Selasa, 21 Juni 2016

AYAH - Karya Irfan Hamka

Ketika dalam sebuah acara Buya Hamka dan istri beliau diundang, mendadak sang pembawa acara meminta istri Buya untuk naik panggung. Asumsinya, istri seorang penceramah hebat pastilah pula sama hebatnya.

Naiklah sang istri, namun ia hanya bicara pendek. “Saya bukanlah penceramah, saya hanyalah tukang masaknya sang Penceramah.” Lantas beliau pun turun panggung.

Dan berikut adalah penuturan Irfan, putra Buya, yang menuturkan bagaimana Buya sepeninggal istrinya atau Ummi Irfan.

“Setelah aku perhatikan bagaimana Ayah mengatasi duka lara sepeninggal Ummi, baru aku mulai bisa menyimak. Bila sedang sendiri, Ayah selalu kudengar bersenandung dengan suara yang hampir tidak terdengar. Menyenandungkan ‘kaba’. Jika tidak Ayah menghabiskan 5-6 jam hanya untuk membaca Al Quran.

Dalam kuatnya Ayah membaca Al Quran, suatu kali pernah aku tanyakan.

“Ayah, kuat sekali Ayah membaca Al Quran?”tanyaku kepada ayah.

“Kau tahu, Irfan. Ayah dan Ummi telah berpuluh-puluh tahun lamanya hidup bersama. Tidak mudah bagi Ayah melupakan kebaikan Ummi. Itulah sebabnya bila datang ingatan Ayah terhadap Ummi, Ayah mengenangnya dengan bersenandung. Namun, bila ingatan Ayah kepada Ummi itu muncul begitu kuat, Ayah lalu segera mengambil air wudhu. Ayah shalat Taubat dua rakaat. Kemudian Ayah mengaji. Ayah berupaya mengalihkannya dan memusatkan pikiran dan kecintaan Ayah semata-mata kepada Allah,” jawab Ayah.

“Mengapa Ayah sampai harus melakukan shalat Taubat?” tanyaku lagi.

“Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah. Itulah mengapa Ayah shalat Taubat terlebih dahulu,” jawab Ayah lagi. [Ayah – Irfan Hamka (hal 212-213)] 

Related Posts:

  • Hubungan Otak dan Perut Hari ini saya (kembali lagi dan lagi) membongkar kardus-kardus buku. Ada seorang kakak yang menanyakan mengenai fiqh puasa. Kebetulan bukunya masih … Read More
  • Commitment Book: Jangan Salahkan Lupa Bismillahhirrahmannirrahim.. Ini bukan yang pertama kali, tapi saya harap yang terakhir. Ya, kemarin Allah mengingatkan saya dengan caraNya ya… Read More
  • Surat Kaleng (Cerita Versi Wanita) Kita beramanah atas dasar rasa saling percaya, aku percaya padamu, dan demikian pula seharusnya kau percaya aku. Setelah itu, tak ada lagi prasangka… Read More
  • Versus Kendatipun hidup adalah pilihan (dan semua orang bebas memilih) saya masih belum siuman dan sadar sepenuhnya dari kebingungan. Saya bingung atas pil… Read More
  • Narsisme Narsisme untuk sebagian orang bisa jadi sesempit frame yang membingkai foto-foto alay close up, kombinasi efek kulit putih-bibir monyong-mata belo p… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact