasti rahasia Allah lebih dahsyat daripada rahasianya Virzha dan Tante. Dan hanya orang-orang yang udah dekeettt bangeet aja kan biasanya yang tahu rahasia kita. Begitu juga Allah. Cuma orang-orang yang dekeett dan rajin berinteraksi dengan Quran kitab yang dikasih Allah aja yang bakal dikasih tau dikit-dikit rahasia Allah. Jadi kalo Virzha pengen dikasih tau rahasia Allah harus(?)

Virzha: Ngaji?

Tante X: Betolll sekalee hehe

Virzha: *angguk-angguk* Allah nggak bisa meninggal ya Tante(?) Kenapa nggak bisa meninggal?

Tante X: Kan tadi kalo kita mau tau rahasia-rahasia Allah, kita baca Qur’an ya.. Ayo kita cari jawabannya di Qur’an yah... *singkat cerita, kala itu si Tante X membaca & menyelami tafsir Al-Baqarah: 255 lalu diceritakan kembali kepada Virzha. Maafkan tante X yang masih kurang ilmu ya, Nak -_- *

Virzha: *jeda sebentar* *pegang boneka* Tante, kenapa kodoknya tante warna hijau? Nggak pink aja tante?

Tante X: (*^$*)&%#@@&() *sinyal ilang, karena gantung diri di pohon cabe*



***

Ada pelajaran baru yang saya dapatkan dalam sebuah kajian akhir pekan lalu dan kebetulan pas sekali dengan buku yang juga sedang saya baca pada pekan tersebut. Mengenai Al-Qur'an.
Dewasa ini, kita sering mendapati fenomena alam/sains, lalu kita kuatkan dengan isi pada Al-Qur'an. Padahal pola berpikir yang seperti itu agaknya kurang tepat. Pola berpikir seperti itu dapat menimbulkan kesalahan berpikir bahwa kebenaran Al-Qur'an itu relatif. Padahal kebenaran Al-Qur'an bersifat mutlak. Tak ada keraguan di dalamnya.
Semestinya jika berbicara tentang Al-Qur'an, menjadikan kita melihat bahwa kemanapun kita hadapkan wajah kita, disitulah kita melihat ayat Allah. Bukan mengait-ngaitkan Al-Qur'an agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan atau tren pemikiran. Yang demikian ini bukan kontesktual, tetapi tabrir al-waqi'.
continue reading The Living Qur'an

Selasa, 20 September 2016

Dekat dengan Orang Tua

Saya tidak ingat dengan jelas kapan saya mulai menjadi konsultan gratisan (yang tidak bersertifikasi serta abal-abal) -_- jadi mohon maafkan segala kekurangan saya.
Kemarin malam kemarinnya lagi(?), ada pesan masuk ke salah satu akun chatt saya.

“mbak monn, mbak deket sama orang tua mbak nggak sih?”

Saya jawab, “deket bingit”

Dia bales, “gimana caranya deket sama orang tua mbak? terutama ibu.”

Saya shock,”Haaaa? Kamu mau deket sama orang tua aku? Ibu aku? Mau apah? Aku nggak mau punya bapak tiriii :’( eh tapi kan kamu cewek ya(?)“ *ahh serah lu deh mon*

Dia bales. “Mbak ternyata belum sembuh ya :’( masih aja sakit kepalanya. Ibu akuuuu, bukan ibu mbak. Itu kalimatnya harusnya ada koma. Ih gitu aja jadi masalah kalo sama mbak”

Dia melanjutkan, “basically aku kan orangnya agak pemalu tapi ya nggak pendiam juga kan mbak? Sebenarnya pengen gitu bisa terbuka sama orang tua.”


Begitulah rangkuman pertanyaan pada sesi konsultasi kali ini..


***


Hmm, saya ini termasuk anak yang seperti solatip (a.k.a lengket) sama Ibu. Ini beberapa hal yang sering saya lakukan bersama Ibu saya.

1.) Mulailah berbicara. Katakan apa yang kamu inginkan, termasuk keinginan "to get closer with you, mom" gitu. Eh tapi jangan pakai bahasa inggris juga deng, nanti kasian ibu kita pakai acara buka google translate dulu hiks. Sesuaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan masuk ke hati hehe. Saya ingat, zaman dahulu kala ketika saya masih muda(?). Dalam suatu halaqoh, murabbi kami meminta kami mengirimkan pesan sayang ke ibu masing-masing. “aku sayang Ibu”, “ana uhibbuka fillah”, “love you, mama” misalnya begitu. Beberapa menit kemudian suara hening. HP sudah ditangan saya, ketik, send! Beres. Tiba-tiba teman saya ada yang bilang, 
“Ihh maluu.. nggak pernah kayak gitu sebelumnya.”
“iya nanti pasti dikiranya –ini anakku kenapa kok gini(?)- malah bikin khawatir.” tambah yang lain.

Kepala saya menoleh kesana kemari mengikuti sumber suara yang saling bersahut-sahutan, sambil menampakkan muka autis saya.

Kala itu saya berpikir, “apa cuma gw disini yang nggak normal? Kok gw biasa aja ngomong sayang ke orang tua gw. Nggak kayak temen-temen yang lain(?).”

Jadi, mungkin iya awalnya malu ketika memulai awalan bicara... tapi itu juga nanti akan luntur sendiri malunya seiring berjalannya waktu. Saya baca sebuah buku karya Fauzil Adhim, katanya, kedekatan anak dan orang tua terutama ibu akan mempengaruhi rasa percaya diri anak tersebut dan itu berimbas ke penerimaan akan dirinya sendiri oleh dia.


2.) Tulis sesuatu yang berkesan. Misalnya kasih hadiah di hari istimewanya, terus kasih tulisan "selamat blablablabla... ibu tersayang"
Saya, tipe orang yang suka kirim-kirim hadiah (murahan) ke siapa saja. Soalnya saya ingat sebuah hadist 

“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)

Termasuk ke orangtua saya, hari ibu saya kasih hadiah, ulang tahun bapak saya kasih hadiah, plesiran saya bawa hadiah pulang, ulang tahun pernikahan(?) eh yang ini saya belum pernah kasih hadiah hiks. Hadiahnya nggak worth it worth it banget kok, semampu kita aja. Asal tulus ikhlas memberinya. Mungkin bisa kamu ngisiin pulsa orang tua kamu hehe.. sederhana kan? Cuma mungkin itu akan memperdekat hubungan kita dan orangtua karena kita menunjukkan kepedulian dan rasa sayang kita ke mereka.


3.) Ikut terlibat dalam pekerjaan rumahnya. Misalnya.... Masak bareng?
Aaaa ini adalah agenda wajib saya tiap pulang kampung. Masak bareng. Ibu saya masak, saya yang ngerecokin hehe. Mainan panci, nuang garam kebanyakan. Gapapa gapapa, namanya juga belajar ya kan? *pembelaan diri sendiri*
Mencuci baju orang serumah.
Menyapu dan mengepel rumah.
Banyak yang bisa kita lakukan untuk terlibat dalam pekerjaan rumah ibu kita.

Yaa walaupun saya selalu mendapat komentar dari ibu saya sih, karena ibu saya merasa bahwa beliau lebih superior dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan rumah *tapi sepertinya ini bukan hanya perasaan, tapi memang kenyataan. Haha. Hiks*. Gapapa, harus sabar ya *curahan hati seorang anak*


4.) Jalan-jalan bareng. Iniiiii adalah kegiatan yang sering kami lakukan berempat, saya; adik; ibu dan bapak. Jalan barengnya juga nggak jauh. Paling ya makan bareng, atau belanja ke supermarket beli sabun *doang. Tapi yang beli ramean kayak mau demo hehe*


5.) Curhat. Ibu saya tau teman saya dari jaman firaun masih muda sampai curhat mau ada yang ngajak nikah *eaaakkkk mulai ngarang*.


6.) Dan mintalah pendapatnya. Selalu. Saya yakin, ridho ibu adalah bentuk representatif ridho Allah. Berusahalah meminta pendapat ibu, apalagi untuk keputusan-keputusan besar dalam hidupmu. Insya Allah berkah 😊




Yah begitulah, selamat mencoba! ^_^





continue reading Dekat dengan Orang Tua

Senin, 19 September 2016

#Brexit

Sejak mendengar hasil referendum bahwa Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa menyusul referendum dengan hasil 52% untuk berpisah dan 48% tetap bergabung. Saya jadi penasaran, apakah Brexit ini akan membuat Britania Raya terpecah hehe... dan pagi ini menemukan artikel dari Vishnu Juwono.
Jadi, amankan!!! hehe

***

Uni Eropa (UE) diinisiasi oleh Prancis dan Jerman melalui Perjanjian Roma pada 1957 untuk membentuk pasar bersama bagi keenam negara penggagas. Pembentukan UE didasari rasa trauma akan korban Perang Dunia II yang begitu besar. Argumen utama para penggagas UE adalah, dengan semakin terintegrasinya ekonomi negara-negara anggota, risiko terjadi perang antarnegara semakin kecil karena kepentingan ekonomi.

Hingga kini, sudah ada 28 negara yang tergabung dalam UE dengan total penduduk sekitar 500 juta. Inggris menjadi anggota EU pada 1973, tapi mampu menegosiasikan beberapa ketentuan. Di antaranya untuk tetap dapat menggunakan mata uangnya sendiri, pound sterling, dan tidak terikat oleh perjanjian visa Schengen.

Menghadapi pemilihan umum 2015 untuk kembali menjadi Perdana Menteri (PM) Inggris, David Cameron berupaya merangkul kelompok yang bersikap anti-UE di dalam partainya, Konservatif (Tories). Dia menjanjikan referendum digelar sebelum akhir 2017 untuk menentukan apakah Inggris bertahan atau keluar dari UE (Brexit) apabila partainya memenangi pemilihan umum secara mutlak. Saat itu, Cameron tidak yakin bahwa Tories bisa menang mutlak. Namun, di luar dugaan, Tories meraih 330 dari 650 kursi di parlemen. Akibatnya, Cameron, yang mendukung Inggris tetap berada di UE, ditekan oleh faksi Brexit di partainya untuk mengadakan referendum.

Dalam kampanye referendum, lagi-lagi Cameron tidak memperhitungkan sentimen masyarakat Inggris Raya yang sudah bergeser, terutama di luar Kota London dan Skotlandia. Akibatnya, dalam referendum pada 23 Juni lalu yang diikuti oleh lebih dari 30 juta penduduk Inggris Raya, 52 persen memilih keluar dari UE. Profesor ekonomi dari Columbia University, Jeffrey Sachs (2016), berpendapat bahwa hasil Brexit menunjukkan fenomena kemarahan kelas pekerja Inggris terhadap arus imigran yang tidak terkendali serta antipati terhadap kaum jutawan yang tinggal di London. Adapun peraih Nobel Ekonomi, Joseph Stiglitz (2016), melihat kemarahan kaum pekerja juga disebabkan oleh kesalahan dalam pengelolaan ekonomi di UE yang membuat ketimpangan ekonomi antara yang miskin dan kaya semakin lebar.

Dengan kekalahan dalam referendum UE tersebut, Cameron dipaksa mengundurkan diri dari kursi PM. Bahkan saat Menteri Dalam Negeri Theresa May maju menjadi calon tunggal PM, akhirnya Cameron mempercepat penyerahan kekuasaannya dari yang direncanakan pada Oktober menjadi pada 13 Juli lalu.

Theresa May, perdana menteri wanita kedua Inggris setelah Margaret Thatcher, bergerak cepat mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan merombak total kabinet. Walaupun mendukung kampanye Inggris bertahan di UE, May ingin menunjukkan komitmennya dengan menegaskan bahwa "Brexit adalah Brexit". Selain itu, ia mengangkat pendukung utama Brexit ke posisi di kabinet yang kelak bertanggung jawab dalam proses negosiasi keluarnya Inggris dari UE. Antara lain Boris Johnson sebagai Menteri Luar Negeri dan David Davis sebagai menteri yang menangani urusan Inggris keluar dari UE.

Implikasi langsung peristiwa Brexit bagi Indonesia masih belum terlalu terlihat. Saat David Cameron terpilih kembali sebagai perdana menteri pada 2015, hubungan bilateral Indonesia-Inggris sebenarnya sedang baik-baiknya. Cameron memilih Indonesia sebagai lokasi kunjungan luar negeri pertamanya bersama 31 pemimpin perusahaan Inggris. Salah satu agenda kunjungan tersebut adalah membahas penyediaan biaya proyek infrastruktur di Indonesia sebesar 1 miliar pound sterling.

Pemerintah Theresa May diperkirakan banyak disibukkan oleh proses negosiasi terkait dengan keluarnya Inggris dari UE, tidak seperti Cameron. Terlebih lagi Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon memperingatkan bahwa ia akan mempertimbangkan pelaksanaan referendum bagi Skotlandia untuk independen pada 2017 karena 62 persen warga Skotlandia memilih bertahan di UE. Maka, May akan disibukkan juga oleh negosiasi domestik dengan Skotlandia, dan kemungkinan besar Irlandia Utara, untuk menyelamatkan integrasi Inggris Raya.

Selain itu, peristiwa Brexit sepertinya akan menimbulkan potensi hambatan bagi perdagangan bebas melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), termasuk di Indonesia. Pada awalnya, inisiatif MEA dibangun untuk memanfaatkan potensi pasar sebesar 600 juta penduduk negara ASEAN dengan inspirasi kesuksesan UE. Dengan keluarnya Inggris dari EU, apalagi jika nanti diikuti oleh negara-negara besar Eropa lainnya, kelompok nasionalis dan proteksionis di Indonesia mendapatkan momentum untuk mendorong pemerintah menunda implementasi MEA. Dengan demikian, prediksi McKinsey (2014) bahwa MEA akan meningkatkan produksi domestik bruto negara ASEAN per tahun pada 2030 sebesar US$ 280-650 miliar akan semakin sulit terwujud.

Vishnu Juwono, Kandidat Doktor di London School of Economics and Political Science, Inggris.


continue reading #Brexit

Cara dari-Nya Mengingatkanmu

Selalu ada cara dari-Nya mengingatkanmu..

Ketika pandanganmu lama-lama terhambur tak cerah, tidak lagi menatap ke satu arah...

Ketika kakimu lama-lama melangkah melewatkan tulisan-tulisan yang sudah lama kau gantung, yang ia hanya mampu mematung...

Ketika tanganmu lama-lama lupa tak menyentuh ujung-ujung kelambu langit, karena alasan masa menghimpit...

Ketika lama-lama bibirmu tak lagi lembut berbisik, tapi malah ribut mengusik...

Selalu ada cara dari-Nya mengingatkanmu..

Seperti misalnya, tiba-tiba berdatangan kawan-kawan lama, yang ramai-ramai hendak menunjukkan padamu "Tiada teh terasa manis tanpa kau menuang gula. Tiada pohon berbuah manis tanpa baik kau merawatnya."










-19 September 2016-

Dari aku, gadis yang masih saja baru sampai tahap di depan buku.
continue reading Cara dari-Nya Mengingatkanmu

Minggu, 18 September 2016

Percaya

Sejak kecil, kita dikenalkan dengan sebuah kata ajaib yang karenanya kita rela membiarkan orang lain mengurus segala sesuatu tentang kita..

Karena ada percaya, kita pun menjadi ringan dalam mendelegasikan tugas pada rekan kerja tanpa ada keraguan

Karena ada percaya, kita pun menjadi tenang saat membiarkan orang tersayang pergi jauh dari kita tanpa ada kekhawatiran ini itu 

Karena ada percaya, kita dapat dengan santainya membiarkan orang lain membelikan kita makanan, baju atau keperluan lain tanpa ada ketakutan akan dicelakai 

Karena ada percaya, kita menjadi sangat yakin bahwa kata maaf dari seorang teman akan berujung pada penyesalan dan perubahan 

Karena ada percaya, kita dengan leluasanya dapat menceritakan segala sesuatu yang rahasia pada seseorang yang bukan keluarga kandung kita tanpa ada ketakutan terbongkarnya rahasia tersebut.. 

Namun, tahukah kau? 

Rasa percaya tak akan tumbuh dengan mudah begitu saja 

Dia butuh waktu dan pengenalan yang dalam 

Dia butuh keberanian untuk mengambil resiko dikhianati 

Dia butuh komunikasi yang terus terjaga 

Dia butuh bukti akan ketepatan janji 

karena, tak ada yang dapat menduga,, bahwa seseorang yang telah kau percaya selama ini, ternyata telah berubah 

dan kau tidak mengetahuinya 

karena kau tak menjaga komunikasi dengannya 

dan akhirnya kau tidak tahu apapun tentangnya... 

Yah, percaya bukanlah hal sepele.. 

karena lihatlah sekelilingmu saat ini.. 

krisis kepercayaan telah menyebar dimana-mana 

Jaga kepercayaan yang telah kau bangun selama ini.. 

Baik kepercayaan atas dirimu maupun atas orang sekitarmu..
continue reading Percaya

Rabu, 14 September 2016

GRADUATION AND THE STORY BEHIND (Jilid 2)

Orang bilang, masa remaja adalah masa-masa pencarian jati diri(?). Sayangnya, fase awal kuliah itu ada pada rentang usia yang orang sebut remaja (pertengahan) tadi. Padahal, jika melihat sistem kuliah, hal ini sangat berbeda dengan sistem pada jenjang sekolah kita sebelum-sebelumnya. Kuliah akan menjadikan kita berfokus pada bidang ilmu tertentu saja, tidak semua mata pelajaran ditumpahkan ke kepala kita. Untuk orang seperti saya yang malas otaknya diisi dengan banyak isi(?) sih menyukai sistem seperti di bangku kuliah ini. Hemat saya, dengan sistem seperti itu bisa paham yang sepaham-pahamnya pada satu bidang khusus (dengan tidak menampikkan bahwa jadi multitalent itu tetaplah suatu hal yang keren sih).
Dengan segala ke-istimewa-an dunia perkuliahan (read: gerbang spesifikasi ilmu yang akan kita tekuni dan siapa tahu bisa jadi salah satu jalan kita bermanfaat), penting untuk dipikir matang-matang. Namanya juga ‘gerbang’, cuy. Salah perhitungan masuk gerbang, bakal bikin repot jalan ke depan.

Apes banget memang untuk jurusan-jurusan yang tidak terlalu ‘mencolok’ di kalangan masyarakat awam, karena bisa jadi, disitu berkumpul anak-anak remaja (pertengahan) yang sebenarnya galau menentukan arah hidupnya, dan akhirnya berpikir ‘daripada gw nggak kuliah ye kan? Babeh punya biaya juga buat nguliahin.’ Atau ‘nggak apa-apa setahun disini dulu, ntar tahun depan nyoba jurusan yang gw pengen.’ Atau ‘Gw pengen nyenengin orangtua, mereka pengennya gw disini.’ Atau tipe selanjutnya ‘Gw nggak ngerti sih ini jurusan apa dan mau ngapain.’ Hmmnyehhh. Dan masih banyak lagi. Ini yang biasa kita sebut ‘salah jurusan(?)’.
Well, menurut saya pribadi sih... nggak ada yang namanya salah jurusan hehe. Saya selalu percaya bahwa yang pertama kali Allah berikan kepada saya adalah yang menurut Allah terbaik bagi saya. Maka, saya selalu belajar mencintai pemberian Allah walaupun saya saat itu masih belum paham apa rencanaNya.

We have a choice for every condition. Termasuk saat kita merasa ‘salah jurusan’, menjalaninya dengan tulus ikhlas, atau memandangnya sebagai sebuah kegagalan hidup yang lama kelamaan tanpa kita sadari akan menggerogoti hidup kita *dialog sinetron -_- *
Untuk pilihan yang kedua tersebut, imbasnya besar banget selama proses keberjalanannya. Saya banyak mendapati teman-teman saya yang memilih opsi kedua tersebut, malah seperti menghancurkan dirinya sendiri. Mulai dari nggak pernah masuk kelas, sakit psikis, sampai fisik juga kena. Dan baru saja kemarin, saya punya teman yang dia punya teman nah teman dia itu *ribet sih mon!* sudah 8 tahun kuliah hampir kena deadline drop out, dan dia memilih untuk menyerah, pulang kampung tanpa bawa ijazah. Bayangkan coba, bayangkaann *menerawang ke langit* . Karena daya juangnya minim tadi akibat menjalani hal yang menurutnya ‘enggak gw’ Astagfirullah... hmmm. Sedih ya.

Wajar memang, ketika ekspektasi *masuk jurusan X* kita tidak sesuai realita, dan akhirnya kita malah tersesat di suatu jurusan antah brantah yang tidak kita harapkan, ada perasaan menyesal di dalamnya. Dulu saya juga begitu hehe, jurusan saya ini (yang akhirnya saya jalani dengan riang gembira hingga lulus) bukan merupakan jurusan awal yang saya harapkan. Kala itu saya sibuk berandai-andai, 'andai saya rajin belajar dulu' 'andai saya mau melakukan ini itu' 'andai saya bla bla bla'. Banyak pisan euy andai-andainya waktu itu. Sampai saya sadar, oke... Ambillah pelajaran dari masa lalu, tangisilah kebodohan-kebodohan dan kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah kita lakukan di masa silam sebagai bentuk penyesalan dan pertanggungjawaban ke Allah. Tetapi jadikan tangisan itu menjadi penggerak untuk menuju iman yang lebih bersih, ibadah yang lebih khusyuk, dan amal yang lebih baik. Bukan untuk membuat kita terkungkung didalamnya. Menyibukkan diri dengan berandai-andai justru akan menjadikan jiwa rapuh dan mental sakit. Tak ada manfaatnya mengenang masa lalu dengan sibuk berandai-andai. Masa lalu tak pernah menjadi pelajaran, kecuali kita melihatnya dengan pikiran yang jernih, jiwa yang tenang, hati yang bersih, sikap yang baik, dan perasaan yang ridha dalam menerima takdir.

Sungguh, ketika kita mendapati suatu masalah, bukan masalah itu sendiri yang sebenarnya tepenting, tapi penyikapan kita terhadap masalah itulah yang lebih penting.

Disadari atau tidak, perasaan tidak mencintai dan tidak menerima dengan ikhlas jurusan yang sudah kita masuki ini akan berimbas ke kegamangan kehidupan paska kampus -_- serius deh. Masuk kuliah bingung, keluar kuliah tambah berkali-kali lipat bingungnya untuk menentukan arah. ‘Gw mau ngapain habis ini yak(?)’ Sungguh derita mana lagi kah yang kamu dustakan(?) *lhoh*
Yang cinta jurusannya saja masih banyak yang bingung ilmunya mau dibikin apa setelah lulus, apalagi yang nggak cinta mungkin banyak lagi kebimbangannya.

Maka, entah kamu remaja (pertengahan) yang kata orang masih masa pencarian jati diri tadi itu, mulailah menjadi kuat di atas kakimu sendiri. Mulailah berpikir panjang untuk setiap langkah keputusan yang kamu ambil. Saya rasa, kita sepakat deh kalau apa yang terjadi pada kita di masa depan adalah buah dari setiap keputusan dan sikap kita hari ini.
Kondisi hidup itu akan yang berubah-ubah, maka dari itu perlu dibarengi dengan perencanaan yang matang, untuk meminimalisir resiko dari setiap keputusan. Termasuk keputusan ketika memilih jurusan :)
Jikapun kita sudah berada dan terlanjur masuk ke jurusan yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita, itu tadi... kita selalu punya pilihan untuk menyikapinya. Tergantung mau pilih cara penyikapan yang mana(?)

Yuk, rencanakan masa depan sebaik mungkin.Terkadang, akan sejauh mana kita melangkah nanti biasanya ditentukan oleh sejauh mana kita sudah berpikir saat ini.


-to be continued-
continue reading GRADUATION AND THE STORY BEHIND (Jilid 2)

Selasa, 13 September 2016

The Happiness Project

I am currently reading a book titled ‘The Happiness Project’ by Gretchen Rubin, and I found something very interesting for me in its first chapter.

It said that one of the best ways to make us feel ‘something’ was by pretending like we really feel that ‘something’. Most of us think that we act based on how we feel, but in fact, we often feel because of the way we act.

Just like when we started a day with such a bad incident that made us feel annoyed all the day or we just had our mood getting worse and worse by the time, then the best way to enhance our happiness level was by acting that we were happy. Forcing ourselves to smile and laugh (even if we didn’t really want to), because those artificial smile and laughter could unconsciously bring us happier emotion.

And vice versa. If we frowned and acted like we were angry or gloomy even when we were actually happy, our mood level would decrease and we would really feel dejected.

Act the way you want to feel.



I tried that already, and trust me, it works! :D  *bukaniklanminumanotot
continue reading The Happiness Project

People

Sometimes we find people working for this worldly life and pretend to have forgotten that one day they will die and be brought to account…

Then there are others who do great deeds with the Hereafter in mind, but completely neglect their financial and familial responsibilities...
continue reading People

Sabtu, 10 September 2016

TADZKIROH (PENGINGAT)

_Ust. Musyaffa Ahmad Rahim, Lc_

Hari ini adalah hari Arafah, Arafah 9 Dzul Hijjah 1437 H
Apa yang hendak kita lakukan pada hari ini?

Untuk diingat …
Malam yang dikenal dengan Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, tidaklah kita ketahui kapan persisnya terjadi..

Berbeda dengan hari Arafah
Kita telah mengetahui jauh hari sebelumnya: kapan persisnya.
Jika pada Lailatul Qadar yang turun adalah para malaikat
Maka ketahuilah bahwa pada hari Arafah Allah SWT lah yang akan turun.

Saking mulianya hari Arafah ini, para salaf 'menabung' seluruh keperluan (hajat) khas mereka, juga keperluan (hajat) umat secara umum, ditabung untuk dibuka pada hari Arafah ini.
Yang demikian ini mereka lakukan, mengingat betapa besar nan agung kemurahan Allah SWT pada hari Arafah ini.

Juga, betapa Allah SWT akan meng-ijabah segala macam do’a yang dipanjatkan oleh para hamba-Nya pada hari Arafah ini.

Betapa banyaknya keinginan dan cita-cita aka terwujud pada hari Arafah ini!

Betapa banyaknya harapan akan terwujud pada hari Arafah ini!

Betapa banyaknya do’a akan terkabul pada hari Arafah yang penuh berkah ini.

Oleh karena itu …
Jika memungkinkan bagimu untuk berkhalwat, menyendiri, minimal pada sore hari Arafah
Dengan berdzikir, berdo’a, beristighfar dan membaca Al-Qur’an …
Maka lakukanlah.

Minimal pada sore hari Arafah, mulai dari selesai shalat Ashar, sampai maghrib.
Dorong dan ajak orang-orang di sekelilingmu untuk melakukannya.

Jangan lupa pula untuk berpuasa di hari Arafah ini, sebab Rasulullah SAW bersabda:

«... صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ ...» (رواه مسلم [1162]).

Berpuasa pada hari Arafah, saya mempunyai dugaan (keyakinan) kepada Allah SWT bahwa ia menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. (HR Muslim [1162]).

Rasulullah SAW juga bersabda:

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (رواه الترمذي [3585]، وحسنه الألباني)

Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah, dan sebaik-baik ucapkan yang aku dan para nabi sebelumku lakukan adalah ucapan: La ilaha illaLlah, wahdahu la syarika lah, lahul mulku, walahul hamdu, wahuwa ‘ala kulli syai-in qadir (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Dia Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah seluruh kerajaan, dan milik-Nya lah seluruh pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu). (HR At-Tirmidzi [3585] dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Terkait dengan terkabulnya do’a pada hari Arafah, seorang shalih berkata: “demi Allah, aku tidak berdo’a dengan suatu do’a pada hari Arafah, dan belum sampai genap satu tahun, kecuali apa yang aku pinta telah aku saksikan sebagai kenyataan seterang terbitnya fajar.

Oleh karena itu, perbaiki lah do’a untuk diri kalian, orang tua kalian, istri (suami) kalian, anak-anak kalian dan kerabat kalian.

Jangan lupa juga do’a untuk saudara-saudara kalian yang sedang berjihad untuk mendapatkan hak-hak mereka, di Palestina, di Syuria dan di belahan bumi lainnya.

Beri hak do’a kalian untuk kaum yang tertindas dan lemah, dari seluruh dunia Islam.

Jangan pula lupakan kaum muslimin yang tertekan, terintimidasi, terkerangkeng dalam jeruji tahanan orang-orang zhalim.

Siapa tahu, do’a dari seorang waliyullah (dan antum lah yang dimaksud), baik lelaki ataupun perempuan, do’a itulah yang akan mengubah sejarah umat Islam dengan kemenangan, kegembiraan, rasa aman dan tamkin … dengan seijin Allah SWT.
Berdo’alah dengan penuh kekhusyu’an dan keyakinan (kemantapan) yang sempurna kepada Allah SWT bahwa akan diijabah.

Dan akan semakin kuat lagi peluang terkabulnya jika do’a itu didahului oleh sedekah dan infak fi sabilillah serta berbagai amal shalih lainnya.
Dan orang yang benar-benar merugi, adalah mereka yang pada hari Arafah ini tidak mendapatkan apa-apa dikarenakan kelalaiannya.

Imam Al-Ghazali berkata: “Sesungguhnya, jika Allah SWT mencintai seseorang, maka Allah SWT akan mempergunakannya di waktu-waktu fadhilah (utama) dengan amal-amal yang fadhilah (utama) pula, dan pertanda bahwa seseorang tidak disukai Allah SWT adalah bahwa orang itu mengisi waktu-waktu utama dengan amal-amal yang buruk!!”. (Ihya’ Ulumiddin [1/188]).

Semoga Allah SWT senantiasa berikan kepada kita kekuatan, taufik dan hidayah untuk mengisi waktu-waktu utama dengan amal terbaik, serta menjauhkan kita dari perbuatan buruk, Aamiin.
continue reading TADZKIROH (PENGINGAT)

Bersahaja itu indah. Sederhana itu pilihan.
Bukan karna tak punya, tetapi memahami ada banyak yang menderita. Dan bahwa semua adalah milikNya, dan kita akan kembali padaNya, tanpa membawa apa-apa..
Kudus, 9 Dzulhijjah 1437H

continue reading

Jumat, 09 September 2016

Menempatkan Diri

Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita. Itu adalah hal yang ditekankan oleh salah satu organisasi yang saya tekuni semasa SMA dulu. Sebisa mungkin, untuk pemilihan ketua apapun, yang boleh menempati posisi pimpinan itu adalah kaum adam. Jujur saja, ini adalah hal yang cukup baru dan sedikit menimbulkan konflik dalam diri saya. Saat duduk di bangku SD dulu, saya pernah menjadi pemimpin di kelas *yaa walaupun ini skala pemimpin tingkat receh sih haa. Apa yang bisa seorang bocah ingusan lakukan untuk memimpin bocah ingusan lainnya(?)*. Pengalaman yang saya dapatkan sejak kecil inilah yang akhirnya membentuk kepribadian saya menjadi cukup dominan di antara teman-teman. 

Seiring berjalannya waktu, pemikiran saya soal kepemimpinan pun mulai berubah. Saya sudah mulai sepaham dengan ajaran yang diberikan di organisasi SMA saya dulu. Namun, ketika masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu kuliah, sepertinya saya harus kembali mengalami penyesuaian. Di jurusan saya yang mayoritas terdiri dari mahasiswi, mau tidak mau, untuk beberapa kepanitiaan maupun organisasi, pemimpinnya adalah seorang wanita. Walaupun di kampus, saya tidak pernah menjadi pemimpin sebuah organisasi sih, hanya sebagai pimpinan departemen saja, dan beberapa kepanitiaan saya sempat memegang jabatan menjadi seorang pemimpin. Aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan akhirnya kembali memunculkan sifat dominan dalam diri saya yang sudah sempat teredam selama di SMA dulu.
Aaa ya, saya ingat suatu momen. Kala itu saya menjadi salah satu calon ketua BEM di fakultas, dengan pasangan wakil yang juga perempuan. Sebenarnya, kala itu kami sudah menempuh jalan-jalan yang harusnya terlebih dahulu dilalui sebelum akhirnya menjadikan perempuan ikut ambil bagian dalam pencaturan kepemimpinan. Sudah :) Tapi qadarullah, memang seperti inilah yang akhirnya terjadi. Ada surat kaleng yang masuk ke saya, ya itu tadi intinya. Mempertanyakan mengenai kepemahaman saya terkait kedudukan perempuan sebagai seorang pemimpin. Apa yang saya lakukan membaca surat tersebut? Senyumin bidadari aja(?) Ada proses hingga titik tersebut yang tidak diketahui secara publik. Sudah ada beberapa jalan yang juga diupayakan.

Di akhir masa kuliah, saya, sebagaimana wanita pada umumnya, mulai memikirkan konsep pernikahan dan berkeluarga *mukelujauhmon*. Sebenarnya, sejak duduk di SMA, ibu saya sudah pernah mengingatkan akan peran seorang wanita dalam kehidupan pernikahannya nanti, yaitu bahwa wanita memiliki peran dan tugas utama sebagai seorang istri dan ibu. Itu sebabnya ketika dulu saya ingin masuk ke jurusan sosial untuk nantinya menjadi seorang wartawan (yang saya pikir kerjaannya bisa plesiran kesana kemari) –zaman itu lagi heboh kasus Mutia Hafidh yang disandera di Iraq saat sedang tugas meliput. Sama ini, film ‘My Name is Khan’ yang dua-duanya bisa di-underline bahwa jadi wartawan itu kerennn ya kaaan ya kaaan- tidak di accept oleh ibu saya. Karena hal inilah, akhirnya saya memutuskan untuk menjadi seorang biologiwan(?) dan mulai memikirkan jenjang karir yang memiliki waktu kerja yang fleksibel sehingga kelak saya bisa tetap bekerja dan memberikan manfaat untuk masyarakat tanpa perlu meninggalkan kewajiban utama saya sebagai ibu dan istri di rumah. Menurut saya, dalam sebuah pernikahan, tentulah seorang suami yang harus menjadi pemimpin utama, dan istri bertugas menjadi pendampingnya. Jadi, sudah pasti, suami saya adalah lelaki yang jauh lebih dominan dari saya.

Sejak awal merencanakan masa depan, saya sudah memiliki pemikiran bahwa setelah menikah, saya akan mengikuti apapun arahan suami saya. Intinya, rencana hidup saya ke depan, ada di tangan suami saya. Lucu ya? Saya yang sebelumnya adalah seorang wanita yang cukup dominan dalam kehidupan kemahasiswaan kini malah akan menyerahkan kehidupan saya ke depan kepada lelaki yang mungkin baru saja saya kenal *hmmnyehhh*. Saya menganggap pernikahan sebagai ibadah terbesar dalam hidup saya yang harus saya jalani dengan optimal. Dengan menikah lalu menjadi istri dan seorang ibu, insya Allah, jalan saya untuk mensyukuri kehidupan dan beribadah kepada Allah akan terbuka dengan sangat luas. Ada banyak sekali perintah Allah dan sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa istri yang baik adalah yang taat kepada suaminya. Oleh karena itu, saya meyakini bahwa untuk menjadi istri yang baik, suami dan keluarga benar-benar harus menjadi prioritas dalam hidup saya  nantinya dan itu berarti saya harus bisa mengurangi banyak sifat dominan dalam diri saya. 


Saya sama sekali tidak menyesali paradoks cara berpikir saya yang seperti itu. Menurut saya, sikap dominan yang dulu saya miliki memang dibutuhkan di masa mahasiswa dalam aktualisasi diri saya sebagai mahasiswa. Dan, nanti, saat saya sudah menjadi seorang istri dan ibu *yang entah kapan*, saya pun harus kembali mengaktualisasikan diri saya dengan cara yang berbeda. Saya sangat bersyukur memiliki ibu seperti ibu saya, yang selalu mengingatkan anak-anaknya agar kelak di saat mereka dewasa, mereka harus dapat menempatkan diri sesuai tugas dan kewajiban yang mereka miliki. Semoga Allah selalu memberkahi. Aamiin :)
continue reading Menempatkan Diri

Kamis, 08 September 2016

Pondok Baca Khatulistiwa

Rutinitas kamu baik? :)
Hidup cukup layak?
Pernah atau sedang menempuh pendidikan?

Yukk beberapa menit aja coba berfikir tentang orang lain :)

Membawa cerita dari Indonesia Timur. Backpacker Lintas Khatulistiwa, Pengajar Muda (Indonesia Mengajar), bersama bagibuku.id mengawali "Pondok Baca Khatulistiwa".

Sebuah pondok baca untuk pemberdayaan pendidikan dan informasi di Pulau Yapen, Papua. Dalam gerakan "1001 Donasi Buku Untuk Pulau Yapen" 

bagibuku.id mengundang Anda untuk berdonasi dalam bentuk :

📗 Buku bacaan sekolah dan umum
🌱 Buku pengetahuan pertanian
💵 Sumbangan dana

Donasi dapat dikirimkan ke:

🏨 Jl. Semeru II Blok GK No. 7 Bojong Gede - Bogor

Atau

🏨 Jl. Perumnas No. 5 CC RT. 08 RW. 25, Condong Catur, Depok, Kab. Sleman - DIY

Atau

Bank
Mandiri 157-00-0432-584-7 a/n Nidaul Fauziah

Khusus kawan-kawan domisili Yogyakarta, donasi bisa dititipkan melalui Koordinator bagibuku.id chapter Yogyakarta.

Deadline : 1 Oktober 2016

More info - kontak :
Desy - 0857 4128 0968
bagibuku.id - 0878 7300 5656

📷 bagibuku_id
📡 bagibuku.id



continue reading Pondok Baca Khatulistiwa

Rabu, 07 September 2016

X : Kenapa?


Y : Ha?

X : Iya... maksudku, kenapa selalu memberi tantangan yang aneh dan aku rasa itu cukup berat.

Y : Supaya bisa tahu mana yang mau berusaha.

X : Yang seperti itu kan jarang ada, yang seperti ini juga luar biasa, apalagi yang itu ahhh. Kalau dengan semua ini lalu malah memilih pergi bagaimana(?)

Y : Ya tidak apa-apa. Aku pernah belajar mengenai seleksi alam. Mungkin, ini bisa dimasukkan pada salah satu contohnya hihi. Kita harus tahu, mana yang bersabar untuk berjalan lebih jauh atau mungkin berjalan lebih cepat.

Dua gadis itu kembali terdiam, hanya duduk di bangku bawah pohon jambu itu. Menerawang ke langit. Mungkin, sedang banyak hal berjalan di kepala mereka setelah obrolan itu. Si X sedang memikirkan baik-baik kalimat si Y. Sementara si Y, mungkin sedang berpikir "Habis ini mau makan bakso ahh.. mmm pesen dua porsi seru kali ya". Mungkin. Ohh dunia -_-
continue reading

Selasa, 06 September 2016

GRADUATION AND THE STORY BEHIND (Jilid 1)

Haha, ketebak banget ya saya mau nulis apa dilihat dari judul(?)

Jadi ceritanya, saya sudah lama mendapatkan banyak request untuk sharing mengenai rencana serta dunia paska kampus (dunia yang saya juga newbie didalamnya) untuk dibikin tulisan. Rasa-rasanya request tersebut  datang dari para individu-individu galau (macem saya yang dulu *dan sekarang* haha). Sayang seribu sayang, karena kemarinan saya masih malas *tampar* dan malah sempat menutup akun blog karena sedang mencari ketenangan, belum bisa menuruti request-request yang datang itu hehe *peace*. Dan akhirnya siang ini datang hidayah untuk saya menulis hal ini, hidayahnya datang via foto-foto wisuda yang dikirim oleh teman saya sih. Saya jadi keingat ada janji yang belum saya tepati ke orang-orang yang request-request dan tanya-tanya mengenai paska kampus saya. Okeee, saya janji akan meng-istiqomah-kan diri untuk sharing mengenai hal ini yang entah akan ada berapa jilid *ikat kepala*.

Sekali lagi, tulisan ini akan berisi pandangan saya pribadi (yang nggak keren dan mengarah ke alay banget), pemaparan dan pengalaman yang saya alami. So sorry, if you have the other opinions, i will take it yours, Let's sharing together.


-To be continued-
See you on the next post 
continue reading GRADUATION AND THE STORY BEHIND (Jilid 1)

Le Petit Prince

*Jadi planet yang ketujuh adalah Bumi*
“Aku rubah,”
“Mari bermain denganku,” ajak Pangeran Cilik
“Aku tidak dapat bermain denganmu, aku belum jinak.”
“Buatku, kamu masih seorang bocah saja, yang sama dengan seratus ribu bocah lain. dan aku tidak membutuhkanmu. Kamu juga tidak membutuhkanku. Buat kamu, aku hanya seekor rubah yang sama dengan seratus ribu rubah lain. Tetapi, kalau kamu menjinakkan aku, kita akan saling membutuhkan. Kamu akan menjadi satu-satunya bagiku di dunia. Aku akan menjadi satu-satunya bagimu di dunia…”
“Aku mulai paham. Ada sekuntum bunga… Aku kira ia  telah menjinakkanku.” kata Pangeran Cilik.
“Pergilah melihat bunga-bunga mawar itu lagi. Kamu akan mengerti bahwa bungamu satu-satunya di dunia. Lalu kamu kembali kemari untuk pamit, dan aku akan menghadiahkan suatu rahasia kepadamu,” kata Rubah.
Pangeran Cilik pergi melihat bunga-bunga mawar.
“Kalian sama sekali tidak sama dengan mawarku, kalian belum apa-apa. Kalian belum dijinakkan siapapun, dan kalian belum menjinakkan siapapun.”
Bunga-bunga mawar merasa malu.
“Kalian cantik tapi hampa. Orang tidak akan mau mati demi kalian. Bunga mawarku, bagi orang sembarangan tentu mirip dengan kalian. Tapi setangkai lebih penting dari kalian semua, karena dialah yang telah kusirami. Karena dialah yang kuletakkan di bawah sungkup. Karena dialah yang kulindungi dengan penyekat. Karena dialah yang kudengar keluhannya, bualannya, atau malah kadang-kadang kebisuannya. Karena dialah mawarku.”
Lalu ia kembali ke rubah.
“Inilah rahasiaku. Sangat sederhana : hanya lewat hati kita akan bisa melihat dengan baik. Yang terpenting tidak tampak di mata,”kata rubah
“Yang terpenting tidak tampak di mata,” ulang Pangeran Cilik
“Waktu yang kamu buang untuk mawarmu, itulah yang membuatnya begitu penting. Kamu menjadi bertanggung jawab untuk selama-lamanya atas siapa yang telah kamu jinakkan….”
***
Semua orang bermula dari keterasingan. Saling tidak mengenal. Sampai akhirnya suatu perasaan -yang tidak pernah bisa dijelaskan- mengubahnya. Perasaan unik. Berbeda setiap orang. Tidak bisa dipaksakan. Semacam sebuah kecocokan, sehingga keterasingan berubah menjadi rasa nyaman.
Setiap manusia mencari siapa saja yang dapat menjinakkannya. Yang meluluhkannya. Yang menjadikannya menanti ritual. 
Itulah alasannya ketika aku bertanya seberapa lama kamu bisa menyayangi, kamu bertanya tentang “bagaimana waktu harus diukur?”, 
“adakah aku bisa mengandaikan waktu bila aku tak mampu?”
Aku menjadi tenang, sebab mengerti bahwa kamu akan bertanggung jawab untuk selama-lamanya… Selama-lamanya… atas siapa yang telah kamu jinakkan.
Itulah alasannya, ketika hati terjinakkan olehnya, dia menjadi segalanya, tidak peduli ada satu miliar lain, bahkan lebih, makhluk sejenisnya.

Dari kisah Le Petit Prince, Saint-Exupery.

- Selamat bulan September, semoga September(nya benar-benar) ceria ^_^ -
continue reading Le Petit Prince

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact