Selasa, 31 Mei 2016

HTTS

Apa kamu tahu sulitnya bernafas.
Apa kamu tau bagaimana orang-orang ini menjaga hingga masker bertumpuk.

Nebulizer itu nggak enak (katanya), rasanya pahit. Sama halnya seperti rokok milikmu.

Tapi mereka mengunakan nebulizer, ventolin dan teman-temannya karena rokok milikmu. Dan kamu merokok bukan karena mereka. Lantas apa aku (mereka) boleh minta tolong padamu?

Mengertilah, aku (mereka) juga akan mengerti bahwa merokok adalah hak kamu. Tapi tolong jangan didekatku (dan mereka), dan tolong sekali jangan menganggu oksigenku (dan mereka).

Terima kasih yang banyak, kau sudah dewasa dan kuharap pasti bijaksana :)



31 Mei 2016.
Selamat Hari Tanpa Tembakau Sedunia :)
Semoga setiap yang sakit, segera diberi kesembuhan oleh Tuhan. Pun semoga setiap yang sehat, tidak lupa bersyukur pada Tuhan. Aaaiya, jangan lupa senyum kamu ya, biar tetep tjakep membahana uhuyy ^^
continue reading HTTS

Sabtu, 28 Mei 2016

What do you mean about "Positive Thinking"?

Saya selalu suka dengan kata-kata yang positif. Awalnya saya merasa sejalan dengan slogan "positive thinking". Hingga saya menyadari, it doesn't work on me.

Selama tahun 2015 lalu saya belajar banyak hal mengenai fase "positive thinking" saya ini. Konflik internal seringkali bahkan menjadi hal yang wajar adanya ketika kita menjalin hubungan atau komunikasi sosial pada suatu kelompok. Begitupun dengan kelompok yang saya tergabung didalamnya pada tahun tersebut. Namun, yang menjadi tidak wajar adalah ketika saya menyikapi konflik-konflik yang ada dengab pikiran "All is well". Saya pikir, dengan mindset yang seperti itu (postive thinking) akan menular ke yang lain dan dapat meredam konflik agar tidak semakin membesar. Awalnya hal itu berhasil, melewatkan konflik yang terjadi dengan begitu saja. Hingga akhirnya saya menyadari "ada apa-apa di hati saya dan teman-teman saya". Konflik-konflik yang kami pikir akan disembuhkan oleh waktu, nyatanya lama kelamaan malah seperti luka lecet yang tidak mau kita lihat dan langsung ditutup dengan plester tanpa terlebih dahulu diobati. Berhasil, awalnya memang tindakan semacam itu bisa meredam rasa sakit, tapi lama-lama luka lecet itu malah menjadi makin parah beleleran nanah, infeksi. Sakitnya berlipat-lipat ganda ketimbang diawal tadi.

Itu bak analogi mengenai sikap saya menyikapi konflik tadi. Seharusnya, konflik itu diselesaikan dengan tuntas, kita tidak bisa mengandalkan waktu untuk menyembuhkannya. Luka-luka (red: konflik) tadi harus berani dilihat dan dihadapi, walau mungkin akan sangat menyakitkan kala itu. Bukannya malah ditutup dengan segala pikiran "All is well", dan akhirnya malah menyimpan banyak luka bak bola salju yang siap menimbun diri kita sendiri.

Saya seperti membohongi diri saya sendiri kala itu. Berpura-pura kuat dan menjadi naif. Iya saya menjadi sedikit tenang di awal, tapi jauh di dalam lubuk hati saya, saya merasa perih. Gelisah karena apa yang saya coba pikirkan tidak selaras dengan hati saya yang nyesek. Huks.

Iya, kata-kata "positive thinking" itu tidak salah... kata-kata positif yang saya tanam dipikiran saya pun juga tidak salah... Yang salah adalah ketika saya menjadikan kata-kata itu mantra.
Mengulang kata-kata orang bijak bahkan ayat-ayat Al-Qur'an tanpa PEMAKNAAN.
Padahal mengulang bukanlah berpikir. Berpikir mengharuskan kita mengaitkan kejadian yang kita indra dengan informasi-informasi sebelumnya yang kita simpan di otak (Taqiyudin Annabhani). Saya (dan mungkin kamu) terjebak dengan istilah berpikir positif tanpa melakukan proses berpikir itu sendiri. Hanya mengulang-ngulang informasi tanpa melakukan pengaitan yang menghasilkan pemaknaan? Ahahaha... *lhoh kenapa saya ketawa? Hmm saya juga tidak tau kenapa saya ketawa*. Bagaimana bisa saya menyamakan aktivitas berpikir dengan membaca mantra? It's so embarrasing.

Sesuatu yang menarik terjadi ketika saya mencoba untuk mengambil jeda untuk berpikir... Saat sesuatu terjadi... Mengaitkannya dengan buku-buku yang saya baca, pembelajaran di kelas-kelas training, kata-kata orang bijak, kutipan hadis dan Al-Qur'an, bahasan dalam kajian-kajian islam dan bahkan film-film yang sata tonton...
Dan wow!!! *terus gue ngomongnya harus sambil kayang getoh?* *mohon saat membaca ini jangan sambil membayangkan kalo saya kayang ya*. Saya mampu menghadapinya dengan lebih damai dan efektif... Tanpa hati yang protes.

Proses berpikir positif yang sekarang saya pahami justru membuat saya jauh lebih mengingat Allah... Saya tidak lagi meneriakkan "Positive thinking! Positive thinking!" penuh euforia pada diri saya. Saya justru merasa lebih damai dengan kesadaran diri yang sekarang seringkali terlibat. Positive thinking itu tidak serta merta dimaknai selugas definisi dari gabungan dua kata postive dan thinking, tapi lebih dalam dari itu. Tentang cara berpikir, tentang sisi sudut pandangnya, tentang kedewasaan pemaknaan.


Salam,
Si gadis gersang yang masih perlu banyak disiram.
continue reading What do you mean about "Positive Thinking"?

"Kamu tau kenapa banyak yang meninggalkan padahal ia sudah sering bertahan diam-diam. Percayalah ukhwah itu mahal sekali, aku ragu bahwa akulah yang sudah sangat berkorban.”

"Dek Mona, kok jarang muncul di grup? Sibuk ya?"

"Hehe. Aihh engga kok."


“Barangkali kita memang harus sama-sama meluruskan niat, apa tujuan memiliki semua sosial media ini..”


Beberapa grup, yang terkadang dibuat dalam niat menyambung ukhuwah menjadi salah arti.
Jangan takut dibilang lemah karena bersikap lemah lembut. Mereka hanya perlu tau kita kuat dalam tindakan, bukan kuat dalan berbicara. 
Eh tapi, perempuan kan lebih enak dipandang jika lemah lembut, apalagi kalau sopan. Cocok lah :) ehem uhuk uhuk *rapiin cara duduk*
continue reading

Jumat, 27 Mei 2016

Rayi (a.k.a Nenek)

Dua siluet terpantul di tanah penuh kerikil mengikuti langkah dua orang yang sedang menyusuri jalan kecil itu. Di pinggiran jalan itu, berbaring dengan tenang sebuah kali yang airnya selalu kuning sedalam lutut orang dewasa. Apabila musim hujan, kadang air itu melimpah melewati beton sederhana yang membendungnya. Disanalah anak-anak delapan tahunan berenang sampai lupa hari, mereka hanyut dalam euphoria pasca hujan, bermain dengan sangat amat gembira, segembira-gembiranya, seolah-olah esok hari akan keluar peraturan dilarang bermain air.
Perempuan kecil dan rayinya. Mereka berjalan kaki menuju sebuah surau kecil. Sebenarnya ada mushola yang lebih dekat, tetapi sang nenek memilih surau yang lumayan jauh dari rumah, entah kenapa. Jamaah di sana rata-rata orang dewasa, sedangkan musholla yang lebih dekat itu dipenuhi oleh anak-anak kecil 6-12 tahun yang kelewat labil. Mereka biasanya bermain di halaman musholla, berteriak-teriak sepanjang shalat tarawih, kemudian menjadi makmum di rakaat-rakaat terakhir, dan sengaja menyempatkan diri merusak bacaan amin dengan suara beroktaf-oktaf, tanpa rasa bersalah sedikitpun, membuat orangtua-orangtua mungkin mendumel dalam shalatnya.
Perempuan kecil dan neneknya terus menyusuri jalan di malam itu dalam diam. Dengan pendar-pendar gemintang Allah menjadi penerang, lampu-lampu rumah dari kejauhan, serta senter kecil di tangan perempuan kecil, yang sesekali ia mainkan fokusnya. Ia tembakkan cahayanya tak beraturan ke sekeliling, ke langit, ke bintang-bintang, ke kali, ke jalan, ke semak-semak di pinggir jalan, kemana saja untuk memastikan sekelilingnya aman.
Walaupun berkali-kali ia sibuk sendiri dengan senter kecilnya, namun perempuan kecil itu seringkali melangkah dengan mata terpejam. Mempercayakan arah pada neneknya yang erat menggandeng tangan mungilnya yang bebas senter. Wajar jika gadis kecil seusianya takut gelap, cahaya senter tidak membantu banyak, baginya memejamkan mata adalah sebuah perlindungan.
Ia sempatkan bergumam pada neneknya yang bertahan tidak banyak berkata-kata sepanjang perjalanan, bahwa ia merasa sedikit takut, bahwa ia seringkali merasa sedikit takut, terlebih-lebih pada gelap, lalu kenapa orang dewasa seperti tidak pernah takut berjalan dalam gelap? apakah mereka pura-pura berani? Bagaimana kalau tiba-tiba ada hantu? (?) Apakah semua anak kecil itu suka takut?
“Kenapa harus takut?.. Kita kan punya Allah, nanti kalau meninggal, di dalam kubur kita cuma sendirian.. sekarang kan masih berdua…”
Percayalah, kalimat itu berhasil membuat si perempuan kecil semakin takut menjadi-jadi. Baginya, sang nenek gagal membuatnya tenang. Meninggal? kuburan? bukan kata-kata itu yang ia harapkan, terlebih nanti mereka akan melewati pemakaman warga sebelum surau yang dituju. Itu justru membuat imajinasinya lebih liar, ada pocong (?), hantu berbagai variasi (?) yang kapan saja siap mencekiknya kemudian membiarkan mayatnya menjuntai-juntai di atas pohon (?), tanah lapang dengan kuburan-kuburan yang berasap-asap (?), serta interior kuburan yang mengerikan. Ia tidak terlalu mengerti makna “kita punya Allah” pada saat itu. Lalu kenapa kalau kita punya?? Ia justru semakin merapatkan diri berjalan di sebelah neneknya. Dalam hati ia berdoa semoga nenek tak akan pernah meninggalkannya sendirian.
***
Sejumput hikmah yang terpetik belasan tahun lalu, mungkin sepotong kisah yang terlalu konyol, tapi banyak kenangan yang membekas hingga sekarang. Tentang Ramadhan saat itu, malam-malamnya yang dihabiskan dalam scene yang sama, jalan kecil itu, kali itu, tentang rasa takut, tentang “kita punya Allah”, tentang nenek. Tentang kata-kata beliau, bahwa tak perlu takut pada apapun, tak perlu takut ditinggalkan, karena nanti di dalam kubur kita juga akan tinggal sendirianbahwa hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram...hmm…indah sekali.. Mungkin beliau tak sempat tau, bahwa kalimat “menakutkan” itu membekas, masih terekam dengan jelas bahkan belasan tahun setelah saat itu, dan jika masih ada sisa usia, maka masih akan terekam berpuluh tahun lagi…
continue reading Rayi (a.k.a Nenek)

Kamis, 26 Mei 2016

The Most Beautiful

“Andai engkau tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hatimu akan meleleh karena cinta kepada-Nya.” ~Ibnul Qayyim al Jauziyyah

Have you ever been in a situation which caused your mind troubled, just when reality didn’t match your dreams and expectations?
I have. Perhaps all of us have.

Ketika kenyataan tidak sejalan dengan apa yang kita cita-citakan. Ketika rencana yang sudah tersusun rapi tiba-tiba berantakan karena hasil akhir tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ketika impian musnah menyisakan pedih yang seakan tidak berkesudahan..

Mungkin saat kita gagal masuk sekolah impian..

Gagal memiliki seseorang yang kita cintai dalam ikatan yang halal..

Gagal dalam urusan pekerjaan…

Gagal dalam membina rumahtangga..

Gagal mengajak orang-orang terdekat menuju hidayah-Nya..

Kadang kita merasa kecewa dan putus asa dengan apa yang telah Allah tetapkan atas kita. Kadang kita merasa bahwa hidup ini tidak adil. Kadang kita bertanya seolah menggugat,

“Kenapa harus saya?”

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya. Dan yang demikian itu hanya ada pada seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika mendapat musibah dia bersabar, maka sabar itu baik baginya” (HR. Muslim)

Demikianlah seharusnya seorang mukmin menyikapi apa yang Allah gariskan untuknya. Sabar, syukur, ridha. Senantiasa bersabar, bersyukur dan ridha atas segala keadaan. Meski sulit, karena yang demikian bertentangan dengan hawa nafsu manusia.

Saya pernah beberapa kali mengalaminya. Merasa kecewa sekaligus lega di saat yang sama. Wait.. Lega ketika sesuatu yang diimpikan luput dari genggaman? How come?

I always believe that, ketika Allah tidak mengabulkan keinginan kita, exactly right how we want it, pasti ada hikmah tersendiri di baliknya. Pasti ada sesuatu yang Allah ketahui, yang tidak kita ketahui.

Saya selalu percaya bahwa keputusan Allah, apapun itu, se-menyakitkan apapun itu, pasti yang terbaik bagi saya kala itu. Entah kenapa, saya hanya yakin bahwa ada sesuatu yang lebih baik menanti di kemudian hari, insya Allah.

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu TIDAK mengetahui.” (Al Baqarah: 216)

Seringkali Allah menghindarkan saya dari sesuatu yang saya inginkan karena Allah tahu yang demikian tidak baik bagi saya. Dan Allah telah menyiapkan sesuatu yang jauh lebih baik untuk saya kelak. Entah apa, siapa, kapan dan bagaimana.

Sesuatu yang tidak saya pahami saat ini, tapi mungkin nanti.. Berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun kemudian.. Akan datang jawaban dari semua pertanyaan: mengapa Allah tidak mengabulkan permintaan saya saat itu, tepat seperti yang saya inginkan.

I have proved that not only once or twice. Too many times Allah prevented me from something I desired, in order to give me something much better. Something beyond my own expectations.

“When Allah tests you it is never to destroy you. When He removes something in your possession it is only in order to empty your hands for an even greater gift.” ~Ibnu Qayyim Al Jawziyyah

Jika saat ini kita tengah dirundung duka karena realita tidak seperti yang kita inginkan…

Yakinlah, di balik segala air mata, kesedihan, kesabaran, Allah telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik. Yang mungkin jauh lebih baik dari apa yang pernah kita impikan.

Ya, ketika impian tak selalu bersanding indah dengan kenyataan. Sadarilah.. Dengan segala keterbatasan ilmu dan sempitnya pandangan kita sebagai manusia. Allah sungguh Maha Tahu, apa yang terbaik untuk kita.

For He  is the best planner and His plans are always the most beautiful ones ❤

"As I look back on my life, I realize that every time I thought I was being rejected from something good; I was actually being re-directed to something better. You must convince your heart that whatever Allah has decreed is most appropriate and most beneficial for you.” (Anonymous)


Jogjakarta, end of May 2016.. always believe in rainbow after the storm.

continue reading The Most Beautiful

Rabu, 25 Mei 2016

MARS

Well, agar film-film positif tetap eksis, maka akhirnya tadi siang saya kepo film MARS. Walaupun setiap kali saya mengingat bahwa MARS adalah akronim dari Mimpi Ananda Raih Semesta, saya didera keinginan untuk ketawa-ketawa sambil nelen orang, muntahin, telen lagi.
Baru lihat trailernya aja udah bikin baper cyin. Hiks. Pokoknya saya wajib tonton banget film ini (waktu udah tayang di tv (?). Soalnya saya pasti mules kalau masuk bioskop *ha?). Film ini keren pisan euy... Cerita perjuangan seorang ibu untuk pendidikan putrinya di tengah budaya desa yang menjadikan pendidikan adalah sebuah prestasi yang sulit untuk dibanggakan.


- If you ask me, "Who knows the best about the meaning of education?". Then I would says, "My mother". A mother is light from the seven galaxy that brightness my soul and like the eternal light. She is the wind that played the music of life. So beautiful, and miracles. In this village on Gunung Kidul, where there was no electricity, I grow up in poority. Education is a hard achievment to be prouded. There were only four people to graduated from senior high. Most of the people will busy to helped job their parents or move to work in the city. Most of the woman in the work as house keeper or married as young age. In that kind of culture, the women named Tupon raised me. She is my mother... She gaves me faith in God. She told me that God knows things be on everything. For me, she is my heaven. I believe from the hadith that says, "Whom do you should respected the most?", and the answer would be, "Your mother, your mother, and your mother. Then, your father." (Sekar Palupi) -
continue reading MARS

Selasa, 24 Mei 2016

Bintang itu Jauh atau Tinggi?

Terdengar suara pintu kamar saya digedor-gedor keras sekali. Buru-buru saya lepas mukena yang saya pakai untuk sholat isya barusan. Dan membuka pintu kamar.
Muncul wajah yang saya kenal, lengkap dengan senyum nyengirnya. "Heleh mau ngapain?! Janji jam 4 sore dateng jam 7 malem."
"Biar kita lihatnya bintang. Bukan sunset."
"Ogah. Ngantuk."
"Yang terakhir kali, masa' gamau?"
Dia pandai memainkan raut wajah. Kala saya lihat, raut wajahnya kali ini... arghh oke. Kita pergi.

Ini tempat terkenal untuk anak Tembalang dan sekitarnya. Bukit Gombel. Tempatnya terbuka, bisa sepuasnya memandangi malam (tsah!), perlu dicatat, dengan tololnya saya tidak membawa jaket, maka sekarang saya sedang kedinginan.
Gara-gara kedinginan saya jadi ingat sesuatu. Apa itu? Sebuah peribahasa anonim “gantunglah cita-citamu setinggi bintang dilangit” (ini peribahasa bukan ya?). Menurut saya ada yang salah dengan peribahasa ini. Hellooo??? Bintang itu ga “tinggi”, bung! Ga tinggi. Tapi Jauh..
Tapi ketika mikir-mikir lagi, tak ada yang salah tentang jauh atau tinggi. Ini hanya masalah “frame”. Seseorang, sebut saja “pinky”, yang meramu peribahasa “gantunglah cita-citamu setinggi blablabla” melihat dirinya sebagai seseorang di tengah malam, (dan dia amnesia bahwa ada matahari) sehingga baginya bintang itu tinggi. Tapi saya, saya adalah satu spesies di alam semesta, tidak peduli siang atau malam, maka bagi saya bintang itu sangat jauh. Hoho. Ga penting.
Tapi sekali lagi, ini hanya soal “frame” atau cara pandang atau sudut pandang atau apapun saya menyebutnya. Yang layaknya sebuah sudut, ia tergantung pada masing-masing orang, seberapa besar sudut yang mampu ia tarik dari acuan nol derajat.
Lalu apa poin saya? poinnya adalah, saya tidak bisa seenaknya men-judge pendapat berbeda dari orang lain adalah salah. Saya dan dia hanya sedang memiliki frame yang berbeda. Mungkin saja sudut saya dalam memandang sesuatu lebih kecil, atau saya menarik sudut ke arah yang berlawanan, hingga wajar saya tidak mampu melihat apa yang dia lihat. Maka alangkah baiknya saya mencoba berdiri sebagai dia, menggunakan frame yang sama, berusaha menggunakan “sudut”nya ,masuk ke dalam jalan berpikirnya, memahami bagaimana cara dia berpikir dan memandang sesuatu, menilai sesuatu dengan cara dia menilainya. Maka saya tak akan punya alasan untuk egois bilang saya benar dan dia salah, maka saya akan punya lebih banyak pertimbangan.. hmm… yah, begitulah…

Pesan moral dari cerita di atas adalah: om om tante tante. Jangan hobi mainan hp dijalan. Selain bahaya untuk diri sendiri, juga bahaya untuk orang lain. *maaf, ngomong-ngomong kok ini pesan ga nyambung sama tulisan cerita ya (?)* *yhaa asikin aja* *suka-suka yang nulis* *sedang iklan layanan masyarakat* 
continue reading Bintang itu Jauh atau Tinggi?

Jumat, 20 Mei 2016

Jiwa yang Tertukar

Scene 1
Saya: Diva tunggu, Tante mau beli balon dulu.
Diva: Jangan, Te... itu buat anak-anak.

Scene 2
Saya: *teriak-teriak lagi seneng*
Diva: ssttt... Tante berisik.

Scene 3
Saya: *beli ice cream*
Diva: Ga boleh, Te... nanti pilek loh. Tante mau?

Yes everyone, we call it "jiwa yang tertukar"

Saya dicupuin sama anak bau kencur hiks. Walaupun dia bau minyak kayu putih sih, bukan bau kencur hmm.

Saya: hadap kamera dong hadap kamera sini. Mau tante foto. Biar jadi cover girl di cerita tante gitu. Sini sini.
Diva: ih tante, kalo suka pasang-pasang foto bisa bahaya lho. Nanti bisa diculik...
Saya: *ahh terserah Diva lah terserah, Nak. Cekik tante aja cekik* *nangis goser-goser di jalan*

Yes everyone, we call it "karma itu ada"

Pesan moral: Anak-anak itu mahluk yang paling 'nyaut' kalau diajarin suatu hal. Jadi, hati-hati kalau mau ngajarin atau nasehatin.

continue reading Jiwa yang Tertukar

Minggu, 15 Mei 2016

Senja di Kereta

Terakhir kali bidadari menolehkan pandangannya ke semesta, ia membuat langit senja bulan Mei malu-malu. Mei memang sedang dalam dilemma. Beberapa hari berturut-turut ia persilahkan Hyang Arka menerik sangar, membakar punggung tangan, bahkan terkadang serasa mendidihkan darah di kepala. Tapi beberapa kali, dijamunya awan-awan hujan. Diturunkannya kristal-kristal air bening, menyapu debu-debu di jalanan, dan membasuh bumi dari jelaga tebal. Lalu aku, kembali lebur dalam kontemplasi.

Sepanjang hari, semesta selalu saja punya banyak hal indah untuk disyukuri. Semesta selalu saja punya banyak misteri, membuat takjub dan menggoda rasa ingin tahu. Ah, semesta selalu saja punya trik.. lagi dan lagi, karenanya aku angkat tangan, aku kalah, aku tertawan, aku terpikat, aku jadi pecandu.

Tidak ada yang lebih menarik daripada menikmati perubahan entropi alam raya, setiap detailnya. Dan gara-garanya, aku jadi terlalu sering jatuh cinta. Pada langit dan perhiasannya, pada bulan Mei, pada bianglala, pada bunyi air yang mengalir, pada kerisik daun-daun ditingkahi angin, pada bau rumput, pada eksotisme hujan, pada laut luas yang terlihat bangkang, pada garis pantai, pada cara serangga terbang di udara, pada senyum orang-orang yang mencintaiku, pada resonansi, pada cara kilat mendahului petir, pada cuaca, pada sensasi rasa senang yang unik -yang hanya akan ada setelah membuat orang lain senang-.

Aku jatuh cinta pada cara orang-orang mengangkat tangannya kemudian berdoa, pada antusiasme orang-orang yang merapatkan shaf, pada cara anak kecil memandang hidup, pada cara ibuku menanyakan kabar, pada layang-layang putus *ini ga ngerusak flow kan?*.Hmm..aku jatuh cinta pada detail-detail alam raya, pada segala hal.

Dan entah kenapa, senja selalu saja indah untukku. Langitnya selalu saja indah. Menurutku, paduan warna langit senja dengan sangat intimidatif, tanpa bisa kujelaskan, selalu mampu membangkitkan unsur-unsur melankolik dalam ruhku. Langitnya selalu saja menawan, jingga. Jika awan-awan adalah istana, maka Cumulus senja adalah istana dengan fasade paling angkuh yang pernah ada. Peri-peri mungkin jadi terlalu sibuk merayu mega-mega itu untuk mau ditata. Mereka berangkat dari kaki langit, menerjemahkan romantika dalam stratum warna-warna, mendandani sebujur langit dalam dominasi jingga, hingga pada akhirnya terbingkailah lukisan mahakarya Tuhan di petala langit senja. Sebentar saja, warna-warna itu semakin menua, untuk kemudian malam menggulungnya. Dan tak harus menunggu lama, atas kuasa Pencipta Masa, Mei akan kembali melahirkan hari baru…

Lalu di antara sendu senja dan fenomena pergantian masa, ada saat-saat dimana aku ingin sekali percaya, bahwa jasadku tidak akan sekedar jadi beban alam semesta, bukan cuma residu. Semoga aku memberi nilai tambah, memberi kebermanfaatan, membuka peluang kebaikan untuk orang lain…aamiin.Allahumma aamiin.


Senja di kereta Bogor-Jakarta, 14 Mei 2016.
~Suara itu datang kembali. Bertanya mengusik hati. "Yakin mau ambil hidup yang hanya seperti ini? Lahir, berkembang mendewasa, sekolah, kerja mengumpulkan pundi-pundi, berkeluarga, lalu mati?". Ya aku mengenal suara itu, suaraku sendiri~
continue reading Senja di Kereta

Senin, 09 Mei 2016

SURAT MERPATI

Kemarin saat di rumah, saya membongkar kembali 3 kardus penuh berisi buku-buku saya zaman kuliah. Aahh jangan berprasangka buruk dulu, saya teh buka-buka kardus buku bukan untuk ngebaca hehe... ini karena mau nyari salah satu novel teman saya yang pernah saya pinjam dan sudah jatuh tempo untuk dikembalikan, atau saya akan kena denda yang bikin kantong bolong. Oiya, bagi yang butuh narasumber dengan syarat: hidupnya selalu numpuk buku doang dan lupa ngembaliin ke perpustakaan berbulan-bulan bahkan tahunan dan akhirnya setelah jadi buronan petugas perpustakaan dia puasa berbulan-bulan tanpa buka karena kantongnya mendadak dibolongin petugas perpustakaan, silakan calling saja saya ya hiks, siapatau saya bisa memotivasi anda untuk segera mengembalikan buku, atau malahan tidak usah pinjam buku saja *mukelujauhmon*.
Ya jadi, aduh lupa sampai mana tadi.... oh ya membongkar kardus.

Saya menemukan suatu amplop bertuliskan nama saya. Saya jadi ingat, sekitar satu tahun lebih (nya berapa lupa) yang lalu, saya dan teman-teman angkatan punya permainan 'surat merpati' namanya. Aturan permainannya adalah, setiap anak memberikan surat pada temannya yang lain dengan nama pengirim yang dirahasiakan. Isi suratnya boleh tentang pandangan kita ke teman tersebut, boleh apa saja suka-suka hehe. Saya ambil lah amplop tersebut dari kardus, saya baca ulang dengan seksama, ternyata lucu-lucu hehehe, saya pikir, surat harus dibalas. Nah tulisan saya kali ini akan berisi balasan-balasan saya terhadap surat merpati itu.

1) Momon... kalo makan jangan banyak-banyak, temen lain ga dapet. Momon, mantapkan hati untuk pilihanmu nanti... Momon, ini kita yang kurang deket atau emang adanya begini? #LOL
-- Answer: hahaha maapiiin, nih *nyodorin ayam goreng*. Iyaaa mohon doanya ya, biar aku bisa memantapkan hati untuk pilih satu porsi atau dua porsi sayur asem buat makan siang iniii

2) Terus berjuang pantang menyerah. Salam Sukses :) *nulisnya dibalik kartu nama sebuah usaha konveksi*
-- Answer: lu kira-kira napa, saat surat-suratan gini masih aja sempat promosi :3 . Salam sukses juga buat kamu!!! muachhh

3) Menurut aku, Moncer adalah sosok yang menginspirasi. Masih ingat dulu pas maba kita pernah sharing antara fokus kuliah atau organisasi dsb. Tapi seiring waktu bergulir, kita semua punya pilihan dan jalannya masing-masing. Semoga sukses Mon :) , tetap jadi Moncer alay ya :D
-- Answer: tetap jadi Moncer alay? siappp haha. Ntar kita ngalay bareng lah yaa, dua anak alay lebih baik *kedengerannya kayak iklan KB* . Semoga sukses  juga buat kamu :)

4) Semoga sukses dan jangan lupakan keluarga Fluorescence :D
-- Answer: iyaaa ga akan lupa :') *kecuali amnesia gara-gara kepentok tiang jemuran*

5) Mona yang cantik. Tetap semangat dan sukses mencapai keinginan ya!!! :D
-- Answer: inginku Kamu :')

6) Sukses ya... :D
-- Answer: Sukses juga ya... :D

7) Mona, iri banget sama mona yang bisa aktif sana sini. Jangan terlena ya Mon, kuliah... :D Love ^^
-- Answer: Hahaha iyaa.. doain aku, supaya nanti kalau dapat kesempatan kuliah lagi, ga terlena kayak kemarin-kemarin yaa

8) Mona, jangan buat dirimu rapuh pada satu jalan yang lurus. Cabang dan ranting serta akar perlu kamu peroleh...
-- Answer: ini lagi nebang pohon yak ceritanya? haha iyaaa Insyallah.. Lovee youuu

9) Terima kasih sudah membalas sapaku
-- Answer: Iya sama-sama. Nyapa akunya udah, kapan nyapa Bapak aku? #eaaa hahaha

10) Semoga menjadi yang paling baik lagi :)
-- Answer: Aamiin... bareng-bareng memperbaiki diri yaa ^^

11) Makin care ya, rendah hati
-- Answer: Siapppp *gaya upacara bendera*

12) Best friend forever
-- Answer: Yeahhhh mumumumu

13) Mona, ngelihat kamu jadi pengen "anggun" juga mon.. hehe
-- Answer: semoga kamu cewe ya :3 aku bingung kalau punya temen cowo anggun soalnya :"

14) Monatul, keep anggun... Keep ROCKS!! Salam Rock 'n Roll
-- Answer: Yoiii brooo *tosss*

15) Mona... aku ngefans loh sama kamu (jangan mikir-mikir aneh) hahaha... Semangat menebar semangat yeee. Tapi walaupun semangat, jangan suka dan menggampangkan yang lain ya. Love you
-- Answer: Tolong nanti kamu yang mengkoordinir ya kalau mau bikin mona fans club hahaha. Iyaa makasihhh.. Love you too

16) Mona maaf ya sering kurang ajar sama kamu. Tapi aku sayang kamu. Ngefans banget deh sama pembagian waktumu.
-- Answer: Ga boleh sayang-sayangin aku sebelum ngebeliin martabak!!! :3

17) Mona... Kalau makan jangan banyak-banyak ya.. Nanti aku ga kebagian Ahahaha. Sukses ya
-- Answer: aku maunya ga banyak, tapi hati aku dan mulut aku ga sejalan hiks

18) Mona... temen pertama di Biologi... Sukses ya... Sesekali tanya kabarku dong :)
-- Answer: Kamu, apa kabar? :')

19) Mon, maaf ya kalau sering mendzolimi kamu. Itu bukan dari hati kok cuma bercandaan biar ga kaku. Lagian kamu emang paling enak buat dicengin hehe peace :)
-- Answer: Aku mah bisa apa atuh... tercipta untuk disakiti hiks

20) Mona, jangan organisasi yang memforsirmu terus. Jangan lupa kuliah.
-- Answer: Iyaa janjiii ga akan diforsir organisasi lagi ^^ *yaiyalahh, orang udah kelar :3*

21) Rajin-rajin kuliah ya. Jangan sering bolos
-- Answer: aku udah minta maaf ke Allah SWT karna sering bolos kemarin-kemarin :" maafin mona ya Allah

22) Mona, aktivis sibuk... ayo dikejar akademiknya. Banyak senyum, jutek kalo lu diem :)
-- Answer: iyaaa aku bakal ngejar akademik, bakal rajin belajar kok mulai sekarang, belajar menerima kenyataan pahit *senyum ga berenti-berenti sampe akhir hayat*

23) Cinta adalah anugerah
-- Answer: Emmm umm erghhh.. Yha oke *kebayang si Cinta AADC*

24) Mona... Trims mon... buat senyum yang selalu ditebar...
-- Answer: Ini senyum apa benih padi yak? ((ditebar)) :')

25) Thx udah bantu setahun kemarin. Maaf merepotkan. Sukses ya ^^
-- Answer: Haha gw tau ini pasti si pria hormonal. Iya sama-sama yaa.. maafin sering bikin kamu pusing karena bandelnya kadepmu ini. Sesungguhnya, aku benci mengakui ini, tapi dari sekian banyak organisasi yang pernah aku jalani di kampus, organisasi kita lah yang paling bikin aku nyaman hehe, bermodal kepolosan dan tujuan murni anak-anak ingusan. Sukses juga buat kamu!!!

26) JANGAN SIBUK TERUS!!! AYO HANG OUT!!!
-- Answer: AYOOOO

27) Mona, jangan makan banyak-banyak
-- Answer: lhah aku pengen semloheee... makanya makan banyak

28) Hai mona hehehe. Jadi cewek kok anggun banget ya... Jadi ngefans upsss! Tapi kadang dibalik keanggunannya bisa jutek juga dia haha.
-- Answer: hehehehe ahhh kamu sa aeee *tepuk pundak temen, ceburin ke empang*

29) Momon aku minta maaf banyak salah atau becanda yang lebay. Tapi jujur aku bangga sama mona. Prestasi yang dicapai, perbaikan-perbaikan yang dilakukan. Terimakasih Mon. Salam manis. Salam semangat. Love Momon.
-- Answer: syaratnya masih sama, kalau mau dimaafin, bawain martabak dulu

30) Mona pliss jangan lebay. Kamu itu baik, aktif. Kadang aku iri padamu huhu ^^
-- Answer: Engga kok udah engga sekarang.... Engga salah lagi makin nambah kadar lebaynya maksudnya :3

31) Semoga jadi lebih baik dan dewasa. Menjadi salah satu calon pemimpin wanita. Lebih peduli dengan orang disekitarnya
-- Answer: Aamiin... semoga doa baik juga tercurahkan padamu :)

31) Semangat dan sukses selalu ya!! :D
-- Answer: makasih udah disemangatin :') jadi terharuuu

32) Terimakasih telah menjadi temanku, sukses selalu. Maaf atas segala kesalahanku
-- Answer: Sama-sama ya.. makasih dan maaf juga :')

33) MONA TETAP MEMPESONA. TAPI JANGAN TERLALU ANGGUN-LAH HAHA... JANGAN TAKUT CUTRA RUSAK JUGA YAA..
-- Answer: Engga kok engga.. aku ga takut citra rusak. Aku takutnya kalo vaseline yang rusak *merk handbody semua -,- *

34) Mona gokil. Kalem-kalem tapi ngejleb!! Love you
-- Answer: hehe soalnya menurut aku, cewek itu ga elegan kalo kasar. Jadi cukuplah jadi lembut, dan sampaikan hal-hal dengan cara baik tapi 'ngena'. Love you too

35) Semoga suatu saat nanti kita masih diberi kesempatan bertemu kembali dengan kesuksesan kita ^^
-- Answer: Aamiin ya Rabb :)

36) Hi
-- Answer: Hi juga

37) Lentera... Semangat!!! Love you cz Allah ^^ Semoga dikuatkan punggungnya
-- Answer: Aamiin ya Rabb... Love you too :*

38) Momon, wanita cantik kepunyaan Allah... tetep semangat! Share ilmunya ya ke aku, sabarnya, tabahnya, semuanya ^^
-- Answer: hehehe aku masih sama dengan kamu, sabarnya, tabahnya, masih sering rapuh. Belajar bareng-bareng yuk ah :)

39) Mona, semoga sukses dan istiqomah
-- Answer: Aamiin ya Rabb.. kamu juga ya!!

40) Mona jangan sibuk-sibuk terus ya ... hehehe
-- Answer: Siappp hehehe

41) Akhwat kayak durian lu haha peace mon!!! luarnya busett tajem bener, duri. Tapi gw tau duri-duri luar lu buat jaga manis lu yang sebenernya ada di dalem :) Tampaknya lu susah dimiliki
-- Answer: apaan sih lu!!! *ini lagi ngeluarin duri ceritanya*

42) Mona, semangat ya! Terimakasih. Kita akan selalu menjadi bagian dari Fluorescence.
-- Answer: Iya semangat juga kamu :)

43) Mona, kamu adalah orang pertama yang saya kenal di biologi. Kamu banyak makan. Saya suka kamu berpendapat.
-- Answer: hahahaha busettt dah ini siapa lagi, gaya bahasanya formal banget kayak aki-aki

44) Semangat ^^
-- Answer: Iyaaa ^^

45) Mona baik, ramah tapi kadang suka jarang nyapa, tapi kalo disapa juga suka ga jawab :( semangat mona. I love you
-- Answer: Aaamasa siy? Mungkin waktu ga jawab itu gara-gara buru-buru karena perutnya mules. hiks. maapin yaaa ^^ Love you too

46) Mona selalu menginspirasi. Suka kepo dengan bagaimana cara mona ngatur waktu dengan segala kesibukan yang seabrek itu. Semangat mon! Kapan-kapan bagi tipsnya. "D"
-- Answer: Hahaha mau tipsnya? Goceng duluuu sini *murah banget mon*

47) Monce, aku rada kagum loh sama kamu hehehe... Semoga makin kece ya ceu, tetap bersembunyi dibalik keanggunanmu hahaha
-- Answer: hahaha kamu muji-muji gini mau ditransfer berapa banyak hayo? *ngeluarin dompet* *eh paitnya dompetnya kosong*

48) Teman yang memberiku inspirasi dan empati. Empati? karena sulit ngasih waktu buat temen angkatan
-- Answer: MAAF :') semoga kedepannya bisa memperbaiki diri lagi ya aku,,, mohon doa dan bantuan kamu yaaa

49) Semangat cantik!!!
-- Answer: Makasih sayang!!!

50) Best friend forever
-- Answer: *menautkan jari kelingking*

51) Tidur mon, matamu mata panda
-- Answer: wewww? kenapa jadi panda yang dibawa-bawa? hehe iyaa makasih yaa udah perhatian ke aku

52) Ceu, entah apa yang harus kutulis disini, karena rasanya sudah banyak cerita & senda gurau denganmu... Selamat dan dimampukan dalam menapaki "jalan" barunya ^^ you know me so well...
-- Answer: Iya... I know you so well :) *sambil ada lagu soundtrack kuch-kuch hota hei*

53) Aku mencintaimu karena Allah, Mon :)
-- Answer: Ya :) akupun begitu, kawan...

54) Mungkin, kita punya jalan lain, yang berbeda, sendiri, punya tujuan dan harapan lain. Wahai sahabtku Monaliza, satu harapanku untukmu, walau kesibukan menyibukkan kita, bukan berarti kita harus berjauhan bukan? :) selalu jaga silaturahmi ya, cantik
-- Answer: Maaf :") Iya insyallah... semoga kedepannya aku semakin bisa memperbaiki diri ya...mohon doa dan bantuan kamu

55) Rasa, ngrasa, hangrasakke
-- Answer: Aku orang jawa, tapi jujur, aku ga mudeng arti dari 'hangrasakke'. Ajarin aku dongsss

56) KAMU CANTIK
-- Answer: Kamu juga cantikkk!!! *ga peduli yang ngasih surat ini cewek atau cowok. pokoknya kamu cantik!!*





continue reading SURAT MERPATI

Kamis, 05 Mei 2016

Rabu, 04 Mei 2016

Bismillaah... "Kalau suatu hari kamu ga sempat tilawah/muroja'ah karena sibuk kuliah atau pekerjaan atau kesibukan lainnya.

Kalau suatu hari kamu ga sempat menambah hafalan karena sibuk organisasi, atau kesibukan lainnya.

Percayalah..
Bukan karena kamu sibuk, atau kamu ga sempat membaca Quran, tapi;

Gara-gara ga baca Quran --> pikiran kamu sibuk.
Gara-gara ga baca Quran --> perasaan kamu sibuk.
Gara-gara ga baca Quran --> struktur atomistik kamu kacau.

Justru setelah baca Quran, kamu jadi ga sibuk.

Buat komitmen diri, "ketika saya sibuk dan tak sempat membaca Quran. Ini sangat berbahaya. Keputusan yang saya ambil, langkah-langkah yang saya jalani, sesuatu yang saya lihat, semuanya tidak terbimbing dengan petunjuk-Nya." (Ust. Bachtiar Nasir)
continue reading

Senin, 02 Mei 2016

Menceracau

Saya melihat perbedaan yang lebar antara saya dan adik cowok saya ketika kami menonton pertandingan bola di televisi. Saya pikir semua laki-laki akan seperti adik cowok saya yang ber”arrghh” ria ketika si pemain gagal mencetak gol. Tapi saya pun sebenarnya juga ikut ber”argh” ria di samping adik cowok saya walaupun –tentu saja- saya tidak mengerti apa-apa. ~.~.
Lebih jauh, saya tidak ingin terjebak dalam inefisiensi fenomena emosi yang semu(?), yang mana saya sangat paham bahwa tidak ada dampak signifikan pada diri saya ketika bola itu memasuki gawang atau tidak. Tringgg. Aha! Sebuah bohlam 18 watt hemat listrik dan ramah lingkungan(?) menyala dalam otak saya. Saya menyadari sesuatu yang brilian, bahwasanya saya sangat keren, dan si adik cowok saya harus belajar banyak dari saya bagaimana mengatur emosinya saat menonton bola. *perbanyakistighfarmon*
Sepertinya bagi semua maniak bola pertandingan bola adalah soal gol dan tidak gol. Menang dan kalah. Jika satu pihak hanyut dalam euphoria kemenangan hingga mungkin bakar petasan tujuh hari tujuh malam. Maka pihak lain hanyut dalam duka cita yang mendalam, bahkan tak jarang bertindak anarkis sebagai bentuk kekecewaan. Namun, ada pihak yang seperti saya. Yang ketika menonton bola paling banter memberi komentar ngasal seperti ini: “Komentatornya kok ngomong mulu sih dek? Kan berisik yak..” atau “Itu rumputnya beli dimana ya dek kira-kira? Bagus ya” atau “Tsubasa ngga main ya dek? Dek.. dek… Tsubasanya mana dek?”. Ketahuilah, saya tidak sampai hati memberi komentar pada pemain bola. Bagaimana tidak, kasian sekali mereka itu. Siapa yang tidak akan lelah berlari-lari dalam lapangan seluas hampir 5000 meter selama 2×45 menit? Yang kalau saya dipaksa melakukan hal yang sama, keputusan saya sudah bulat, saya akan langsung pura-pura pingsan saja. Lalu kalau gagal mencetak gol, mereka akan disumpah serapah dan dikatai tidak becus oleh orang-orang yang sangat besar kemungkinan diragukan kebecusannya. Karena kalau mereka becus, maka tentu saja mereka telah menjadi pemain bola. Bagi orang-orang itu, si pemain bola adalah satu-satunya yang bertanggung jawab atas semua galat yang ada, hingga mereka menjadi pantas untuk dicaci. Mengenaskan sekali. Makanya saya selalu tidak tega kalau menonton orang yang menonton bola(?).
Beberapa waktu ini saya (dan kami, yang sudah purna amanah di kampus) mendapat banyak gempuran dari beberapa pihak tertentu, baik via pesan pribadi ataupun di grup-grup yang menampakkan keberadaan kami hehe. Puncaknya adalah ketika kemarin, tanggal 2 Mei, ada salah satu kampus tetangga yang sedang melakukan #pestarakyat #bUKTicinta nya yang mendulang banyak massa kampus tersebut jadi buah bibir dan ke-iri-an mahasiswa-mahasiswa di kampus lain. Disebut-sebut, gerakan tersebut terinspirasi dari pergerakan sebelumnya yang dilakukan mahasiswa di salah satu kampus yang ada di semarang. Lalu kenapa ada gempuran dari pihak-pihak tertentu kepada kami ini? Pasalnya, perjuangan tersebut malah menimbulkan suatu konflik. Nah, saya (dan kami) yang sudah purna saja digempur-gempur begini. Bagaimana yang sedang memegang amanah saat ini... semoga Allah selalu memampukan kalian ya adik-adik yang ganteng-ganteng nan cantik-cantik.

Ah saya jadi teringat seseorang yang sedang 'duduk' disana (untuk selanjutnya kita sebut saja dengan si X). Jelas dia memiliki kuasa di lembaga mahasiswa. Tapi nasibnya mirip-mirip pemain bola. Dalam pandangan saya, bagi sebagian rakyatnya, si X seperti sengaja diciptakan sebagai entitas yang menjadi faktor tunggal penyebab ketidakteraturan kosmik. (?) Semua kesalahan bersumber darinya. Jika pemerintah atau kebijakan kampus tidak becus, tentu saja salah si X. Tawuran saat pekan olahraga mahasiswa, proses audiensi yang lama, nurunin massa aksi yang tidak bisa sebanyak rakyat Indonesia, menggratiskan akomodasi aksi. Bahkan, jika terjadi banjir atau gempa, tunjuk saja hidung si X walaupun si X bukan pawang hujan apalagi pawang gempa. Pokoknya apapun yang berjalan tidak dengan semestinya, maka si X lah yang patut bertanggung-jawab. Jangan-jangan jemuran ilang juga nyalahin si X. Makanya tidak heran tak akan ada aksi mengapresiasi. Dan sejauh ini, sepanjang sejarah sejak berdaulatnya Negeri, belum ada yang mau berbaik hati melakukan aksi mengapresiasi seperti itu untuk pemimpin (di lembaga mahasiswa) yang sedang berjalan. Yang terjadi adalah kecaman demi kecaman.
Si X seperti tumbal yang terjebak dalam labirin kutukan manusia sepanjang sejarah bahwa pemimpin yang lalim adalah tradisi. Dan kelaliman, daripada negasinya, adalah lebih populer dan lebih mudah diingat. Maka dengan melihat 'keramaian' yang sejenak berhenti saja cukup bagi siapa saja membuat kesimpulan bahwa si X telah mengkhianati rakyat. Sekali lagi, si X seperti terjebak dalam doktrin sejarah. Saya juga berimajinasi membayangkan si X menjadi Pharaoh yang dengan bala tentaranya mengejar pasukan Musa. Kemudian si penguasa bernasib sial tenggelam dalam Al-Bahr Al-Ahmar, Erythra  Thalassa, atau kita sendiri menyebutnya Laut Merah. Otak kacau saya juga membayangkan bahwa lelaki Ephesus yang disebutkan dalam Taurat, yang kemudian kisahnya didetailasi dalam Al-qur’an, yang mana mereka mengasingkan diri ke dalam goa hingga tertidur ratusan tahun disebabkan karena mereka stress dengan kepemimpinan pemimpinnya.
Si X oh si X. Saya sedang mencoba melihat si X dengan setting yang berbeda. Si X sebagai manusia biasa, yang punya tanggal lahir (?), yang perlu sikat gigi setiap hari, yang mungkin alergi debu, yang bisa saja takut kucing, yang pernah dalam suatu masa kehabisan pulsa, yang pernah digigit nyamuk, yang pernah makan mie instan, yang pernah mengalami sindrom malas mandi, yang mungkin suka menyanyi di kamar mandi, yang memakai minyak kayu putih jika masuk angin, yang sayang pada keluarga, yang punya mimpi besar, yang punya cita-cita, yang ingin berbuat banyak, yang butuh dimengerti, yang butuh didukung, yang suka apresiasi, yang meneteskan air mata pada saat-saat krisis, yang pernah menyesal, yang kadang bisa salah. Iya, yang kadang bisa salah. Persis. Seperti Kita. Namun, besar kesalahan mengikuti kapasitas pembuat kesalahan. Kesalahan yang sama bisa berdampak berbeda terhadap pembuat kesalahan. Saya buang ingus saat rapat mungkin hanya mengakibatkan sebagian orang kehilangan nafsu makan secara permanen. Namun, jika si X yang melakukannya, esok harinya bisa jadi ia dikudeta.
Oh ya ampun. Jangan hakimi saya. Saya tidak sedang pro atau kontra. Saya hanya sedang mencoba melihat dari sisi lain. Pada lapisan lain, bukan lapisan polar pro-kontra. Saya hanya sedang melihat seorang Adik yang mungkin cukup letih dan bosan dengan rutinitas dan segala komentar yang ia terima, yang pasti dalam hatinya ada kebaikan, yang adalah manusia biasa yang bisa salah. Saya hanya tidak ingin bersikap apriori karena sesungguhnya saya tidak lagi terjun ke medan lapangan saat ini dan saya tidak mengerti banyak hal. Yang saya mengerti hanyalah bahwa si X dan saya sama-sama memiliki hak dan kewajiban. Dan kewajiban saya adalah menjadi warga yang baik hingga saya pantas mendapat pemimpin yang baik.
Semangatttt, ayo lebih giat, semoga sukses dunia akhirat ^_^ 
Apabila menerima teguran, tidak usah langsung melenting dan berkelit. Bersyukurlah masih ada yang menegur, berarti masih ada yang memerhatikan kita. Semoga kita semua selalu dapat menjaga ego dan emosi...

continue reading Menceracau

Minggu, 01 Mei 2016

Rasanya ingin meminta maaf pada mimpi-mimpi, yang didoakan setiap hari, tetapi lupa dihidupi. Mungkin karena beberapa tahun belakangan banyak sekali distraksi. Terlalu banyak mendengar dan membaca mimpi-mimpi orang lain, sampai abai pada mimpi-mimpi sendiri. Lupa bahwa mimpi tidak bisa menggapai dirinya sendiri. Lupa jika mimpi harus diperjuangkan dengan seluruh tenaga dan air mata. Lupa kalau mimpi-mimpi itu ada untuk membahagiakan diri sendiri agar dapat lebih bermanfaat untuk banyak orang.
Atas permintaan yang Kau ganti, ikhlaskan aku. Atas permintaan yang Kau tangguhkan, sabarkan aku. Atas permintaan yang Kau berikan, syukurkan aku. Pun, tetap tanamkan pemahaman bahwa segala dari-Mu adalah yang paling tepat untuk aku.

Berhenti mencari jalan memutar arah... Karena tidak ada jalan memutar arah bagi yang sungguh-sungguh memperjuangkan
continue reading


Kadang-kadang manusia berputar-putar dalam prasangka publik dan kesimpulan-kesimpulan komunal yang validitasnya rendah. 
Kadang-kadang manusia berkelompok dalam keseragaman persepsi, yang semakin dalam ia tenggelam dalam keseragamannya. Tidak menyadari ada populasi lain yang memiliki keseragaman lain.
Heterogenitas spasial juga diciptakan bersama heterogenitas sosial, yang erat kaitannya dengan topografi dan demografi.
Halo, andaikan ini sebuah kebohongan publik, hanya Tuhanku yang tahu.
dan tentunya diriku sendiri.


*Adeuy... tumben ada istilah biologi-biologinya gitu :3*
continue reading

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact