Senin, 13 Juni 2016

Hubungan Otak dan Perut

Hari ini saya (kembali lagi dan lagi) membongkar kardus-kardus buku. Ada seorang kakak yang menanyakan mengenai fiqh puasa. Kebetulan bukunya masih tertahan di saya, alhasil setelah menemukan buku Fiqh Puasa tersebut, saya pun dipertemukan dengan buku keramat anak Biologi. Buku Campbell berjilid-jilid banyaknya. Ada bahasan tentang nutrisi di dalamnya. Belajar lagi deh akhirnya hehe...

***

Bagi kaum muslimin yang berpuasa:
Otak dan perut memiliki hubungan dekat (Gut-Brain connection). Apa yang kita makan berpengaruh pada apa yang kita pikirkan. Perhatikan bagaimana alkohol atau makanan berkadar gula tinggi memengaruhi pikiran kita.
Alkohol masuk melalui usus, diproses sedemikian rupa dengan melibatkan flora dalam usus lalu hasil-hasil prosesnya masuk ke otak. Orang mabuk biasanya tidak bisa berpikir bagus, termasuk mabuk lain seperti mabuk perjalanan atau mabuk cinta *tsahhh!*. 

Makanan bergula darah tinggi cenderung membuat kita jadi malas. Gula yang diproses di usus kita kemudian memengaruhi otak. Seperti kata pepatah: Anda adalah apa yang Anda makan (You are what you eat).
Pepatah ini menjadi benar setidaknya menurut riset kedokteran 10 tahun terakhir. Natasha Campbell, seorang dokter saraf dan ahli nutrisi, mengenalkan istilah GAPS (Gut and Psychology Syndrome). Menurutnya, semua penyakit jiwa dan otak memiliki kaitan dengan usus dan apa yang kita makan.

Saat ini bahkan berkembang teori baru tentang sebab musabab penyakit autis dan hiperaktif disorder, bahwa kedua jenis penyakit itu berhubungan dengan makanan. Bagi kaum muslimin ini menjadi hal penting. Itu sebabnya, al-Qur'an memiliki satu surat yang khusus membahas soal hidangan dan makanan (QS.al-Maidah). *ayo Kak, buru-buru buka al-Qur'an*

Rasulullah bersabda: makanlah di saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Bahkan, dalam satu pernyataannya dikatakan bahwa ‘perut adalah gudang penyakit. Mengendalikan perut adalah puncak segala obat/ra'sud dhawa’. Beberapa ahli obat (farmakolog) sudah mendengungkan pendapat bahwa 'obat di masa depan adalah makanan’ (the future of drugs are nutrition).

Seorang pemikir Islam Musa bin Jabar, yang pendapatnya dikutip oleh ulama Imam al-Ghazali, berpendapat bahwa 'makan seperlunya’ adalah 1 dari 4 cara untuk mengelola perilaku (hawa nafsu). Lebih keren lagi ketika al-Qur'an menyatakan bahwa 'makanlah makanan yang baik dan halal’.
Halal memiliki pengaruh luar biasa bagi tubuh, terutama bagi jiwa. Sebenarnya, sebagaimana pendapat banyak ilmuwan saat ini, tidak terlalu sulit mengatur hidup kita dalam segala hal. Bermulalah dari apa yang kita makan.
Karena apa yang kita makan itu akan melibatkan nutrisi dan terutama sumber makanan itu halal atau tidak. Nutrisi membuat otak dan pikiran jadi normal (normal brain), sedangkan sumber yang halal akan membuat otak menjadi sehat (healthy brain). Semoga manfaat.



Referensi: berbagai buku dan artikel terkait serta ilmu-ilmu yang disampaikan oleh para pengajar di kampus.

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact