Selasa, 20 September 2016

Dekat dengan Orang Tua

Saya tidak ingat dengan jelas kapan saya mulai menjadi konsultan gratisan (yang tidak bersertifikasi serta abal-abal) -_- jadi mohon maafkan segala kekurangan saya.
Kemarin malam kemarinnya lagi(?), ada pesan masuk ke salah satu akun chatt saya.

“mbak monn, mbak deket sama orang tua mbak nggak sih?”

Saya jawab, “deket bingit”

Dia bales, “gimana caranya deket sama orang tua mbak? terutama ibu.”

Saya shock,”Haaaa? Kamu mau deket sama orang tua aku? Ibu aku? Mau apah? Aku nggak mau punya bapak tiriii :’( eh tapi kan kamu cewek ya(?)“ *ahh serah lu deh mon*

Dia bales. “Mbak ternyata belum sembuh ya :’( masih aja sakit kepalanya. Ibu akuuuu, bukan ibu mbak. Itu kalimatnya harusnya ada koma. Ih gitu aja jadi masalah kalo sama mbak”

Dia melanjutkan, “basically aku kan orangnya agak pemalu tapi ya nggak pendiam juga kan mbak? Sebenarnya pengen gitu bisa terbuka sama orang tua.”


Begitulah rangkuman pertanyaan pada sesi konsultasi kali ini..


***


Hmm, saya ini termasuk anak yang seperti solatip (a.k.a lengket) sama Ibu. Ini beberapa hal yang sering saya lakukan bersama Ibu saya.

1.) Mulailah berbicara. Katakan apa yang kamu inginkan, termasuk keinginan "to get closer with you, mom" gitu. Eh tapi jangan pakai bahasa inggris juga deng, nanti kasian ibu kita pakai acara buka google translate dulu hiks. Sesuaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan masuk ke hati hehe. Saya ingat, zaman dahulu kala ketika saya masih muda(?). Dalam suatu halaqoh, murabbi kami meminta kami mengirimkan pesan sayang ke ibu masing-masing. “aku sayang Ibu”, “ana uhibbuka fillah”, “love you, mama” misalnya begitu. Beberapa menit kemudian suara hening. HP sudah ditangan saya, ketik, send! Beres. Tiba-tiba teman saya ada yang bilang, 
“Ihh maluu.. nggak pernah kayak gitu sebelumnya.”
“iya nanti pasti dikiranya –ini anakku kenapa kok gini(?)- malah bikin khawatir.” tambah yang lain.

Kepala saya menoleh kesana kemari mengikuti sumber suara yang saling bersahut-sahutan, sambil menampakkan muka autis saya.

Kala itu saya berpikir, “apa cuma gw disini yang nggak normal? Kok gw biasa aja ngomong sayang ke orang tua gw. Nggak kayak temen-temen yang lain(?).”

Jadi, mungkin iya awalnya malu ketika memulai awalan bicara... tapi itu juga nanti akan luntur sendiri malunya seiring berjalannya waktu. Saya baca sebuah buku karya Fauzil Adhim, katanya, kedekatan anak dan orang tua terutama ibu akan mempengaruhi rasa percaya diri anak tersebut dan itu berimbas ke penerimaan akan dirinya sendiri oleh dia.


2.) Tulis sesuatu yang berkesan. Misalnya kasih hadiah di hari istimewanya, terus kasih tulisan "selamat blablablabla... ibu tersayang"
Saya, tipe orang yang suka kirim-kirim hadiah (murahan) ke siapa saja. Soalnya saya ingat sebuah hadist 

“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)

Termasuk ke orangtua saya, hari ibu saya kasih hadiah, ulang tahun bapak saya kasih hadiah, plesiran saya bawa hadiah pulang, ulang tahun pernikahan(?) eh yang ini saya belum pernah kasih hadiah hiks. Hadiahnya nggak worth it worth it banget kok, semampu kita aja. Asal tulus ikhlas memberinya. Mungkin bisa kamu ngisiin pulsa orang tua kamu hehe.. sederhana kan? Cuma mungkin itu akan memperdekat hubungan kita dan orangtua karena kita menunjukkan kepedulian dan rasa sayang kita ke mereka.


3.) Ikut terlibat dalam pekerjaan rumahnya. Misalnya.... Masak bareng?
Aaaa ini adalah agenda wajib saya tiap pulang kampung. Masak bareng. Ibu saya masak, saya yang ngerecokin hehe. Mainan panci, nuang garam kebanyakan. Gapapa gapapa, namanya juga belajar ya kan? *pembelaan diri sendiri*
Mencuci baju orang serumah.
Menyapu dan mengepel rumah.
Banyak yang bisa kita lakukan untuk terlibat dalam pekerjaan rumah ibu kita.

Yaa walaupun saya selalu mendapat komentar dari ibu saya sih, karena ibu saya merasa bahwa beliau lebih superior dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan rumah *tapi sepertinya ini bukan hanya perasaan, tapi memang kenyataan. Haha. Hiks*. Gapapa, harus sabar ya *curahan hati seorang anak*


4.) Jalan-jalan bareng. Iniiiii adalah kegiatan yang sering kami lakukan berempat, saya; adik; ibu dan bapak. Jalan barengnya juga nggak jauh. Paling ya makan bareng, atau belanja ke supermarket beli sabun *doang. Tapi yang beli ramean kayak mau demo hehe*


5.) Curhat. Ibu saya tau teman saya dari jaman firaun masih muda sampai curhat mau ada yang ngajak nikah *eaaakkkk mulai ngarang*.


6.) Dan mintalah pendapatnya. Selalu. Saya yakin, ridho ibu adalah bentuk representatif ridho Allah. Berusahalah meminta pendapat ibu, apalagi untuk keputusan-keputusan besar dalam hidupmu. Insya Allah berkah 😊




Yah begitulah, selamat mencoba! ^_^





0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact