Rabu, 29 Juni 2016

Period?


Hayoooo siapa yang takut datang masa period waktu Ramadhan karena nganggep nggak bakal bisa party all night with malaikat??? Akuuuuu akuuuu akuuuu.
Mana ditambah lagi target tilawah belum kelar udah tinggal beberapa hari menjelang perginya bulan Ramadhan gini, hahaha. Fix, kelar hidup lo. *nangis dibawah shower kamar mandi*

Eh tapi tapi... Period itu sebuah anugerah dari Allah lhoh, nggak boleh disedih-sedihin. Coba bayangin kalo period nggak dateng. Wadohhh bisa berabe kan? Heboh rempong acak adut deh... iya kan.

Banyak perempuan yang sedih saat haid di bulan Ramadhan. Seakan-akan hal tersebut adalah penghalang seseorang perempuan dekat dengan Allah. Padahal, haid adalah sebuah anugerah. Ia bukti kalau sistem reproduksi kita berjalan dengan baik. Bukannya seharusnya kita bersyukur?

Terus ibadahnya gimana? Sedih tauk...

Islam ini agama yang paling bikin saya jatuh cinta emang. Dalam kondisi apapun, kita selalu dikasih kesempatan untuk bisa beribadah dekat dengan Allah. Karena ternyata saat menstruasi pun, sangat banyak amalan yang dapat kita lakukan. Jadi, gak ada alasan lagi, momen bulanan ini menjauhkan kita dari Allah.

Apa aja tuh?

Pertama, bersedekah. Sedekah ini banyak macamnya, bisa materi dan non materi. Ketika kita sedang berhalangan, kita bisa banget tuh menyumbangkan sebagian materi kita untuk menyediakan ta’jil atau makanan atau bisa juga dengan menyumbangkan tenaga kita membantu menyiapkan sahur ataupun buka puasa. Atau kalau kamu punya senyum kayak bintamg iklan pasta gigi, tebar-tebar dah tuh senyumnya hehe.

Kedua, Memperbanyak dzikir. QS. Al-Ahzaab : 41-42

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut Nama) Allah dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” 

Nah.. walau kita lagi nggak sholat dan puasa, tapi tetepkan harus deket terus sama Allah.. salah satunya dengan dzikir. Contohnya ibu saya, sambil memasak beliau dzikir, menyapu dzikir, sampe-sampe nonton uttaran juga sambil dzikir -,- 

Ketiga, menghadiri majelis ta’lim… nah pas bulan puasa ini, biasanya banyaaak banget acara kajian-kajian keagamaan. Bisa tuh dateng ke majelis tersebut buat meng-upgrade iman serta pengetahuan kita.

Keempat, membaca buku-buku agama. kegiatan ini juga untuk meng-upgrade pengetahuan kita tentang agama Islam. inget ya, “ilmu itu tidak didapatkan kecuali kita meluangkan waktu”

Kelima, mendengarkan Al-Qur’an. Yang lagi halangan, kalau misalnya ingin tetap menjaga hafalan ataupun tidak ingin jauh dari Al-Qur'an, kita bisa mendengarkan murotal al-quran. Bisa kita dengerin pas dijalan sambil pakai headset atau jadi playlist di laptop kita sambil ngerjain tugas biar tambah barokah gitu tugasnya hehe..

Keenam, mengahafal dan memurojaah Al-Quran. Untuk amalan ini, memang banyak perbedaan pendapat di antara ulama. Namun, Ibnu Taimiyyah dan sebagian ulama Mazhab Maliki berpendapat bahwa wanita yang sedang haid boleh menyentuh mushaf Alquran jika dalam keadaan mendesak, seperti untuk menghafal agar tidak lupa atau untuk belajar. 

Ketujuh, perbanyak sholawat kepada nabi. dalam Alquran surah al-Ahzab [33] ayat 56 

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Daaan the last but not least… perbanyak doa terutama di waktu-waktu mustajab, misalnya diantara iqomah dan adzan. Semoga doa yang dipanjatkan dapat terkabul sesuai dengan H.R. At-Tirmidzi “Doa yang tidak mungkin tertolak adalah ketika antara adzan dan iqamah” apalagi ini bulan suci Ramadhan, mumpung-mumpung nih buat kencengin doa. Eh ngomong-ngomong kamu mau doa apa? Doa jodoh biar lebaran nggak sendirian banget? HAHAHA...nyebur empang aja sono -,-

Nah itu dia amalan-amalan yang bisa kita lakukan ketika berhalangan di bulan suci Ramadhan. Semoga dengan melakukan amalan tersebut semangat kita mencari pahala dan ampunan di bulan Ramadhan terus meningkat! 
Jadi, Period? No worries, sholihah!!! Yeayyyy
continue reading Period?

Selasa, 28 Juni 2016

Rumah

Ada dua orang wanita berpakaian santai membawa 3 lembar kertas dan perekam suara datang menghampiri saya yang sedang duduk santai di trotoar menunggu bis di depan sebuah kampus di Jogja. Memperkenalkan diri sebagai mahasiswa, lalu segera memasang wajah memelas agar saya mau jadi respondennya.

Dia bertanya, dimana tempat paling membuat nyaman?

Saya jawab rumah.

Dia tanya lagi, alasannya?

Saya jawab, karena di rumah banyak makanan.

Dia ketawa.

Merasa jawaban saya tidak memuaskan, dia tanya lagi, selain itu?

Saya jawab, karena atmosfernya ngangenin.

Dia angguk-angguk. Bersiap ke pertanyaan berikutnya, sebenarnya apa arti kenyamanan itu?

Saya jawab, nyaman itu saat kamu bisa tampil apa adanya dan lingkungan menerima sebusuk-busuknya kamu. Disitulah saat kamu jadi dirimu sendiri secara sempurna.

Seketika ingat rumah. 

Oya, sebelumnya dia tanya usia, saya jawab 23. Dia sedikit tidak percaya. Mungkin dia pikir saya 28 tahun.
continue reading Rumah

Sabtu, 25 Juni 2016

Syar'i atau Potensi?

Kajian WOMAN 4 kali ini temanya oke bingit... emmm sebenernya selalu oke sih hehe *perezzz banget gue*. Tentang "Syar’i atau Potensi?"
Notulensinya? Check this out. Emang agak panjang *senyum dan kedip-kedip*. Yang sabar... namanya juga berakit-rakit ke hulu berenang-renang di empang #lhoh.
Ini sebenernya nulis notulensinya biar saya selalu ingat sih. Semoga bermanfaat...


***

Sebelum masuk pada bahasan yang lebih jauh. Mari kita pahami dulu, tidak syar’i dan tidak syari’at. Samakah keduanya?

Aaa ternyata beda lhoh. Tidak syari’at berarti melanggar hukum-hukum Allah. Berkaitan dengan haram dan halal. Berkaitan dengan dosa-dosa besar. Misalnya membunuh, tidak berhijab, atau berzina. Sedangkan syar’i lebih pada kesempurnaan melaksanaan syariat. Syar’i adalah bentuk kehati-hatian seorang muslim dalam menjalankan syari’at Islam. Misalnya, menjulurkan jilbab hingga menutupi dada, tidak menampilkan lekuk tubuh, atau menggunakan manset.

Nah, untuk menjadi seorang muslim yang syar’i alias sempurna kefahamannya dalam ber-Islam, tak semudah membalikkan telapak tangan. Semuanya butuh proses, butuh waktu, dan butuh lingkungan yang mendukung.

Ingat kisah Rasulullah dan seorang yang membunuh, berzina, dan mencuri? Begini kisahnya,

Suatu hari, ada seorang pemuda yang datang pada Rasulullah, ia mengakui semua dosa-dosanya,
“Ya Rasulullah, aku telah membunuh, berzinah, dan mencuri, apakah Allah akan mengampuni dosa-dosaku?”
Kira-kira apa jawaban Rasulullah? Apakah beliau langsung membentaknya dan mengatakan kamu tidak pantas mendapat Surga Allah? Atau langsung menceramahi pemuda tersebut habis-habisan?
Rasululullah menjawab, “Baik, besok-besok jangan mencuri lagi ya”
Beberapa waktu kemudian pemuda tersebut datang kembali, “Ya Rasulullah aku sudah tidak mencuri.”
Rasulullah berkata, “Baik, besok-besok jangan berzinah lagi ya.”
Beberapa waktu kemudian pemuda tersebut datang kembali, “Ya Rasulullah aku sudah tidak berzinah.”
Rasulullah berkata, “Baik, besok-besok jangan membunuh lagi ya.”
Beberapa waktu kemudian pemuda tersebut datang kembali, “Ya Rasulullah aku sudah tidak membunuh.”
Begitulah akhirnya pemuda tersebut dapat menjadi muslim yang baik. Hari ini kita sadar, bahwa kita tidak bisa menuntut kefahaman seseorang sama seperti kita, atau langsung sesuai Al-Quran dan Hadits. Tapi semuanya butuh proses.

“Sampaikan lah dariku walau satu ayat” (Bukhari-Muslim).

Pasti tidak asing dengan hadits tersebut. Begitulah Islam, Allah dan Rasululullah tidak menuntut seseorang menyampaikan kebaikan dalam keadaan sempurna. Karena kita tidak akan tahu apakah waktu kita cukup untuk itu.

Dakwah tidak harus menunggu syar’i. Namun, setiap saat kita mengetahui ilmu baru, kita harus menyebarluaskannya pada orang lain walau satu ayat.

Nah nah nah...

kita sepakat bahwa pemahaman dan pembelajaran setiap orang sama seperti kita sekolah. Levelnya beda-beda. Tiap orang memiliki levelnya masing-masing. Anggap saja level itu bernama A, B, C, D, hingga Z.

Terkadang, mereka yang pemahamannya sudah di B, tidak adil melihat mereka yang masih di D mengajak orang lain untuk sama seperti mereka. Misalnya, di negeri kita saat ini fashion hijab sedang banyak digemari kaum muslimah *Alhamdulillah, terlepas dari itu hanya trend atau niat untuk menjalankan syari'at Allah*, sejurus dengan itu... muncul pula banyak sosok fashion designer muslimah. Memang, tidak semuanya menawarkan fashion syar'i. Bahkan Fashion designer muslimah yang viral di negeri ini yang mem-booming-kan pertamakali fashion hijab pun karya-karya fashion yang dihasilkan mungkin pemahamannya memang belum sepurna dalam berhijab. Kerudungnya belum syar’i dan masih tabarruj. Kita anggap misalnya saja ia berada di level D. Namun, dengan karya dan prestasinya, dengan gaya dakwahnya sendiri, ia mampu mengajak orang-orang yang pemahamannya masih di level J,K, L untuk setidaknya sama dengan level D.

Semoga dalam prosesnya nanti, ia semakin meningkat pemahamannya, menjadi C bahkan B sehingga dapat mengajak banyak orang lain menjadi seperti dirinya. Nah, sekarang bagaimana dengan kita (aku sih lebih tepatnya)?

Apa yang sudah kita lakukan untuk mengajak orang lain pada kebaikan? Jika memang kita sudah memiliki kefahaman yang baik dalam ber-Islam, sekarang lah saatnya untuk memiliki karya, prestasi, pengaruh, agar dapat mengajak orang lain sama pemahamannya dengan kita.

Jika hari ini kita telah memiliki kefahaman yang baik, tetapi dari kemampuan dan prestasi belum ada. Maka berjuang lah untuk bisa seberpengaruh si fashion designer tadi misalnya. Sehingga kita bisa mengajak orang lain ke level yang lebih tinggi.

Mari kita belajar dari Aisyah yang sangat terkenal cerdas. Beliau perempuan yang meriwayatkan hadits paling banyak. Dari 1200 hadits yang diriwayatkan Bukhari-Muslim, lebih dari 290 diriwayatkan oleh Aisyah, hampir seperempatnya bukan?

Bukan hanya meriwayatkan, tapi juga mengajarkan pada muslimah lainnya. Aisyah senang belajar, berprestasi, pandai membaca, meluruskan pendapat sahabat-sahabat yang salah, ahli ilmu fiqh, dan kedokteran.

Bahkan ikut ke medan berperang walau hanya membantu menyiapkan air dan mengobati pasukan muslim yang terbuka. Intinya, Aisyah ingin terus berkontribusi untuk Islam, gak mau hanya diam di rumah.

Mari kita menjadi se-Out standing Aisyah! Terus belajar, berkarya, dan berprestasi.

Hal penting yang harus kita ingat juga, ialah jangan sampai level kefahaman kita yang berbeda, A,B,C, D, hingga Z memecah belah umat Islam. Padahal tiap muslim dan muslim lainnya bersaudara.


Ingat kisah Abuzar Alghifari dan seorang pembunuh, pada zaman Umar bin Khattab?

Suatu hari ada seorang pemuda yang menuntut hukuman kisas, atas kematian ayahnya. Pembunuh tersebut menyanggupi hukuman mati tersebut. Namun, ia meminta waktu tiga hari untuk menyelesaikan urusan keluarganya dahulu.
Umar bin Khattab lalu berlata “Siapa yang akan menjaminmu?”
Karena dengan mudah, pembunuh tersebut dapat kabur dari hukuman mati tersebut. Saat itu suasana hening, semuanya saling pandang. Tidak ada yang mau menjadi penjamin pemuda tersebut.
Namun, tiba-tiba Abuzar Alghifari mengangkat tangan dan berkata, “Saya yang akan menjadi penjaminnya.” Padahal ia tidak mengenal sama sekali pembuhuh itu.
Tiga hari berlalu. Prosesi hukuman mati telah disiapkan. Hari beranjak sore, tetapi pembunuh tersebut belum juga datang. Abuzar sudah bersiap menghadapai kematiannya. Namun, di detik-detik terakhir kepalanya akan dipenggal pembunuh tersebut datang.
“Apa yang membuat kamu datang hari ini? Padahal kamu bisa kabur kemana pun kamu mau. Aku tidak mengirimkanmu polisi atau mata-mata bukan?” Tanya Umar bin Khattab.
Pembunuh tersebut menjawab, “Aku tidak mau ada orang yang berkata, ketika seorang muslim berjanji namun dia tidak menepatinya. Jadi aku kembali”
Lalu Umar bertanya pada Abuzar “apa yang membuat kamu mau menjamin orang itu?”
Ia menjawab, “Aku melihat seorang muslim yang butuh pertolongan. Dan aku tidak mau melihat siapa pun mengatakan, jika seorang muslim sedang butuh pertolongan, namun tidak ada satu orang pun yang menolongnya, jadi aku bersedia menjadi penjamin baginya.”
Lalu pemuda yang menuntut hukuman kisas berkata, “Ketika ada orang-orang seperti ini, bagaimana mungkin seorang muslim meminta ampunan, tapi tidak ada seorang pun yang mau mengampuninya.”
Akhirnya pembunuh tersebut diampuni, dan bebas dari hukuman mati. Lihat, Islam begitu indah bukan? Sebesar itu usaha ketiga pemuda tersebut menjaga harga diri Agama Islam.

Pun harusnya kita melakukan hal yang sama. Sesama muslim harus saling menyayangi, menghormati, dan menghargai.

Pada akhirnya, bukan bagaimana kita memusnahkan mereka yang pemahamannya masih di bawah. Namun, bagaimana membuat mereka yang sudah hebat, menjadi lebih hebat lagi. Dan bagaimana caranya membuat pribadi kita yang sudah paham, menjadi se-outstanding mereka. Sehingga pengaruh kita bisa sama dengan mereka.

Jadi pertanyaan Syar’i atau potensi, bukan salah satunya. Melainkan keduanya, bagaimana kita melejitkan potensi kita namun tetap syar’i. Percayalah, saat pemahaman kita terus meningkat, dengan sendirinya kita akan memaksa diri kita untuk meninggalkan hal-hal yang tidak syar’i.

Dan percayalah, ketika jalan kita merasa tertutup karena mengikuti aturan Allah, Ia akan bukakan jalan lain yang lebih indah dari rencana kita. Jadi selamat berkarya, berprestasi, dan melejitkan potensi kita ^^
continue reading Syar'i atau Potensi?

Kamis, 23 Juni 2016

Membangun Manusia sebelum Membangun Apapun

SETELAH SUSAH PAYAH DIBANGUN SELAMA 100 TAHUN, TEMBOK CHINA TIDAK BERGUNA SAMA SEKALI SEBAGAI "PERTAHANAN NEGARA"

Ketika orang-orang Tiongkok zaman kuno dulu ingin hidup dalam kondisi aman, mereka membangun Tembok China yang sangat besar. Mereka berkeyakinan tidak akan ada orang yang sanggup menerobosnya karena tinggi sekali. Akan tetapi…, 100 tahun pertama setelah tembok selesai dibangun, Tiongkok terlibat tiga kali perperangan besar. 
Pada setiap kali perperangan, Angkatan Darat musuh tidak butuh menghancurkan tembok atau memanjatnya untuk menerobos masuk.

Tapi cukup bagi mereka setiap kali perang menyogok penjaga pintu gerbang, kemudian mereka masuk melalui pintu.

Perhatian orang Tiongkok di zaman itu disibukkan dengan pembangunan tembok, tapi mereka lupa membangun manusia. Membangun manusia seharusnya dilakukan sebelum membangun apapun. Dan itulah yang dibutuhkan oleh bangsa ini sekarang.

Ada sebuah pendapat yang mengatakan  bahwa apabila anda ingin menghancurkan peradaban sebuah bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya:

*1. Hancurkan tatanan keluarga.*
*2. Hancurkan pendidikan.*
*3. Hancurkan keteladanan dari orang-orang yang jadi panutan dan ulama.*

1. Untuk menghancurkan keluarga caranya dengan mengikis peranan ibu-ibu disibukan dengan dunia luar, menyerahkan urusan rumah tangga kepada pembantu.

Jadikan mereka (Ibu) malu menjalani peran sebagai ibu rumah tangga. Bangga menjadi wanita karir, dengan dalih emansipasi.

2. Untuk menghancurkan pendidikan caranya; jangan jadikan para pendidik sebagai orang yang penting dalam masyarakat. Kurangi penghargaan terhadap mereka, alihkan perhatian mereka sebagai pendidik dengan berbagai kewajiban administratif, dengan tujuan materi semata, hingga mereka abai terhadap fungsi utama sebagai pendidik hingga para pelajar meremehkannya.

3. Untuk menghancurkan keteladanan rusak akhlak para ulama, para pemimpin agama dan orang-orang yang ditokohkan dalam masyarakat, dengan melibatkan mereka dalam politik praktis, yang berorientasi materi dan jabatan. Hingga tidak ada lagi orang pintar yang patut dipercayai. Tidak ada orang yang mendengarkan perkataannya, apalagi meneladani perbuatan dan sifatnya.

Apabila ibu-ibu rumah tangga yang punya kesadaran sudah hilang, para guru yang ikhlas lenyap, dan para ulama/pemimpin agama/ panutan sudah sirna, maka siapa lagi yang akan mendidik generasi dengan nilai-nilai luhur?? Itulah awal kehancuran yang sesungguh sungguhnya.

Saat itulah kehancuran bangsa akan terjadi sekalipun tubuhnya dibungkus oleh pakaian mewah, bangunan fisik yang berkembang pesat, bernaung di bangunan nan megah dan dibawa dengan kendaraan yang super mewah. Semuanya tak akan berarti apa apa, rapuh dan lemah.

Referensi:
Jared M. Diamond-Guns, Germs and Steel-W. W. Norton & Company (1999).pdf

(Jarred Diamond, penulis yang memperoleh penghargaan pulitzer, dalam sebuah pidatonya Jarred pernah mengatakan bahwa negara seperti: _Indonesia, Columbia dan Philipina,_ merupakan beberapa peradaban yang sebentar lagi akan punah)

Semoga bermanfaat.... 🙏🏼😊
continue reading Membangun Manusia sebelum Membangun Apapun

Selasa, 21 Juni 2016

AYAH - Karya Irfan Hamka

Ketika dalam sebuah acara Buya Hamka dan istri beliau diundang, mendadak sang pembawa acara meminta istri Buya untuk naik panggung. Asumsinya, istri seorang penceramah hebat pastilah pula sama hebatnya.

Naiklah sang istri, namun ia hanya bicara pendek. “Saya bukanlah penceramah, saya hanyalah tukang masaknya sang Penceramah.” Lantas beliau pun turun panggung.

Dan berikut adalah penuturan Irfan, putra Buya, yang menuturkan bagaimana Buya sepeninggal istrinya atau Ummi Irfan.

“Setelah aku perhatikan bagaimana Ayah mengatasi duka lara sepeninggal Ummi, baru aku mulai bisa menyimak. Bila sedang sendiri, Ayah selalu kudengar bersenandung dengan suara yang hampir tidak terdengar. Menyenandungkan ‘kaba’. Jika tidak Ayah menghabiskan 5-6 jam hanya untuk membaca Al Quran.

Dalam kuatnya Ayah membaca Al Quran, suatu kali pernah aku tanyakan.

“Ayah, kuat sekali Ayah membaca Al Quran?”tanyaku kepada ayah.

“Kau tahu, Irfan. Ayah dan Ummi telah berpuluh-puluh tahun lamanya hidup bersama. Tidak mudah bagi Ayah melupakan kebaikan Ummi. Itulah sebabnya bila datang ingatan Ayah terhadap Ummi, Ayah mengenangnya dengan bersenandung. Namun, bila ingatan Ayah kepada Ummi itu muncul begitu kuat, Ayah lalu segera mengambil air wudhu. Ayah shalat Taubat dua rakaat. Kemudian Ayah mengaji. Ayah berupaya mengalihkannya dan memusatkan pikiran dan kecintaan Ayah semata-mata kepada Allah,” jawab Ayah.

“Mengapa Ayah sampai harus melakukan shalat Taubat?” tanyaku lagi.

“Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah. Itulah mengapa Ayah shalat Taubat terlebih dahulu,” jawab Ayah lagi. [Ayah – Irfan Hamka (hal 212-213)] 
continue reading AYAH - Karya Irfan Hamka

Perempuan Hebat tidak pernah hanya memikirkan tentang dirinya sendiri. Kadang, Ia menjadi hebat justru karena kepedulian untuk memperjuangkan hak orang lain.

Bersyukur atas apa yang kita miliki sambil tetap berjuang untuk apa yang kita dambakan.
Perjuangkan apa yang harus diperjuangkan...
Gunakan dialektika sesama, saring yang benar untuk dilakukan, dan buang yang sudah tidak diperlukan.
Retorika yang diharapkan terkadang tidak sesuai dengan yang telah direncanakan. Tapi yang membuat sama adalah goalnya... tujuannya...
Bersyukur jika telah menyampaikan apa yang harus disampaikan dan memperjuangkan kebenaran, tinggal menunggu hasil apa yang telah diperjuangkan.


*** intermezo ***

Jarum jam menunjukkan pukul 23.24 wib (ihhh bagus ya jam nya *apaan sih*). Dan saya masih belum menguap satu kalipun hiks. Pernah merasakan semacam 'over thinking before sleep' gitu? Hmmm, saya sepertinya sedang mengalami itu deh. Oke, saya tidak bisa membiarkan ini lama-lama *ambil jepit jemuran* *jepit ke kelopak mata*
Selamat malam!!!
continue reading

PUASA dengan niat DIET? Bolehkah?

X : Boleh...boleh...

Y : Eh beneran?

X : Iyaaa! Boleh kok! Bahkan sampai ada hadist nya seperti ini 

عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Bener kok, boleh-boleh aja ga ada yang larang. Apalagi dengan adanya hadist itu, beuuuh kalo niatnya diet, pasti dapet deh! Tapi...

Y : Tuh kan ada tapinya

X : Dengerin dulu biar nanti ga nyesel!
Boleh kok mangga aja, toh sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui. Ibarat kata mah yaudah aja mumpung bulan puasa, skalian diet. Beuuuh! Favorit banget bulan Ramadhan jadi ajang diet!
Tapi sayang banget loh kalo niatnya cuma diet aja! Kenapa? Perlu ditambah niat-niat lain kah? Bukan! Cukup satu niat aja ga usah banyak-banyak, ribet! Yaitu niat karena Allah aja!

Y : Yah... Lo mau tausyiah yak? Itu klasik banget! Tiap tahun gue denger tausyiah kayak gitu! Basi! 

X : Sayang banget keles! Karna kalo niat lo cuma mau diet, itu mah udah pasti dapet kalo puasa lo bener-bener sesuai hakikatnya. Nih dalam buku Diabetic Medicine, ilmuwan bernama Sulimami mengatakan, “Berpuasa tidak berbahaya untuk mereka yang menderita diabetes, justru banyak manfaatnya. Bagi Anda yang kurang sehat, berpuasa justru diyakini, berdasarkan penelitian, bisa membuat badan secara otomatis menjadi sehat.” Tuh! Badan otomatis jadi sehat, alias ya kalo lo merasa badan 'ukurannya lebih' dari yang seharusnya normal, pasti bakal balik ke normal. Karna ya yang sehat itu adalah normal. 

Y : Lah gue selalu puasa kok setiap tahun, meskipun dengan niat diet sih, tapi kagak normal-normal. Padahal menurut dokter badan gue 'agak berlebih'

X : Ada yang salah pasti sama puasa lo, coba kroscek lagi, mungkin kebanyakan tidur? Atau males-malesan? Atau pas buka lo bales dendam? Porsi bukanya makan siang + makan malem?

Y : ...

X : Nih bayangin kalo niat puasa lo karna Allah ada banyaaaaaak banget kebaikan yang bakal lo dapetin nih ya jabarin satu-satu yak! 

Pertama 

الصيام جنة وحصن حصين من النار
"Puasa adalah perisai dan benteng dari api neraka." (hadits hasan riwayat Ahmad).

Maksud hadits di atas bahwa orang yang berpuasa selalu menahan diri dari syahwat-syahwat yang mengelilinginya, sedang api neraka sendiri dipenuhi dengan syahwat-syahwat tersebut. Dengan demikian, orang yang berpuasa secara tidak langsung telah membentengi dirinya dari amalan-amalan yang menyebabkan masuk neraka.


Kedua 

ثلاثة لا ترد دعوتهم : الصائم حين يفطر ، والإمام العادل ، ودعوة المظلوم
"Tiga golongan yang tidak tertolak do'anya: orang yang berpuasa ketika berbuka, pemimpin yang adil, dan do'anya orang yang terzalimi " (hadits shahih riwayat Tirmidzi)

Hadits di atas menjelaskan bahwa sepanjang orang tersebut berpuasa, sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, doanya tidak tertolak.


Ketiga

فتنة الرجل في أهله وماله وولده وجاره تكفرها الصلاة والصوم والصدقة
"Fitnah yang dialami seseorang dalam keluarga, harta, anak dan tetangganya akan terhapus dengan salat, puasa dan sedekah" (HR Bukhari dan Muslim).

Yang dimaksud "Fitnah" dalam hadits di atas adalah hal-hal yang membuatnya berpaling dari ibadah karena kesibukannya mengurusi keluarga, harta , anak dan tetangga, yang kadang-kadang membuatnya berbuat dosa. Seperti marah-marah kepada anak dan istrinya, benci dengan tetangganya, atau terlalu cinta dengan harta sehingga meninggalkan beberapa kewajiban yang seharusnya dia kerjakan. Dosa-dosa seperti itu bisa terhapus dengan salat, puasa dan sedekah.


Keempat 

Setiap amal sholeh, Allah telah menentukan pahalanya masing-masing, kecuali puasa, Allah swt akan membalas orang yang berpuasa dengan pahala yang tidak terhitung, sebagaimana yang tersebut dalam firman-Nya:

إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب
" Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas " (QS Az Zumar : 10)

Maksud dari orang-orang yang bersabar dalam ayat di atas menurut mayoritas ulama adalah orang-orang yang berpuasa, karena puasa merupakan salah satu bentuk kesabaran yang luar biasa. Hal ini dikuatkan dengan hadits Qudsi yang menyebutkan :
كل عمل ابن آدم يضاعف ، الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف ، قال الله عز وجل : إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به، يدع شهوته وطعامه من أجلي
"Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan. Satu kebaikan bisa dilipatgandakan dari sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman, "Kecuali puasa, sesungguhnya dia adalah milik-Ku, dan Aku yang akan membalasnya sendiri, karena dia meninggalkan syahwat dan makannya demi mencari ridha-Ku.” (HR Bukhari Muslim)


Kelima
Para ahli medis menyebutkan bahwa puasa bisa menyebabkan badan kita sehat. Karena ketika tubuh tidak dimasuki makanan lagi, dia akan memproses zat kimia yang berasal dari asam lemak ke dalam sistim metabolisme tubuh yang kemudian dikeluarkan melalui organ-organ pembuangan. Itu berarti mengubah simpanan lemak menjadi energi. Selain itu, puasa juga mampu mengeluarkan racun pada tubuh melalui kolon, ginjal, paru-paru, kelenjar limpa, dan kulit.
Perlu diketahui juga bahwa kebiasaan makan yang salah dan tanpa aturan akan menyebabkan terjadinya berbagai macam penyakit. Seperti tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah otak, penyakit jantung koroner, dan lain-lainnya. Dengan puasa, diri kita akan terlatih untuk menahan diri dari berbagai macam makanan yang kita sukai yang tidak jarang akan banyak membawa berbagai macam penyakit seperti yang disebut di atas. Oleh karena itu , secara tidak langsung orang yang berpuasa akan banyak terhindar dari berbagai macam penyakit.

Kalau ditinjau secara kejiwaan, puasa merupakan usaha melatih diri untuk menjadi lebih tenang dan sabar, serta lebih mampu untuk menghindari berbagai konflik dengan orang lain. Hasil dari latihan yang terus-menerus selama sebulan setiap tahun tentu akan berujung pada kemampuan kita untuk mengendalikan nafsu dan membuat jiwa kita menjadi lebih sehat.

X : Tuh gue sebutin 4 janji dasyat Allah dan 1 dari dari ahli medis ya kalau niatnya karna Allah. Malah mungkin Allah akan memberikan kebaikan yang lebih dari itu karena Puasa itu adalah satu-satunya ibadah yang balasannya langsung dari Allah. Jadi bisa jadi bentuk kebaikan yang tidak di sangka-sangka akan datang kepada mereka yang sungguh-sungguh berpuasa dengan niat karena Allah. Jadi badan jadi normal tuh cuma bonus cyin! Bonus! Yang jelas-jelas sayang banget kalo bonus malah di jadiin niat!

Y : Hem... Lumayan nyesel sih gue udah sekian tahun niatnya cuma buat diet hahaha! Yasudah mulai sekarang gue puasa akan niat karna Allah! Makasih ya bikin gue ga sembarangan memanfaatkan bulan penuh syafaat ini :)

X: yakin diet masih mau dijadiin tambahan niat? setau gue sih allah ga suka diduain hahaha
continue reading PUASA dengan niat DIET? Bolehkah?

Assalamu'alaikum warahmatullah :)

Alhamdulillah ya... masih diberi kesempatan Allah hingga Ramadhan hari ke-15. Aaaa bagaimana setengah perjalanan ini (wahai diri sendiri)? Semoga setengah perjalanan berikutnya akan jauh jauh jauuuuh lebih baik lagi ya ibadah dan amalan-amalan sholehnya yang lain... Semoga pula, semangat ibadah dan beramal sholehnya tidak terhenti di bulan ini saja, tapi juga terbawa di bulan-bulan berikutnya. Aamiin ya Rabb :)

Pagi tadi, saya mendapat pesan melalui whattsap dari Kak Herri Cahyadi. Mengenai sebuah progam Berbagi Ramadhan. Progam ini sebenarnya bukan tahun ini saja, namun sejak tahun lalu pun sudah ada. Yang berbeda adalah targetnya. Tahun lalu bertajuk "Berbagi Ramadhan Gaza". Tahun ini, apa ya?

Sebanyak 2juta lebih anak Indonesia terancam putus sekolah, bahkan sudah memilih untuk tidak melanjutkan sekolah, 1.9 juta diantaranya putus sekolah sejak SMP (Unicef). BERBAGI RAMADHAN beraksi kembali :)

Saya selalu senang meletup-letup rasanya, setiap ada seseorang atau kelompok yang menebarkan semangat positif, salah satunya seperti Progam Berbagi Ramadhan ini. Yuk ikut!!
Atau mau bantu ramaikan campaignnya? Boleh banget!!! ^^

Bagi saya, ada banyak cara menebar semangat dan kebaikan, semoga niat kita tetap lurus ya :)
Wassalamu'alaikum warahmatullah.



***


Ramadhan ini yuk kita fokus ke adik-adik ini. Mereka butuh sekali perlengkapan sekolah seperti seragam, tas, buku, pensil, dsb. Ada 5 titik yang akan kita distribusikan dengan estimasi jumlah anak tingkat SD sebanyak 300-500 anak. 1) Desa Menggala Mas (Lampung), 2). Basseang (Sulsel) 3) Bengkayang (Kalbar), 4) Gunung Salak (Bogor), 5) Sikayam (Kalbar). Dengan paket Rp. 350K, mereka akan mendapatkan 15 jenis perlengkapan belajar. Setidaknya, paket ini jadi hadiah lebaran untuk mereka dan semakin bersemangat untuk belajar. Serius lho, mereka tak perlu macam-macam, cukup perlengkapan sekolah agar semakin giat dan berprestasi. Selama ini meski orang tua dan sekolah mereka memiliki keterbatasan, namun mereka tidak pernah mengeluh! Uang Rp. 350K mungkin tidak seberapa, tapi untuk mereka bisa jadi penyebab prestasi mereka kelak. Dan itu amal jariyah.
Bantu sebar ya kawan-kawan, dan ikutan Berbagi Ramadhan. Pertanyaan? Sila ke CP yang tertera ya! Atau bisa ask ke herricahyadi.tumblr.com :)



continue reading

Sabtu, 18 Juni 2016

Yuk, Berbagi Kebahagiaan

Assalamu'alaikum wr.wb.

Salam Ukhuwah!
Segala puji bagi Allah yang masih menghadiahi nikmat Ramadhan hingga saat ini.
Insya Allah, salah satu agenda Ikatan Alumni Sie Kerohanian Islam 09/10 SMA 1 Kudus (IASKI SEBELAS LENTERA) pada "Yuk, Berbagi Kebahagiaan" adalah berbagi di pondok pesantren Yatim Dan Dhuafa TARBIYATUL AULAD di daerah Jekulo Kudus.
Insya Allah waktu pendistribusiannya : 25 JUNI 2016

Untuk sahabat yang mau berpartisipasi dalam ikhtiar kami, silahkan kirim donasi terbaiknya (keterangannya dapat dilihat di pamflet berikut ini).

Semoga Allah menyempurnakan ikhtiar kami dalam membantu mencukupkan kebutuhan saudara-saudara yang membutuhkan, dan Insya Allah, Allah cukupkan atas diri kita. Karena berbagi, tidak akan pernah merugi.

Wassalamu'alaikum wr. wb
Salam,
Monaliza S. R. | part of IASKI SEBELAS LENTERA.




continue reading Yuk, Berbagi Kebahagiaan

Perempuan

Tulisan ini diprakarsai aktivitas menghandle rumah seharian penuh beberapa waktu lalu, mulai dari beres-beres rumah sampai menyiapkan buka untuk orang di rumah. Well, sebenarnya saya yang dibiasakan untuk tidak melakukan banyak hal (apa-apa) di rumah ini, did some challenge kemarin. Ibu saya sedang ada keperluan ke luar kota, jadilah saya satu-satunya perempuan di rumah yang harus mengerjakan apa yang biasa beliau kerjakan.

Masyallah, rasanya baru sehari udah sakit pinggang euy, ngga kebayang umi melakukan semua ini sejak 24 tahun pernikahannya. She is like my personal hero. Seems like she did everything. She always inspires me how to taking care of her family and the other activity. She has to take hard decisions and do things on her own for some work. Well she include as an alpha female, sangat independent dan nggak ‘menye-menye’. And I still learning from her how to be independent dan nggak mudah bergantung.

Ngelihat ke‘alpha female’an umi, akhir-akhir ini saya tertarik banget dengan topik feminisme, bagaimana perkembangannya, tokohnya, pandangannya, dan terakhir baru mengkhatamkan buku yang berkaitan dengan humanity and culture from traditional people *sebenernya, teman saya yang konsen di bidang budaya etc gitu udah lama heboh masalah feminisme ini. Lhah saya? Boro-boro, baru sekarang belajar. Duhh ya Tuhan. Kurang gaul emang ye*.

Hmm, tentang feminisme sebenarnya ada beberapa hal yang menurut saya *inget lho ya, ini me-nu-rut sa-ya. Jika ada yang punya pandangan lain, silakan, gunakan pandangan anda, dan saya pada pandangan saya* pandangannya ‘ngaco’ dalam perkembangan teorinya dan ada pandangan yang well sangat melindungi dan menghargai every single things women did. So, I still lack of research and argument with my friend everyday.

Meski perempuan bisa melakukan banyak hal sendiri, like the true definition of alpha women. Menurut saya tetap ada masa dimana sangat butuh semacam di-encourage oleh pasangannya. Seperti Umi yang dibalik semua ke-independent-annya ada masa dimana beliau bertingkah seperti saya, ngomel-ngomel sendiri, berada dalam mood terendah kemudian mencari tumbal yang bisa dipersalahkan (ex: bapak). Sudah menjadi nasib bapak hidup bersama Umi yang tiba-tiba marah, ngomel nggak jelas dan menganggu waktu damainya. Mengacak-ngacak hari indahnya, sehingga berusaha memasang kuping untuk mendengarkan.

Hahaha yap, He is the right person to rely on. Yang selalu menelan mentah-mentah alasan “sedang PMS” ketika perempuan marah tiba-tiba tanpa sebab. And We (Umi and I) are beyond lucky to have found him as a medication to heal us.

So far, dibalik kekaguman saya kepada umi, I would say “Thank you” for bapak, for alyways being on Umi’s side through the good and rough times. Supporting her, pursuing her passion, education and community. Uw, they’re complete each other. Nggak pernah ada yang merasa lebih tinggi atau rendah. Seems like this is true definition of ‘kesetaraan gender’. Sama-sama belajar untuk berkembang, sama-sama menghormati dan menghargai yang diusahakan satu sama lain. Hope my marriage as sweet and solid as yours.

I'm Yours,
-love you both to infinity and beyond!-
continue reading Perempuan

Kamis, 16 Juni 2016

Versus

Kendatipun hidup adalah pilihan (dan semua orang bebas memilih) saya masih belum siuman dan sadar sepenuhnya dari kebingungan. Saya bingung atas pilihan sebagian orang untuk memilih menjalakan hidup menjadi sosok yang sinis, eksotis, dan "disegani".

Jikapun semua orang bebas memilih, lalu mengapa semua orang tidak memilih untuk menjadi pribadi yang murah senyum, lucu, dan bikin kangen seperti saya ini ??! #ngikikikikik.... ya ampunnn

Kalau ada orang sinis dan jauh dari kesan ramah, saya sering berspekulasi macam-macam; 
dia banyak hutang? 
Hidupnya tidak bahagia?
Dia membujang sampai tua?
Dia belum mandi?
Dia tidak pernah makan brokoli goreng *yang enaknya tumpe tumpee*?
Dia kebelet pipis?
Dia sariawan?
Dia giginya tidak rapi dan kuning?
Waktu SD matematikanya tidak pernah 100?
Dia tidak punya teman?

Bila jawabannya ya, wajar hidupnya sinis.

Saya pikir, orang sinis adalah cerita lama dari dongeng sebelum tidur. Hanya muncul sebagai pengimbang alur cerita. Karena coba bayangin, kurang seru jika ada Cinderella kalau tidak ada ibu tiri, putri tanpa nenek lampir (?) Si bawang putih tanpa bawang merah, dan gula tanpa merica (?)

Tapi, ternyata di luar cerita edisi happily ever after itu, orang sinis memang banyak berkeliaran di dunia ini. Dan itu mengingatkan saya pada seseorang yang mengeluarkan saya dari kelas matematika dengan tidak terhormat. HA HA HA hufttt.

Pada akhirnya......semua orang akan berpisah. Yang tinggal menetap hanya sebatas "kesan".
Lalu lalu, saya pernah mendengar dialog Tapasha saat Icha meninggal. Kurang lebih seperti ini, "Setiap orang yang pergi dari dunia ini, yang dia tinggalkan pada orang-orang hanyalah kenangannya saja ketika masih hidup." Begitu... siapa Tapasha? Siapa Icha? Apa pula ada mereka di tulisan saya (?) Oh itu lhoh, mereka pemain di sinema india yang lagi ngehits di kalangan ibu-ibu. Iya iya.. ibu saya, suka sekali. Saya cuma ikut nonton aja, tiap hari gitu ikutnya nonton #lhoh!!

Jadi, Apa yang mereka ingat dari diri kita?
continue reading Versus

Senin, 13 Juni 2016

Hubungan Otak dan Perut

Hari ini saya (kembali lagi dan lagi) membongkar kardus-kardus buku. Ada seorang kakak yang menanyakan mengenai fiqh puasa. Kebetulan bukunya masih tertahan di saya, alhasil setelah menemukan buku Fiqh Puasa tersebut, saya pun dipertemukan dengan buku keramat anak Biologi. Buku Campbell berjilid-jilid banyaknya. Ada bahasan tentang nutrisi di dalamnya. Belajar lagi deh akhirnya hehe...

***

Bagi kaum muslimin yang berpuasa:
Otak dan perut memiliki hubungan dekat (Gut-Brain connection). Apa yang kita makan berpengaruh pada apa yang kita pikirkan. Perhatikan bagaimana alkohol atau makanan berkadar gula tinggi memengaruhi pikiran kita.
Alkohol masuk melalui usus, diproses sedemikian rupa dengan melibatkan flora dalam usus lalu hasil-hasil prosesnya masuk ke otak. Orang mabuk biasanya tidak bisa berpikir bagus, termasuk mabuk lain seperti mabuk perjalanan atau mabuk cinta *tsahhh!*. 

Makanan bergula darah tinggi cenderung membuat kita jadi malas. Gula yang diproses di usus kita kemudian memengaruhi otak. Seperti kata pepatah: Anda adalah apa yang Anda makan (You are what you eat).
Pepatah ini menjadi benar setidaknya menurut riset kedokteran 10 tahun terakhir. Natasha Campbell, seorang dokter saraf dan ahli nutrisi, mengenalkan istilah GAPS (Gut and Psychology Syndrome). Menurutnya, semua penyakit jiwa dan otak memiliki kaitan dengan usus dan apa yang kita makan.

Saat ini bahkan berkembang teori baru tentang sebab musabab penyakit autis dan hiperaktif disorder, bahwa kedua jenis penyakit itu berhubungan dengan makanan. Bagi kaum muslimin ini menjadi hal penting. Itu sebabnya, al-Qur'an memiliki satu surat yang khusus membahas soal hidangan dan makanan (QS.al-Maidah). *ayo Kak, buru-buru buka al-Qur'an*

Rasulullah bersabda: makanlah di saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Bahkan, dalam satu pernyataannya dikatakan bahwa ‘perut adalah gudang penyakit. Mengendalikan perut adalah puncak segala obat/ra'sud dhawa’. Beberapa ahli obat (farmakolog) sudah mendengungkan pendapat bahwa 'obat di masa depan adalah makanan’ (the future of drugs are nutrition).

Seorang pemikir Islam Musa bin Jabar, yang pendapatnya dikutip oleh ulama Imam al-Ghazali, berpendapat bahwa 'makan seperlunya’ adalah 1 dari 4 cara untuk mengelola perilaku (hawa nafsu). Lebih keren lagi ketika al-Qur'an menyatakan bahwa 'makanlah makanan yang baik dan halal’.
Halal memiliki pengaruh luar biasa bagi tubuh, terutama bagi jiwa. Sebenarnya, sebagaimana pendapat banyak ilmuwan saat ini, tidak terlalu sulit mengatur hidup kita dalam segala hal. Bermulalah dari apa yang kita makan.
Karena apa yang kita makan itu akan melibatkan nutrisi dan terutama sumber makanan itu halal atau tidak. Nutrisi membuat otak dan pikiran jadi normal (normal brain), sedangkan sumber yang halal akan membuat otak menjadi sehat (healthy brain). Semoga manfaat.



Referensi: berbagai buku dan artikel terkait serta ilmu-ilmu yang disampaikan oleh para pengajar di kampus.
continue reading Hubungan Otak dan Perut

Surat Kaleng (Cerita Versi Wanita)

Kita beramanah atas dasar rasa saling percaya, aku percaya padamu, dan demikian pula seharusnya kau percaya aku. Setelah itu, tak ada lagi prasangka kecuali prasangka baik antara aku dan dirimu. Aku selalu punya satu jawaban untuk mulut dan hatiku. Ketika padamu kukatakan "ya" dari mulutku, berarti hatikupun sama. Pun sebaliknya, jika dari mulutku "tidak" maka hatikupun sama, "tidak".

Lalu, mungkin setelah itu kau akan bertanya-tanya kepada dirimu sendiri, "Mengapa harus aku yang selalu mengetuk lebih dulu?", bisa dihitung dengan jari berapa kali aku yang mengetuk pintumu terlebih dahulu ya. Padahal bagimu, sebagai seorang yang perasa, mengetuk terlebih dahulu selalu menyusahkan, ada perasaan di dalam hatimu yang bilang takut jikalau ketukanmu padaku menggangguku, takut aku sedang ini itu, dan takut-takut yang lain. Haha. Sementara aku disini, ketika kau mendadak hilang (dilatarbelakangi dengan segala ketakutan-katakutan perasaanmu seperti yang aku sebutkan tadi, walaupun aku sesungguhnya tidak tahu alasan hilangmu, hanya menduga-duga saja), aku (malah) masih saja (lebih) diam (dari sebelumnya), bertahan tidak mengetukmu walaupun sebenarnya ingin tahu apa yang terjadi, karena aku pikir, mungkin kau sedang tidak pada posisi yang baik untuk kuketuk, atau sedang sedang yang lainnya. Haha. Lucu ya kita, penuh prasangka. *berasa drama. Hueks. Muntahin kerikil*.

Tenang, memahamiku sesederhana (tapi rumit *eh lhoh*) itu, bukan? :)

Sedari pagi tadi, gerimis mengguyur kotaku. Menunggu gerimis reda tanpa melakukan apa-apa itu membosankan. Ah iya *bohlam lampu bersinar di kepalaku*, aku jadi ingat satu permainan.
Bagaimana kalau kita memainkannya. Kau jadi payungnya, aku jadi manusia di bawah payung. Atau kita balik saja? Terserah, kau pilih lebih dulu mau jadi yang mana, aku sisanya.
Aturan mainnya: "Boleh, sang payung memayungi sang manusia? Memayungi sang manusia dengan payung kesederhanaan yang dipunya? Menjadi tempat bernaung di kala sang manusia sedih dan senang hatinya? Boleh?"

***

Ngomong-ngomong...
Terimakasih atas segala ketulusanmu memahami aku yang banyak khilafnya ini. Hahaha :p . *Tos dulu donggg*


Photo taken in Bogor



continue reading Surat Kaleng (Cerita Versi Wanita)

Jumat, 10 Juni 2016

Narsisme

Narsisme untuk sebagian orang bisa jadi sesempit frame yang membingkai foto-foto alay close up, kombinasi efek kulit putih-bibir monyong-mata belo plus kepala miring 45 derajat. Jika anda mungkin pernah tau mitologi yunani tentang Narcissus -orang (atau dewa?) yang paling bertanggung jawab untuk istilah “narsis”-, maka anda akan paham bahwa narsisme setidaknya lebih dramatis daripada itu.

Bagi saya pribadi, narsisme adalah seni menghargai dan menyayangi diri sendiri, sebutlah, saya merasa teramat “sesuatu” sehingga sepertinya hujan sengaja turun untuk saya, meteor tiba-tiba jatuh untuk saya, daun-daun berguguran mengikuti suasana hati saya, atau saya adalah inspirasi sebuah lagu *mukelujauh,mon*. Pun, untuk yang satu ini. Entah bagaimana rasionalitasnya, dengan semacam kepercayaan yang susah saya jelaskan, saya yakin betul kalau sebuah lagu ini sengaja ditulis untuk saya, judulnya seperti nama saya, oleh orang yang kenal sayapun tidak. Satu hal, narsisme pada kadar yang tepat adalah sebuah sugesti baik yang konstruktif. Jika kadarnya sudah tak terkendali, maka narsisme bersifat patologis, semacam penyakit kejiwaan. *Ya Allah, saya berlindung dari segala macam penyakit kejiwaan, aamiin*.

Nah, jika kita ngaku narsis (menyayangi diri sendiri) yang paling utama dan urgen harus kita lakukan yaitu, menjauhkan diri kita dari api neraka... sepakat ya? Ahhh iyalah sepakat aja, kitorang basodara laaa
continue reading Narsisme

Kamis, 09 Juni 2016

Commitment Book: Jangan Salahkan Lupa

Bismillahhirrahmannirrahim..


Ini bukan yang pertama kali, tapi saya harap yang terakhir. Ya, kemarin Allah mengingatkan saya dengan caraNya yang lembut. Menyadarkan akan kekekalan yang sejatinya hanya milik Allah semata.


Ikat unta mu dengan kuat, lalu melengganglah meninggalkannya. Jangan engkau sebut ‘nanti dulu’, ‘nanti saja’, atau ‘ah tidak apa-apa’ sebelum segala daya engkau tunaikan untuk mengikatkan kuat unta mu. Karena kita baru merasa, setelah tiada. Merasa setelah tiada.

“Orang kecil itu selalu membuat masalah kecil jadi besar, sedangkan orang besar itu biasa menghadapi masalah-masalah besar”, kata seorang Bapak kepada anak-anaknya. Saya ingat terus itu saat rintang menghadang. Tenang.

Saya jadi ingat, saat masih di bangku SMA, saya adalah si anak berkalung note kecil. Sadar betul akan penyakit lupa. Saya beli buku kecil. Saya beri nama “Commitment Book”. Isinya berbagai janji, tugas, dan berbagai have-to-do-list tiap harinya ataupun dalam waktu jangka panjang. Terbukti efektif memang. Tanda centang di sisi kanan menjadi sebuah kelegaan karena itu berarti saya telah menyelesaikannya. Mungkin juga, ini cara yang tepat untuk melatih ingatan kita. Padahal kalo diingat, betapa anehnya berkalung buku kecil kemana-mana. Tapi dasarnya saat itu saya cuek, jadi santai saja berjalan nyengir kemana-mana dengan kalung notes bak penyanyi hiphop. *yoii mamennn*


Ah itu dulu.


Akhir-akhir ini, saat sudah tak lagi di bangku SMA. Bahkan sudah melewati masa kuliah, berbagai deadline project memang menggurita. Saya masih memiliki ”commitment book” itu. Tapi belakangan saya abaikan. Tak saya tengok sedikitpun. Sempat saya tulis beberapa komitmen. Tapi itu pun terlewatkan begitu saja tanpa centang di sisi kanan. Kekuatannya jadi memudar. Saya tak lagi komit dengan si buku komitmen. Terlupakan.

Tapi tunggu, ini bukan tentang lupa. Jangan salahkan lupa jika kita tak berusaha mengingat. Jangan salahkan lupa jika kita saja tak benar-benar menginginkannya. Jangan salahkan lupa. Lupa adalah perpanjangan tangan dari ketidak pedulian dan ketidak berpihakan.

Sampai kemudian, “Kayak gini kok berkali-kali, kalau ngurusin hal remeh temeh aja kamu seperti ini, gimana mau ngurusin hal-hal besar, ha?”, kata Bapak kepada saya lewat telfon.


Setelah itu saya diam beberapa detik.


Benar kata Bapak. Kata-katanya menyadarkan saya akan pentingnya mementingkan hal remeh temeh untuk kemudian mempertahankan kepentingan-kepentingan besar untuk orang banyak. Terimakasih Bapak untuk nasihatnya. *usap-usap ingus*

Sudah. Sedih, sudah. Sebel, sudah. Marah, sudah. Sekarang waktunya bebenah. Merapikan puzzle yang sempat berantakan. Menata kembali janji-janji. Seperti ketapel. Dibutuhkan tarikan ke belakang untuk bisa meluncurkan peluru dengan kencang. Tepat sasaran. *emot senyum nyengir*

Ah, maaf jika saya terlalu banyak nyampah di waktumu. Terimakasih sudah membaca catatan kecil ini. Hey lihat, Allah masih menyiapkan udara segar untuk kita, mencukupkan makanan untuk hari hari kita, memberikan pandangan yang sempurna, raga yang sehat, dan berbagai nikmat tak terhingga. Bergegas! :) *emot senyum*



Yogyakarta, Ramadhan kelima di 1437H.
continue reading Commitment Book: Jangan Salahkan Lupa

Rabu, 08 Juni 2016

Pupuk Bawang

Tentu kita pernah mengalami masa kanak-kanak. Setidaknya bagi saya yang sudah tidak anak-anak lagi. Dulu, saya sering bermain bersama tetangga-tetangga kompleks yang usianya di atas saya. Senang sekali bermain dengan yang lebih tua, rasanya kita juga sudah lebih dewasa. Berkali-kali bermain petak umpet-bersama yang lebih tua, saya sering disebut dengan ‘pupuk bawang’.

“Udah, Lisa pupuk bawang aja..,” kata anak-anak yang lebih dewasa.

Saya tentu tidak keberatan. Bagaimana tidak? Saya masih bisa bermain bersama anak-anak yang lebih dewasa, dan tak perlu takut untuk kalah dalam permainan, karena saya adalah  pupuk bawang!

Pernah dengar istilah pupuk bawang? Bagi yang belum tahu, ini adalah istilah dalam permainan saat saya masih kanak-kanak. Dimana ketika seseorang diberi label ‘pupuk bawang’, itu berarti ia tetap diperbolehkan bermain tapi peraturan tidak akan berlaku untuknya. Jadi sebenarnya ia ada, namun tak ada. Dalam permainan ini sebenarnya pupuk bawang itu adalah sosok yang tidak dianggap. Tidak akan dapat hukuman bila kalah (walau biasanya memang selalu kalah karena dianggap lemah) dan kalau menang pun tidak dianggap (ini jarang sekali terjadi). Intinya, secara fisik ada, tapi tak berpengaruh.

Saat masih kanak-kanak, tentu menjadi ‘pupuk bawang’ seru saja. Sampai akhirnya saya menyadari satu hal sore ini... ketika sedang rehat dari belajar dan saya berjalan ke teras rumah. Melihat kanak-kanak sedang bermain lompat tali sambil menunggu bedug buka puasa. Ada yang jadi pupuk bawang hihi~ *jadi ingat zaman kanak-kanak saya dulu yang manis dan lucu #lopikir?*.

Apa itu?

Ngeri juga ya kalau di usia sekarang kita menjadi pupuk bawang. Ada secara fisik, tapi tiada. Tidak ada pengaruhnya ada kita atau tidak di sebuah lingkungan. Tak ada yang merasakan kehadiran kita. Lebih dari itu, tidak ada yang merasakan manfaat dari adanya kita.

Seperti pupuk bawang, ada tapi tiada.


Saya pun jadi ingat, beberapa hari lalu ketika saya mengunjungi seorang adik untuk mengembalikan brossnya yang tertinggal di tempat saya. Dia terlihat lelah... Saat ini, dia jadi yang paling dewasa di lingkungan amanah tempat ia berada.
"Kamu kenapa, Shof? Kok kayak gini? Ihh ga cantik lagi *istigfar Mon*." Sambil saya tepuk-tepuk pipinya.

"Sepertinya aku kecapekan mbak hehe. Kemarin habis ngurusin acara, bolak-balik. Mana lagi UAS juga. Mbak dulu juga kayak gini wajahnya, kusut, ga cantik. Hahaha." Tawanya menggema di ruangan itu.

Ishhh anak ini -,-

"Mbak..." 

"Hem?" Jawab saya sekenanya.

"Dulu, waktu kita masih bareng-bareng, padahal bebannya lebih berat. Tapi aku ga se-begini-nya. Sekarang, bebannya jauh lebih ringan, tapi aku ngerasa capek dan banyak pikiran. Kenapa ya mbak..." lanjutnya.

"Emmm, mungkin, karena dulu kamu masih kecil, ada kami yang lebih tua, jadi entah disengaja atau tidak, kami yang menenggelamkan diri dan dengan ikhlas jadi tameng semuanya, dan kamu yang masih kecil pun berpikir kalau ada kakak-kakak yang akan menyelesaikannya jadi kamu bisa agak sedikit tenang. Kalau sekarang kan, kamu yang paling dewasa. Kamu yang merasa harus paling bertanggungjawab atas semuanya."

"Iya mbak.. benerrr." Jawabnya.

***
Ting tong *ada suara lonceng di kepala saya*... Sore ini ketika saya melihat kanak-kanak sedang bermain lompat tali dan ada yang dijadikan pupuk bawang, saya jadi ingat. Hmm ternyata tanpa sengaja pun, di usia kita yang sudah tidak kanak-kanak ini, entah diniati begitu atau tidak, ada juga pupuk bawang.
Saya jadi bertanya dalam hati saya, pupuk bawang ini, bahaya juga ya imbasnya. Maka, sebaiknya tidak berlebihan, kanak-kanak pun wajib diajari sedikit demi sedikit mengenai realita yang ada. Tidak hanya disuguhkan keadaan yang 'membahagiakan dan baik-baik saja', supaya si kanak-kanak bisa terbiasa berpikir sedari kecil dan mengolah rasa dalam dirinya.




Hari keempat di Ramadhan 1437H.
-Masih terkunci di ruang pendewasaan- 
continue reading Pupuk Bawang

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact