Rabu, 08 Maret 2017

Gratitude


"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air.’’ (QS Adz Dzaariyaat:15).


Beberapa waktu lalu, seorang sahabat mengatakan kepada saya di tengah-tengah obrolan kami yang cukup serius membahas mengenai dunia ini *lagak gue selangit yee pake mikirin dunia segala, sendirinya aja belum bener wakakak*. "Cari guru yang bisa dijadikan guru ya, Ceu. Belajar Al-Qur'an nggak bisa sendiri. Harus ada yang 'membacakan', Ceu."


Hiks... sontak saya yang cengceremen ini langsung terdiam membeku. Selama ini saya rasa, saya belum sampai pada tahap mentadabburi Al-Qur'an. Saya hanya membacanya, berikut artinya, tentang pengamalan di kehidupan... duehh tauk deh kemana-mana kayaknya. Padahal, seharusnya jika kita ingin mendapat keberkahan dari Al-Qur'an itu sendiri kita harus belajar, mempelajari, dan mengambil pelajaran dari Al Qur’an. Sehingga untuk mendapatkan sari pati kandungan Al Qur’an harus dilakukan tadabbur yang mendalam.


Maka sekarang, sepertinya saya sudah harus merubah pola belajar Al-Qur'an. Targetnya bukan lagi berapa bulan sekali harus khatam beserta artinya, tapi jadi berapa bulan sekali harus khatam serta mentadabburinya (kita memikirkan makna ayat-ayat Al-Qu’ran, apa yang ditunjukkannya, rahasia serta berita yang terdapat dari ayat-ayat tersebut, sehingga kita dapat mendapatkan manfaat berupa hidayah, rasa takut kepada Allah, dan ibadah kepada Nya, dan kita tahu apa yang harus kita lakukan dan apa yang kita tinggalkan dari perbuatan, perkataan, interaksi sosial, dan yang lainnya)


Tadi malam, saya sampai pada ayat yang saya tulis di awal tulisan ini. Setelah saya 'mencari tahu'. Ternyata deskripsi surga yang seperti taman yang dipenuhi berbagai tanaman ini di masa kekhilafahan Islam banyak mempengaruhi tata kotanya lho...


Sejak abad pertama hijriyah (gambarannya 1 Hijriyah sama dengan 622 masehi), masyarakat Islam sudah mulai menghadirkan taman dan kebun di lingkungannya. Dimana di Eropa sanitasi saja belum beres kala itu (berdasarkan dari baca sejarahnya.. masyarakat Eropa dulu nggak perhatian sama sanitasi.. mereka kalau mau buang air besar itu ya cuma bikin lubang dari lantai atas rumahnya... terus ya udah buang aja gitu. jadi kalau ada yang pas lewat dibawahnya.. yaa.. wassalam! Hihi).


Okey.. lanjott lagi
AM Watson dalam tulisannya "Agricultural Innovation in the Early Islamic World" mengungkapkan betapa banyaknya taman dan kebun yang dibangun di kota-kota Islam pada masa keemasannya. Masya Allah nggak tanggung-tanggung yaa. Satu kota saja bisa puluhan ribu taman dibangun.. (duh Bandung dengan taman-taman tematik segitu aja kita udah suka banget kannn... *kita? lo aja keleus!* *terdengar suara menggema di udara* apalagi di kekhilafahan Islam 😍). Pantes yaa... duta besar Kerajaan Bizantium yang tiba di Baghdad awal abad ke-10 dibuat terpesona dengan indahnya taman dan kebun. 


Jadi ya.. kalau sekarang umat Islam itu digambarkan hidup dipemukiman kumuh dsb itu karena Islamnya belum dibuat real di kehidupan... jadi belum nampak rahmatanlil'alamin -nya
Allah kan yang bilang Islam itu pedoman hidup.. sistem kehidupan..


Di masa kekhilafahan Islam taman yang jumlahnya sampai puluhan ribu dalam satu kota itu nggak hanya dibuat agar photoable.. atau Instgramable yak istilah kekiniannya hehe.. Tapi justru berfungsi sebagai tempat bertafakur dengan alam. Itu kenapa taman-taman biasanya dilengkapi dengan banyak tempat duduk. Seniman dan para penyair juga banyak terinspirasi dari gemercik air dan bunga-bunga yang indah ada di taman-taman *sotoy lagi*. Masya Allah.. indah banget ya ngebayanginnya...


Jadi, sebenernya kalau ada muslim yang rada-rada paranoid kalau diterapin Islam Kaffah.. itu cuma karena mungkin kurang banyak bacaannya (kayak saya ini. hiks)... dan tanda-tanda memang perlu banget nambah ngajinya (kayak saya ini lagi. hiks).
Islam itu nggak sekedar tentang ibadah tapi justru ideologi hidup.. sistem hidup..

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact