Senin, 29 Februari 2016

Kaum Hawa

“Kamu sudah ditakdirkan untuk jadi ujian terberat kaum Adam. Dari ribuan wanita hanya akan ada satu yang halal bagi mereka. Jadi, sebelum kamu halal buat seseorang, berarti kamu adalah ujian untuk semua orang. Maka terimakasih sudah menjaga diri ^^” -I.O.C. Biologi ITB 2010-


~Tangkap pesannya, bukan bapernya. Sekian~
continue reading Kaum Hawa

Amal Jariyah

Siapa sih penemu makanan pertama kali di dunia? 
*kalian pernah berpikir nggak, siapa yang menemukan bahwa yang seperti '1' itu disebut satu, one, dll, etc. Kenapa alat yang buat makan yang cekung begitu disebut 'sendok', kumpulan huruf dengan bentuk-bentuk yang seperti ini juga terinspirasi dari siapa. huh. Kalian pernah berpikir begitu? Saya pernah, semasa saya belum dewasa dulu. Dan sialnya sampe detik ini saya juga masih belum dewasa hehe*

Kayaknya emang udah sunatulloh ya, orang laper terus nyari makan. Kebayang dulu kalo masih jaman batu, “Aduh, aing laper!” terus karna makanan belum ditemukan, ia makan besi gitu. 

Makanya jenius banget lah orang yang pertama kali bisa menemukan bahwa “benda” itu adalah makanan yang cocok untuk perutnya. Lebih jenius lagi yang pertama kali memasak. Coba bayangin, orang-orang jaman dulu perlu berapa kali percobaan bahwa ini layak makan dan tidak, banyak yang mati gara2 nyicip segala benda. 

Yakali, walohualam. Selain para penemu mesin, kenapa sih kita nggak diberi tahu siapa penemu “nasi”, itu jenius banget menurut saya. Dari biji padi, diolah jadi beras, dicuci, lalu dikukus. Briliant banget lah. Penemu nasi ini kalo dia muslim, udah pasti amalnya ngalir terus, milyaran orang hidup gara2 nasi.


*Emang pikiran saya tuh rada suka aneh-aneh, ehhh bukan 'rada' sih, emang aneh. Maaf ya. Wassalam”
continue reading Amal Jariyah

Seribu Alasan Apa yang Kita Punya?

Renungan QS Al-Qiyamah 13-15
Dunia hari ini sampai pada fase di mana manusia berani memperdebatkan hukum langit secara equal -setara, minimal dalam pandangan mereka- dan terbuka dengan apa yang mereka yakini sebagian pandangan hidup, cara hidup, dan gaya hidup. Bertolak dari keyakinan (syahwat?) bahwa kehendak manusia (nafsu?) adalah sentral dari dibuatnya berbagai aturan sosial dan kesusilaan, dengan standar itulah berbagai etika kebaikan dan keburukan dibuat.
Berbagai aturan, norma, atau etik pengetahuan pun disusun dalam rangka melegitimasi berbagai kehendak. terjadilah perdebatan yang tidak kunjung habis. jika apa yang dikehendaki manusia pada satu masa, atau satu tempat dianggap sudah lekang oleh masa dan tempat yang berbeda, maka dibuatlah revisi, boleh jadi dalam bentuk penyempurnaan, boleh jadi penghapusan atau malah antitesa terhadap aturan dan norma tersebut.
Kita hari ini sangat bebas berpendapat dan berdebat untuk menentukan standar apa yang ingin disepakati sebagai aturan dan etika sosial yang ditaati bersama sebagai pengikat masyarakat dan penentu baik dan buruk.
Namun pada level individu, kejernihan jiwa manusia diuji pada titik sejauh mana kesaksiannya atas dirinya sendiri, meski sekian ribu alasan dan argumentasi dibuat untuk melegitimasi apa yang dilakukannya.
Berbagai alasan dan argumentasi berupa textbook, ilmu pengetahuan, atau doktrin dan tradisi akan tak berguna, jika mengenyampingkan atau malah menegasikan kejernihan jiwa manusia yang menyaksikan apa yang telah diperbuatnya.
karena itulah Pemilik Langit dan Bumi berfirman tentang keadaan jiwa manusia di hari kesaksian jiwa manusia itu diuji:
“( 13 )   Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
( 14 )   Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,
( 15 )   meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya”

Lalu, SERIBU ALASAN APA YANG KITA PUNYA?


Q: Tumben tulisannya nggak ngerusak flow, Mon?
A: Iya diem ah, jangan berisik. Lagi serius nih... diskusi Jilbab Halal di halaqah.
continue reading Seribu Alasan Apa yang Kita Punya?

Aku Rindu Bau Senja di Laut-Mu

Dalam kabut pagi itu, dalam derai tawa kita yang mengiang di ruang-ruang memoriku
Aku kembali rindu
Lalu akan, di sisi pelangi, kembali kusimpul memori lalu
Kukelit berkelindan hingga ujung pelangi itu
Dan untuknya, aku tinggal menunggu hujan, berharap hujan
Hingga tetes-tetes airnya jatuh seperti kelap-kelip kembang api
seperti convety yang ditaburkan peri-peri beberapa hasta di atas kepalaku
Peri-peri yang sama, yang menaburkan bibit-bibit warna lembayung dan jingga pada awan senja.
Warna itu keluar alami dari kepak-kepak sayap mereka.
Lalu mereka terbang dari mega demi mega menyerak warna, sampai langit senja utuh, terlukis sempurna..
Terbias pada muka laut, terpantul di bola mata nelayan yang sedang melempar jala
Hmm.. lukisan senja.. disanalah..
aku kembali rindu..
pada derai tawa kita yang mengiang
pada matahari terbenam
pada awan senja
pada ombak
pada kumandang adzan yang menarik kita pulang
pada bau laut
pada permukaan laut yang menjelma setumpuk intan berkilauan..
yang sangat jelas, kulihat juga pantulan kemilaunya di bola mata kalian..
continue reading Aku Rindu Bau Senja di Laut-Mu

Ketika Kamu Mencintai Seorang Wanita

Pagi ini, sebagai seorang wanita (manis), saya belajar sesuatu dari Tessa. Mengenai apa? Mengenai kaum kita... huum siapa lagi, 'Wanita' 





“Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah.” Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.


“Ibarat untaian tali”, begitulah adanya Rasulullah Saw., saat membisikkan makna cinta pada Aisyah r.a., yang membuat pipinya memerah. Yang berarti tidak pernah berkurang karena ditelan zaman dan ketuaan. Tidak ada frasa paling indah dalam memaknai cinta selain pada ungkapan dan kedalaman makna cinta bagi diri Rasulullah kepada istri tercintanya. Dari Miqdad bin Ma’ad r.a., Rasulullah Saw., mengajarkan: “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia memberitahu kepadanya bahwa dia mencintainya.” (HR. Tirmidzi (2393), Abu Daud (5124), dan Ahmad (4/130) dengan isnad shahih). Rasulullah telah membuktikan bahwasanya, cinta yang ia didik bersama Aisyah r.a., itu bukanlah cinta syahwi. Tetapi sebaik-baiknya cinta dan setulus-tulusnya pembuktian cinta yang halal. Bahwa sejatinya cinta itu tentu tidak pernah berkurang kadarnya, subhanallah.


Ketika kamu mencintai seorang wanita. Sesungguhnya kamu telah mencintai pula seperangkat anugerah yang melekat bersama dirinya, perannya, kedudukannya, serta cinta yang dia persembahkannya untukmu. Kamu mencintai setiap baris kalimat yang tertata rapi-keluar dari lisannya. Kamu mencintai apa-apa yang menjadi tingkah laku dan kebiasaannya. Kamu mencintai ide-ide, pemikiran, gagasan-gagasan yang membawamu tergerak untuk memasuki dan mencari ruang ideologinya. Kamu mencintai apa-apa yang menjadi karya dan keindahan yang membersamainya. Kamu mencintai setiap baris kata yang tertulis di laman-laman pena aktualisasi dirinya. Kamu mencintai ketulusan, kelembutan, kesahajaan, dan kasih sayangnya. Kamu mencintai luasnya hati yang ia lapangkan untuk kamu tempati dan hiasi dengan cinta-kasih Rabb-mu nantinya. Kamu mencintai tatapan-tatapan kejujuran dari kedua buah bola matanya. Kamu mencintai kedua tangannya yang siap menggenggam, menatih dan mendekapmu penuh hangat saat letih menjamunya.


Tanpa sadar kamu pun mulai bingung dari mana semua alasan mencintai seorang wanita itu datang. Alasan yang memecahkan pasifnya logika, menjadikannya akibat yang berirama penuh dengan nada-nada bahagia. Hingga kamu pun pelan-pelan mulai mencintainya dengan seperangkat alasan. Seperangkat alasan yang selama ini hilir mudik, datang dan pergi bersama tali-tali takdir-Nya. Seperangkat alasan yang selama ini menarik ulur rentasan kesabaran dan bangunan iman. Seperangkat alasan yang membuatmu kembali lagi untuk meniti pada jalan yang lebih arif untuk mencintainya. Seperangkat alasan yang membuat mata hati dan nuranimu berkata bahwa kamu telah siap “mencintainya dengan sederhana”. Seperangkat alasan yang lajunya mulai membawamu kembali di dalam perlindungan-Nya. Seperangkat alasan yang akan membantumu menemukan jawaban,“ ketika mencintai seorang wanita, maka cintai ia sebagaimana mestinya”. Tidak lebih, tidak juga kurang. 



Ketika kamu mencintai seorang wanita. Cintailah ia sebagaimana mestinya, tanpa meninggikan atau mengurangi kadar rasa. “Ibarat untaian tali, maka ia tetap pada keadaan yang sama, tidak menua ataupun tertelan zaman.”

continue reading Ketika Kamu Mencintai Seorang Wanita

Minggu, 28 Februari 2016

Sharing Sadness

If women are sad and they shared it to the media socials by writing statues on timeline like Twitter or LINE or Path or anything else, i guess it’s kinda normal thing. They’re like looking for attentions, not for attract people - but more like they wanna tell you about her stories, the sad ones. It feels like the same way when they do to their friends. Or maybe they got no friends to tell her stories, so they share it to their media socials only to fulfill her desires to speak up. Yes, speak up. Because speak up is the one of the ways we can feel satisfied or maybe little bit feel good.
But, as we know, there are so many ways to write down some sad statues on media socials. Find the way which not bothering people, or make them mad or annoyed them. Make it smart, make good statues, or tweets or thoughts. Make it even more beautiful lines, arranging some beautiful words so it turns into some good sentences, maybe like poems. So people who read it can feel you emotionally and the bonus is maybe you will get their sympathy.
You must be know Taylor Swift, right? She is the one who got a smart way to share her sadnesses through beautiful songs and everyone loves it and brings her so much money, popularity and some awards like Grammys and it’s really productive. Maybe we can copied her good way in sharing sadnesses. I know we don’t sing, i know we don’t make songs. But we can make good stories or beautiful poems or anything else that reflect our fates.
Everyone is sad. They are always be. But the different is the way we can control our sadnesses and make it into something not really that sad.

Emmm entah kenapa, beberapa waktu terakhir ini saya menjadi agak freak dan tubuh saya bereaksi dengan gejala-gejala aneh seperti mual berlebih, pening, dsb tiap kali melihat (membaca) atau merasakan lingkungan saya penuh dengan hal-hal yang selow, melow, galaw, cincaw-cincaw, iyyuhhh deuhh buehhh. Sebelum ini saya tidak pernah mengalami gejala aneh seperti ini. Tapi benar sih, sebelum-sebelumnya saya tidak begitu bermasalah dengan lingkungan (sosial media, dsb) ketika terpapar banyak sekali hal-hal ala-ala yang saya sebutkan di atas itu. Tapi sekarang, mungkin otak saya yang saking seringnya dan intens terpapar hal-hal seperti itu jadi semakin menumpuk-numpuk, dan mungkin gejala-gejalan tadi sebagai salah satu tanda yang diberikan oleh peri sosmed yang baik hati pada saya untuk segera kabur dari dunia per-sosmed-an -,- . Hal ini mendorong pikiran random saya kembali liar huks... saya bercita-cita membuat penelitian tentang "Pengaruh Lingkungan Sosial Media Melow Galau Terhadap Fisik & Psikis para Pembaca" lucu kali ya -_- 
Tahukah tahukah tahukah ketahuilah ketahuilah ketahuilah kamu (dan aku), kadang (bahkan seringkali) energi-energi negatif dari diri kita (yang tidak disebarkan) itu bisa menular ke orang lain (apalagi kalau disebarkan, bisa bayangin dong)... Paitnya kalau energi negatif itu kebetulan ketemu orang seperti saya yang notabene memiliki penolakan sangat besar kan kasian (saya-nya)... saya merasa tiba-tiba harus menjadi power ranger pink yang berperang melawan monster yang ingin menghancurkan kota, supaya saya bisa melindungi kota. huh.
Alasan itu sih yang membuat saya beberapa waktu terakhir ini memblokir seluruh media sosial saya yang rentan dimasuki energi-energi negatif. Sampai kapan? sampai saya bijak dan bisa membentengi pikiran saya bahwa hal-hal negatif yang tersebar disekeliling kita tidak akan dan saya pastikan tidak bisa menyusup untuk sekedar mempengaruhi hari-hari indah saya... syalalalalala.
continue reading Sharing Sadness

Sabtu, 27 Februari 2016

Tangan Saya Mengandung Magnet Tidak Wajar -_-

Ibu saya, suatu saat pernah berhipotesa bahwa menurutnya tangan saya punya kandungan magnet yang tidak wajar. Kenapa ibu saya sampai pada kesimpulan seilmiah itu? Entahlah, saya juga tidak paham. Hipotesa itu muncul ketika -entah untuk yang keberapa kalinya- dalam suatu masa, saya merusak signal televisi di rumah. Saya juga tidak paham kenapa bisa seperti itu. Yang jelas, beberapa kali ketika saya berniat baik mengganti channel atau merubah volume, yang terjadi adalah layar televisi itu menjadi dimonopoli oleh semut-semut hitam putih. Pada saat itu, menyimpulkan bahwa “ini semua karena saya manis” adalah sangat tidak dewasa dan tidak punya landasan ilmiah, maka saya menerima mentah-mentah hipotesa ibu saya.


Ibu saya memang punya data kuat untuk hipotesanya. Saya punya catatan panjang pengalaman buruk bersama barang elektronik. Sebut saja, televisi naas tadi, atau handphone saya yang sering rusak, atau entah berapa kali bapak saya harus membetulkan charger saya yang rusak, dua laptop remuk redam dalam waktu satu tahun.

Dengan segala kerendahan hati, saya mengakui bahwa tangan saya memang sedikit hyperaktif destruktif. Sadar atau tidak sadar. Dan sadar atau tidak sadar pula, ini menyusahkan saya. Karena ini menyangkut image saya. Ya. I-M-A-G-E! image sebagai muslimah yang lembut *PLAKK!*bahkan lebih dari itu.

Begini contohnya,

Sewaktu saya berniat baik menawarkan diri membetulkan headset seorang kakak yang rusak, sebut saja kak Al. dia harus menelan pil pahit. Bukan. Bukan karena dia jadi tiba-tiba terserang malaria gara-gara saya membetulkan headsetnya, hingga dia harus menelan pil pahit. Yah, ini adalah istilah dalam bahasa nasional, yang karena saya baik, maka saya gunakan dan lestarikan sebagai bentuk kecintaan saya pada negeri ini. Walaupun jujur, istilah ini tidak bisa diterima logika saya. Ah, jadi ngelantur kemana-kemana. Intinya, kakak tadi harus kecewa, karena saya malah membuat headsetnya lebih rusak lagi. Dan di saat headsetnya rusak untuk kedua kalinya, dia sudah lebih bijak dan tau siapa yang bisa dan tidak bisa dipercaya. Huks.

Atau ketika saya masih duduk di bangku SMA, beberapa saat setelah handphone saya yang baru berumur 3 bulan harus mati total setelah berendam dalam minuman isotonik. Waktu itu saya ingin meminjam sebentar handphone teman sebangku saya, hanya ingin melihat-lihat. Dan teman saya itu, yang saya tau dia sangat baik, karena dia adalah tetangga saya, teman saya sejak SMP, secara reflek melakukan gerakan melindungi handphonenya dan dengan sungguh-sungguh berkata “nggak, ntar rusak”. Saat itu saya merasa seperti bocah kecil yang sengaja dijauh-jauhkan dari barang elektonik oleh orangtuanya. Dan saya bisa mengambil hikmah kenapa di beberapa produk komersil tertentu sengaja diselipkan tulisan “jauhkan dari jangkauan anak-anak”. Huks. Yah, saya mencoba menerima kenyataan bahwa respon teman saya adalah wajar, mengingat saya memang terlalu banyak bereksperimen dengan handphone, sengaja atau tidak. Menyimpannya di kulkas hingga berembun, mengolesinya dengan lotion antinyamuk hingga catnya mengelupas, dan lain-lain.

Begitulah beberapa contohnya. Pasti Anda jadi bertanya-tanya kenapa saya menceritakan ini, dan apa pentingnya saya menceritakannya?

Kenapa? karena setelah membereskan kamar kosan, saya berhasil mengumpulkan : 4 charger sams*ng rusak, 1 lampu emergency rusak, 1 headset pecah, serta 1 colokan terminal rusak dengan kondisi lampu indikator nyusruk. Saya jadi nostalgia masa lalu deh.

Lalu, apa pentingnya saya menceritakan ini? Tentu saja, agar Anda semua alert, bahwa di sekeliling Anda, bisa saja terdapat orang-orang yang potensial merusak barang-barang elektronik Anda, maka berhati-hatilah, jaga selalu barang kesayangan Anda^^

Dan pada akhirnya, saya memilih untuk mempercayai hipotesa ibu saya. hoho
continue reading Tangan Saya Mengandung Magnet Tidak Wajar -_-

Mawar Beku


Mawar beku. 
Beritahu aku apalagi yang lebih indah dari mawar merekah yang membeku. Seolah keluar dari freezer untuk memesona jutaan mata di bumi empat musim.

Q: Kamu gak kedinginan? 
A: Dingin sih, tapi ini dari Tuhanku.




Untuk: Perempuan yang tengah lupa meletakan kepalanya di mana.
Lekaslah pulang, ibumu rindu putri cantiknya yang tegar dan pandai menerima kenyataan.
continue reading Mawar Beku

Barangkali loh,

Barangkali loh, barangkali… kita terhubung begitu mudah dan menguat begitu cepat tersebab masalalu yang sama. 

Barangkali saya dan kamu memiliki masa lalu yang sama, kesalahan-kesalahan yang sama, kesukaan-kesukaan yang sama, sampai cara berfikir yang sama. 


Barangkali loh, barangkali…
Hidayah kita menyapa diwaktu yang sama, hanya satu atau dua dari kita mengambilnya lebih cepat, merasainya lebih nikmat, menggenggamnya lebih erat. Dan setelahnya barulah kita yang mencicipi…


Bagaimana rasanya? Manis, kan? 


Barangkali loh, barangkali… ketika bertemu dengan orang yang sepertimu, seperti merasa diriku. Kita akan senang sekali untuk membagi paham sederhana kita, pengetahuan tak seberapa kita, hanya sekedar ingin ia, merasakan hal yang sama.


Barangkali, ah barangkali~ bukan masalalu yang sama tapi masa depan. Karena saya percaya, tidak pernah ada kebetulan dalam jumpa. Iya kan? *tanya ke langit. *dalam pendar senja yang membentuk separuh sayap, aku inginnya percaya bahwa lauh mahfuz tengah tersenyum mengiyakan* *haih mulai drama*



28 Februari 2016. 
Dear, kamu...
Sesungguhnya, ketika saya mengeras pada orang lain, saat itu pula saya sedang mengeras pada diri saya

Cuma pengen ngenalin mereka aja ^^
sendiri...
continue reading Barangkali loh,

Note to My Self

jadi muslimah itu banyak tantangannya. ketika awal hijrah, ketika sudah paham kewajibannya, ketika sudah sadar harus jadi dai (sebelum jadi apapun kita adalah dai). *saya gak nemu kata lain selain itu re: dai. 
apapun yang dilakukan akan jadi perhatian, diri dibuatnya hati-hati sekali. bukan untuk penilaian manusia. tapi karena paham bahwa dai, bahwa muslim/ah adalah representatif dari islam. karena ini kaitannya dengan menjadi agen islam. buruk da’i-nya bisa jadi membuat orang berpandangan buruk pada islamnya. 
tapi da’i juga tidak sempurna, manusia itu tempatnya lupa, lalai, futur, dan cenderung kepada keburukan. 
gak selalu mudah untuk pasang wajah tersenyum ketika ujian datang, atau iman sedang turun. tidak juga mudah untuk mereka yang bertabiat pemalu untuk tiba-tiba beramah-tamah kepada banyak orang. 
sedihnya, faktor muka pun sering di permasalahkan, yang katanya jutek lah, atau sombong lah, padahal mukannya emang begitu, kalau diam atau sakit. mukanya emang datar atau kelihatan nyeremin. dan seringnya orang-orang enggan cari tau, atau memulai lebih dulu. 
sekalinya jadi baik dan ramah, ujiannya gak kalah hebat, yang mendekat pun kadang bikin takut, ya yang tiba-tiba baik eh niatnya tertentu lah, atau yang ada maunya aja, atau yang baik tapi tiba-tiba nusuk dari belakang. 
tapi jangan berhenti jadi baik, dan berusaha jadi baik, Allah toh juga melihat. meskipun kadang sakit rasanya, sedih, sekaligus merasa bertanggungjawab. Allah lihat kok, dan penilaian Allah adalah yang utama. 
noted saya harap kamu gak menyerah ya..
kepada: yang sedang depresi sendiri akibat muhasabah. kenapa? kurangmu banyak banget ya? sama dong saya juga.


Tujuan dari perjuanganmu bukan hanya untuk diri sendiri, Sayang. Kau berjuang untuk lebih banyak orang. Dan demi khusnul khatimah yang selalu kamu harapkan :)

continue reading Note to My Self

Selasa, 23 Februari 2016

Romantika dalam Angkot

Ada banyak hal yang saya pelajari di angkot. Tentang suka dan tidak suka. Yaaa maklum, dua bulan terakhir ini saya jadi angkoters gitu, sejak saya dan si hitam dipaksa putus oleh orang tua saya *eh lhoh*. Saya dihukum tidak boleh naik motor kesayangan (si hitam) lagi akibat tragedi 'dalam kurun waktu 1 semester saya malang melintang di aspal dua kali'. Orang tua saya berkesimpulan bahwa saya tidak becus naik motor. Pengalaman saya jadi rider sejak bau kencur diragukan. Hiks. Ini pait bangettt... naik kendaraan umum bagi orang yang buta akan rute angkutan umum itu kutukan untuk orang seperti saya. Untung angkot Tembalang satu jenis doang. Coba saya harus ngangkot di Bogor (yang amazing sekali jumlah angkot beserta nomor-nomor tujuannya), deuhhh bisa-bisa saya naik turun angkot bukan karna udah nyampe tujuan, tapi karna salah angkot -,-

Angkot, supir angkot dan penumpang angkot menawarkan banyak sekali pengalaman dan cerita.

Saya pernah bertemu supir angkot baik hati yang tidak memungut ongkos. Benar sekali. Saya lupa bawa uang saat itu.

Saya pernah sedikit berdebat dengan supir angkot tentang nafkah anak & istri karena menurutnya bayaran saya kurang. Dan saya sering sekali bertemu supir angkot yang seenaknya memberi uang kembalian. Dari sana saya belajar untuk selalu membayar ongkos dengan uang pas. Selain itu, saran untuk angkotholic sekalian, biasakan membayar setelah turun angkot. Dan setelah membayar, segera pasang langkah seribu dalam rangka menggagalkan rencana supir angkot untuk bilang “kurang neng”. Haha.

Saya tidak suka jika harus mengetem di angkot. Menurut saya mengetem hanya salah satu bentuk kebutaan terhadap probabilitas. *tsah!*. Mengetem untuk menunggu penumpang di satu spot sama saja artinya dengan melewatkan penumpang-penumpang yang bisa saja sedang menunggu di spot lain. Jadi mengetem itu –tentu saja- tak memberi nilai tambah. Makanya saya sangat kesal jika angkot yang saya tumpangi mengetem.

Ada beberapa trik yang biasa saya lakukan kalau supir angkot ngetem. Pertama, Mengetuk-ngetuk kaki. 70 ketukan per menit. Tak lebih. Jika tak ingin dianggap tremor. Akan lebih sempurna jika diikuti dengan melihat jam tangan tiap 20 detik. Dan Anda akan terlihat seperti bagian dari orang-orang professional yang berkejaran dengan waktu. Atau jika anda sedang tidak beruntung, anda akan terlihat sedang kebelet p*pis. Biasanya setelah melakukan ini, supir angkot –karena ingin disebut professional- akan terlihat agak panik dan menyalakan mesin angkotnya.

Jika trik ini belum berhasil, biasanya saya langsung angkat suara “ini mau berangkat kapan Pak?”.  Dan si abang angkot –seperti sudah hasil konferensi supir angkot sedunia- akan menjawab “bentar lagi mbak”. Ini utopis. Mungkin karena “bentar” atau “lama” itu relatif. Lebih spesifik, relatif tergantung profesi. “bentar” untuk supir angkot di seluruh dunia pada umumnya sama dengan satu abad untuk penumpang di seluruh dunia pada umumnya. Tapi setidaknya dengan bertanya seperti itu, supir angkot sudah mulai merasa tidak enak.

Jika trik ini masih belum berhasil juga, maka lakukan yang terakhir: melenggang tanpa dosa keluar dari angkot dan mencari angkot yang lain. Tak perlu khawatir tak ada angkot lagi, angkot di Tembalang adalah sesuatu yang omnipresent, ada dimana-mana. Tak ada jurusan yang sama, anda bisa naik jurusan yang berbeda.Tapi saya tidak jamin anda sampai tujuan *eaaa. Jika melakukan ini, biasanya supir angkot akan kesal. Tapi siapa suruh bikin kesal duluan? Sebenarnya ada lagi trik lain. Tapi tidak saya sarankan: buang ingus ke supir. Yep, Ini terlalu beresiko. Dan yah, tidak dewasa.

Selain soal mengetem yang menyebalkan, saya selalu paling suka memerhatikan tingkah polah penumpang lain. Yup, memerhatikan tingkah laku manusia dan menerka-nerka apa yang sedang mereka pikirkan bagi saya adalah sesuatu yang sangat menarik. Ada yang sibuk sms an, BB-an, bengong, mainin kuku, ngobrol sama temen-temen, ketawa-ketiwi ngomongin dari A sampe Z trus A lagi, sampe yang pegang-pegangan tangan sama pacar. Wew.

Saya membagi penumpang angkot ke dalam 4 kelas berdasarkan kesotoyan saya. Pertama, orang yang saya kenal dan berangkat bersama saya menuju tempat yang sama.*apa deh*. Kedua, orang yang saya kenal tapi berbeda tujuan. Ketiga, orang yang saya tidak kenal tapi saya kenal (?) *Anda mungkin pernah rutin naik angkot dengan jurusan yang sama dengan jadwal sama, sehingga sering sekali bertemu dengan orang-orang yang sama –yang anda tidak kenal- naik angkot yang sama dengan jadwal yang sama, ya, anda tidak kenal, tapi seperti sudah mengenali mereka*. Kelas terakhir yaitu orang yang sama sekali tidak saya kenal dan saya tidak peduli kemana tujuannya. Klasifikasi yang tidak mudah -_-“.

Jika saya mood, tak jarang saya selalu mencoba berinteraksi dengan penumpang kelas 4. Tapi karena di kota besar, berinteraksi dengan orang yang tak dikenal dianggap tidak aman dan tidak wajar, maka keinginan itu sering sekali saya kubur dalam-dalam. Yang paling sering saya lakukan adalah mencubit bayi penumpang dan sok akrab dengan ibu si bayi. Biasanya ibu si bayi akan memastikan saya aman untuk bayinya. Saya bersyukur dianugerahi wajah innocent seperti anak TPA pulang mengaji, karena ini modal untuk saya sehingga biasanya dianggap tidak membahayakan.

Saya juga sering sok akrab menawari penumpang lain makanan yang sedang saya makan. Tak jarang yang tak menolak. Tapi sering juga yang langsung memasang tampang aneh dengan lirikan mata lo-pikir-gw-bisa-dihipnotis?. Belakangan hal ini memang jarang saya lakukan, atas pertimbangan kelangsungan hidup.

Dan dari awal, yang selalu paling menarik di angkot adalah menyimak obrolan anak kecil. Coba saja kalau tidak percaya... beberapa obrolan anak kecil yang pernah saya ingat adalah seperti ini:

Anak kecil 1: kok kamu nggak dijemput mbakmu?

Anak kecil 2: iya mbakku lagi ada try out (spellingnya dia: tri ot)

Anak kecil 1: tri ot itu apa?
Anak kecil 2: tri itu tiga, out itu keluar. Jadi kalo tiga kali nggak bisa, dia harus keluar *tampang sotoy optimal*

Anak kecil 1: hoo... iya iya tiga kali harus keluar *ngangguk2*

Saya: ???

Ada lagi,,

Anak kecil: mama, kenapa anak kecilnya bisa meninggal?

Mamanya: ya jatoh dari kuda

Anak kecil: tapi kok bisa jatoh?

Mamanya: itu kudanya ngamuk, ya anak kecilnya jatoh

Anak kecil: tapi kan kudanya ada yang jaga ma?

Mamanya: ya namanya juga kuda ngamuk

Anak kecil: emang ngga dipegangin sama yang jaga?

Mamanya: ya kan kudanya ngamuk, jangankan anak kecil, orang gede aja bisa jatoh

Anak kecil : trus anak kecilnya luka-luka ma?

Mamanya : ya iya dong

Anaknya: emang apanya yang luka ma kok bisa meninggal?

Mamanya: *aargggh* yemeneketehe, nanya terus ih.

Ada lagi,

Anak kecil 1 : aku mau ke kebun binatang. Aku mau lihat binatang yang paling aku suka di dunia ini

Anak kecil 2: emang kamu paling suka apa?

Anak kecil 1: tyrex

Anak kecil 2: tyrex kan udah punah

Anak kecil 1: bisa aja masih tersimpan di suatu tempat, telurnya gitu..

Anak kecil 2: iya sih, waktu meteor jatuh, dia kan ngga ngancurin dunia, dia cuma ngancurin dinosaurus

Adalagi,,

Anak kecil 1: ih, panas ya?

Anak kecil 2: iya ih panas

Anak kecil 1: kamu juga kepanasan?

Anak kecil 2: iya, panas

Anak kecil 1: coba aku duduk disitu

*tukeran tempat duduk*

Anak kecil 1: ih, ini sih ga panas.. kamu dilindungin stiker jadi ga panas.. aku yang panas

Anak kecil 2: hehe iya juga ya



Menggelitik, konyol, imajinatif, tak terbendung, tak terduga. Hmm, anak-anak… saya selalu rindu jadi mereka.

Itu hanya beberapa, masih baaaanyaak lagi.

Angkot punya romantika tersendiri. Maka coba saja, naik angkot. Temukan romantikanya. Dan jika anda beruntung anda akan mendengar obrolan anak-anak kecil yang luar biasa. Kadang angkot juga bisa menjelma mesin waktu, yang akan membuat anda seperti kembali ke masa lalu *tsah!*

Kok promosiin angkot, Mon?
Bukan. Saya bukan duta angkot. terimakasih.
continue reading Romantika dalam Angkot

Namamu Angin

Rumput-rumput yang bergoyang di sore hari sudah tak menyimpan jawaban. Ia sebisu embun di keesokan paginya. Aku pernah meletakkan hatiku di akar rumput itu, sekedar menyimpan rahasia. Mencoba menyembunyikan masa lalu, yang gagal sembunyi.

Rahasia di antara akar itu, telah mengundang tajamnya pertanyaan, yang menjelma hujan. Beramai-ramai datang, meminta jawaban. Aku, aku tak tahu bagaimana memuaskan rasa haus keingintahuan kawanan itu. Hati yang ku simpan, kini jauh tertanam entah di mana.

Hati, hati yang di sana sudah jauh mencintai tanah, mengagumi rumput, memuja hujan. Pelan-pelan, mengikis segala rahasia. Melembabkan masa lalu yang berujung namamu. Yang berujung pertanyaan tentang kamu.

Tak usah lah lagi kau bertanya tentang dia. Rumputku masih bergoyang di sore hari. Kisahnya angin, namanya angin.

Aku, aku sudah jauh mencintai tanah…
continue reading Namamu Angin

Senin, 22 Februari 2016

Pohon Kersen

Hanya dalam satu dekade, zaman telah berubah banyak. Saya merasa sangat tua jika membandingkan masa kecil saya dengan anak-anak sekarang. Seperti terpisah beberapa generasi (terlepas dari efek menghabiskan masa kecil di pelosok). Sekarang anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer, mengeksis di jejaring sosial, menggarap game online atau apalah. Yang jelas bukan bermain engklek. Bukan menangkap ikan-ikan kecil di selokan. Bukan main masak-masakan. Bukan hujan-hujanan atau main tanah. Apalagi bergelantungan di pohon. Menyenangkan. Seperti tarzan.


Adalah saya. Yang seperti tarzan itu. Saya kecil, yang setelah pulang sekolah langsung memacu sepeda kecil saya, berkeliling-keliling kampung dengan anak-anak tetangga. Berburu pohon kesenangan kami. Memanjati dahan-dahannya, memetik satu-satu buahnya yang ranum.


Ia adalah pohon masa kecil saya. Orang-orang menyebutnya kersen. Ada juga yang menyebutnya seri. Pohonnya rendah, daunnya kecil-kecil dan rindang. Hingga biasanya perdu ini jadi pohon untuk berteduh. Di beberapa sela tangkai daunnya muncul bunga putih kecil atau buah hijau kecil. Jika matang, buah itu akan berwarna kekuningan mengkilat dan lama-lama menjadi merah segar. Burung-burung vegetarian (?) gemar memakan buah kersen karena rasanya yang manis. Burung-burung yang –maaf- punya hobi buang kotoran sembarangan ini punya andil besar hingga pohon kersen bisa tumbuh dimana saja. Di pinggir jalan. Di hutan. Di selokan. Di pinggir kali. Bahkan di pinggir tebing atau di lembah yang sangat curam *sotoy*.


Entah kenapa saya merasa pohon kersen terlihat ramah dan bijak (?). Ia tipikal pohon yang dicintai anak-anak (?). Aromanya yang khas selalu mengingatkan saya pada masa kecil, saat saya masih imut-imut. Bentuk dahannya yang bersahabat seperti sengaja diciptakan untuk memfasilitasi hobi anak-anak yang kurang beradab: memanjat dan bergelantungan. Batangnya terlihat rapuh, tapi cukup kuat untuk menahan tungkai-tungkai kecil kami yang menitinya, lebih dari kuat untuk menahan lengan-lengan kami yang berayun-ayun dibawahnya. Kadang dahannya berderak, menurut saya ini caranya mengapresiasi hobi kami, semacam bentuk rasa hormat, maka kami akan semakin menjadi-jadi. Apalagi saya pribadi selalu merasa tertantang meraih buah kecil merah yang biasanya terdapat di ujung dahan. Dalam keramahannya, saya merasa pohon kersen seperti sedang mengajari saya untuk pantang menyerah (dan menjaga keseimbangan tubuh. haha).


Kami memetik satu per satu kersen yang matang. Dengan riang gembira penuh suka cita. Seolah kersen adalah makanan pokok. Kami tidak langsung memakannya, tapi mengantonginya lebih dulu. Dan sesi terakhir dari pesta kersen adalah mengumpulkan hasil petikan kami di bawah pohonnya. Lalu membaginya sama banyak. Tak peduli siapa yang memetik lebih banyak. Pertama, membagi yang berwarna merah, kemudian yang kurang merah, hingga yang berwarna kekuningan. Jika berlebih, maka kersen itu diberikan untuk yang lebih lihai memanjat. Begitulah aturannya. Dalam keramahannya, saya merasa pohon kersen seperti sedang mengajari saya untuk berbagi, mengajari saya rasa tulus, mengajari saya kesetiakawanan. Kersen memang pohon yang bijak. (?)


Karena obsesi saya pada pohon kersen, saya pernah menanamnya di belakang rumah. Tapi pohon itu tak sempat berbuah. ia harus luluh lantak saat ada pembangunan. Sejak beranjak SMP, saya sudah meninggalkan hobi berburu kersen. Sensasi berburu kersen hidup lagi ketika saya menginjak kampus. Beberapa pohon kersen tumbuh di sisi masjid fakultas tempat saya belajar *sayangnya posisi tumbuhnya si pohon berada di area (tempat sholat bagian) ikhwan*. Begitu menggiurkan. Entah kenapa saya merasa ia tumbuh di tempat yang salah. Seperti kesepian di tengah keramaian. Tiap hari memang banyak mahasiswa yang lalu lalang, tapi siapa yang peduli padanya? Ia mungkin saja rindu dihinggapi anak-anak. Rindu tungkai-tungkai kecil menginjaknya. Rindu mendengar tawa anak-anak yang bahagia memetik buahnya. Ia benar-benar tumbuh di tempat yang salah hiks...


Saya mengerti kerinduannya, maka setiap kali saya lewat samping masjid fakultas, saya selalu celingukan ke arah dahan-dahan atas pohon kersen tersebut untuk sekedar mengintip kalau-kalau ada buahnya yang ranum dan memetiknya.


"Heh, mata kemana mata heh!!" cerocos teman saya suatu kali ketika saya berjalan sambil mengamati dahan kersen. Dia (sebut saja) Tara Tara. Dia baru pertamakali berjalan bersama saya melewati pohon tersebut, baru pertamakali ini pula dia mengetahui kebiasaan saya ber-celinguk-an tiap lewat pohon kersen samping masjid.

"Apaan sih Tar!" Balas saya sambil mengibaskan tangannya yang mencengkeram bahu saya.

"Waduhhh ketauan nih anak. Lu lagi liatin ikhwan-ikhwan di masjid ye. Parah lu!!" kata Tara Tara.

"Astagfirullah.. kagak lah, busettt dah. Lu suudzon mulu deh. Mending-mending liatin pohon kersen deh, ga empet. Gw pengen buah kersennya Tar," jawab saya.

"Lhah?! Dasar... mana bisa metik buah di pohon kersen area (ikhwan) begitu. Ckckck," Tara Tara terkekeh.

"Ya makanyaa gw cuma bisa ngeliatin kersen itu doang. Ga mungkin juga gw bisa metik, panjat-panjat, loncat-loncat di area rawan hiks. Bisa hancur lah reputasi gw sebagai salah satu anggota geng anggun (ini geng khayalan saya kalik ya -,- mana ada perempuan macam begini kok anggun)," kata saya.

"Lu pengen kersen? Tenangg.. ntar habis kelas ini ikut gw. Gw tau tempatnya. Dan yang pasti, aman!! Serah lu mau panjat-panjat dah," kata Tara Tara

Hari itu, di kelas saya belajar dengan semangat. Berasa di buku diktat kuliah ada gambar kersennya haha.

(Selesai kelas)

"Ayo Mon. Kita ke kebun biologi," kata Tara Tara.

Terakhir kali saya masuk kebun biologi itu ketika praktikum semester awal-awal. Apalagi kalo bukan untuk menjebak semut *kadang, ehh kebanyakan ding... praktikum anak biologi disinyalir sebagai kegiatan yang absurd bagi jurusan lain. Yakaliii semut aja dijebak, hati-hati sama hatimu ya, kalo-kalo dijebak anak biologi juga #ehlhoh*. Kebun biologi ini letaknya diantara lab biologi dan lab fisika, di depan masjid fakultas. Seperti bukit (lebih tinggi dari daerah sekitarnya), jadi kita bisa leluasa melihat sekitar kita dari kebun tersebut, namun orang-orang di sekitar tidak bisa melihat kita yang berada di kebun. Cocok lah tempat ini!!

Setelah hampir lama merunduk-runduk sambil berjalan. Ketemu lah pohon kersennya!! yeayy. Pohonnya tidak terlalu tinggi (setidaknya, dengan berjinjit saja saya bisa meraih dahannya. *ha? apa? itu pendek banget nget nget berarti pohonnya, kamu kan pendek Mon. hiks*. Setelah saya mengantongi banyak buah kersen dan (langsung) memakannya. Tara Tara mengenalkan pohon baru kepada saya.

"Mon, doyan markisa?"
"Doyan dong Tar. Markisa yang sirup itu kan?" jawab saya.
"Dasar anak kampung. Pasti nggak pernah makan buah markisa langsung yang dipetik sendiri kan?" ejek Tara Tara.
*dalam hati saya berkata, "Saya? Anak kampung? yang bener aja dong... lihat saja setelah ini saya akan buktikan. Kalo ketemu pohon markisa saya akan makan semua buahnyaaa."*
Kami berjalan merunduk-runduk lagi, maklum, kebun ini didominasi dengan perdu. Saya mengekor saja di belakang Tara Tara.
Dan eng ing engggg... Ada satu pohon yang bercahaya bak melihat pohon emas di mata saya *lebay*. Pohon yang batang utamanya bengkok ke arah kiri, banyak bergelantungan buah berwarna kuning lemon, buahnya bulat sekepalan tangan orang dewasa *searching saja ya kalau deskripsi saya belum nyantol di bayangan hehe*.

Saya masih saja berdiri di bawah pohon markisa, terbengong-bengong *maklum anak kampung. Taunya buah markisa sudah dalam bentuk sirup saja. Apalagi pohonnya, beuhh*

Teriakan Tara Tara membuyarkan bengongan saya,"Mon cepet ambilin buah markisanya, ambilin yang tidak busuk ya," ucap Tara Tara sambil mengangkat dua buah markisa tinggi-tinggi.

"Tidak usah ambil yang masih di pohon. Yang jatuh di pohon ini masak pohon. Jadi enak, manis." lanjutnya.

"Tar, gw udah dapat banyak nih, tas gw udah nggak cukup. Udah yuk, ayo," ucap saya

"Ayo kemana? Kita makannya disini aja biar nggak ketauan," jawab Tara Tara.

"Ha? Apa? Maksudnya apa? kok 'biar nggak ketahuan', jadi ini kita mencuri ya Tarrr??? kok takut ketahuan." ucap saya.

"Idih odong. Engga lah... ini kan pohon semua orang. Kita makan disini aja. Di bawah pohonnya. Gw tau, lu pasti nggak pernah kan makan kayak gini. Kenikmatannya bakal beda Mon," jawab Tara Tara.

Lalu kami terbahak-bahak bersama, ini kelakuan mahasiswa lhoh, tingkat tiga. Ahh betapa kekanak-kanakannya kami (di umur yang tua)...

Kami berdua duduk sembarangan di bawah pohon markisa. Saya masih diam menggenggam satu buah markisa, dan memerhatikan Tara Tara. Setelah buah markisa dicuci dengan sisa air putih bekal kami dari kosan tadi, Tara Tara mengajari saya membuka buah markisa. Digencet pakai kedua telapak tangan, lalu air isi buahnya dihisap dan daging buahnya gunakan fungsi gigi anterior. Gigitan pertama membuat saya mengeryitkan dahi dan memejamkan mata. Ini asam sekali sumvah -,- tapi enak hehe, jadi dilanjutin makannya sampai semua buah yang kita kumpulkan habis.

Tara Tara bilang, dulu sewaktu dia kecil, dia sering melakukan hal ini di hutan (hahaha nggak ding, becanda. Di kebun yang hampir ke hutan katanya). Ahh saya agak lega, berarti saya tidak terlalu freak lah ya zaman kecilnya suka panjat-panjat pohon. Bisa jadi, yang hits di tahun-tahun bermain anak-anak (yang katanya angkatan 90an) ya macam apa yang saya dan Tara Tara lakukan hehe.
Sekarang Tara sudah lulus, sudah kembali ke kampung halamannya di luar Jawa. Mungkin dia sekarang sering memungut markisa di bawah pohonnya di dekat rumahnya, Jambi. Sedangkan saya? hehe.. saya masih mengambil kersen dan makan markisa juga di kebun biologi.



(Balik ke cerita kersen). Saya sedih jika anak-anak tak lagi mengenalinya, jika pembangunan semakin tak manusiawi, semakin banyak tanah-tanah yang dibeton hingga ia tak dapat tumbuh. Semoga suatu saat saya punya halaman belakang yang luas hingga ia, pohon masa kanak-kanak saya, bisa tumbuh bebas dihinggapi anak-anak. Tetap mengajarkan untuk pantang menyerah, mengajarkan berbagi, mengajarkan rasa tulus, mengajarkan kesetiakawanan, mengajarkan untuk cinta lingkungan dan menjaga keseimbangan ^^

continue reading Pohon Kersen

ABSURD

Di suatu Jum’at, di siang hari yang tidak terlalu terik, dan tidak pula mendung, dan juga tidak ada badai atau topan, dan tidak sedang gerhana. Intinya biasa-biasa aja. Saat pria-pria muslim dan beriman menghentikan jual beli lalu berbondong-bondong menunaikan sholat jum’at, saat mereka mulai merumuskan rancangan peradaban sembari menyimak khotbah sang khatib (yang walaupun kadang-kadang bersuara monoton (seperti radio), minim intonasi, dan membosankan). Itu semua tidak merubah apa-apa. Di kepala mereka tergambar istana-istana Cordova, megahnya Andalusia, luar biasanya peradaban islam sepanjang Bosphorus, dan suatu saat, tanah air mereka jadi rahmat sekalian alam tiap jengkalnya. Memang begitulah tabiat pria-pria peradaban, pikiran mereka jauh ke depan, jauh dari sepeleisme (sepele + isme), mereka antiterlambat datang jumatan, lebih-lebih, antitidur. Lagi, sang khatib yang konsisten monoton, tidak merubah apa-apa, semangat mereka tetap saja adalah pendar bara yang nyala.

Saat itulah, wanita-wanita peradaban juga tak diam. Jika peradaban adalah bangunan, maka wanita-wanita itu ikut menyusun bata. Seperti kumpulan wanita yang akan saya ceritakan ini. Mereka 10 orang (sebut saja Ani, Bani, Switi, Beibi, Hepi, Syala, Lala, Syubi, Dubi, Cupcupmuah). 11 dengan mentornya (yang dikenal random, sebut saja si “Ehem”).

Ehem : baiklah adik2, sekarang kitaa… main kuis cerdas cermaaaaat…”SIAPA CEPAT DIA DAPAAAAT” yeeeee^^

Adik2 : ???

Yah,beginilah kalau mentor malas-malasan membaca referensi. Tapi percayalah, kuis “SIAPA CEPAT DIA DAPAAAAT” ini akan sangat berperan membangun peradaban(?)

Ani :hadiahnya apa kak?

Bani :apa kak?apa?apa?

Switi :apa?apa?

Ehem :ada deh. Ayo, kalian dibagi jadi dua grup ya…ani bani switti beibi hepi 1 grup, sisanya 1 grup. Grup kiri namanya siapaaa?

Grup kiri :blablabla%%#$#&^%..*ceritanya lagi musyawarah*.. namanya grup “Manis” kaaakkk..yeeee^^

Ehem : okeoke, grup kanan namanya siapa?

Grup Kanan: blablabla%%#$#&^%..*pake musyawarah juga *.. namanya grup “Manja” kaaakkk..ohyeah^^

Ehem :baiklah grup manis dan grup manja, kuis ini terdiri dari dua babak, isinya pertanyaan aja, siapa tau langsung ngacung dan jawab

Beibi :jangan yang susah-susah ya kaaaakk

Ehem :iyaa, gampang kokkkk.. Kalau bener poinnya 100, kalau salah -500..oke?

Syala :huaaaa..ga bisa, jelek banget -500

Lala :iya.iya.iya..ga usah dikurangin aja…

Syubi :nol ajaaaaaa..ah kakak curang..

Ehem :ih, apadeh, kan ini game…terima ajaa

Bidu :loh?ga bisa gitu kaakkk

%^$5&%$%#%998..

Beberapa menit setelah debat “Pantaskah poin -500 untuk jawaban salah?”, maka:

Ehem : oke deh, yang bener 100, yang salah -5. Ok deal. Ga boleh protes. Baiklah kita masuk ke babak pertama ^^

Grup Manis : YEEEEEEEE…. #GEDUBRAKPLAKKPLAKK *sambil mukul2 meja

Grup Manja: HUUUU YEEEEE.. #PLAKKPLETAAKKKKKPRANGPRANGGGPLAKKK *ga mau kalah, grup ini lebih anarkis mukulin meja, kalau ada anak orang nganggur kayanya bakal dipukulin juga*

Ehem :sebelumnya, coba grup manis mana yel-yelnya?

Grup Manis: ???

Grup Manis: MANIS!MANIS!HIDUP MANISSS!!YEE MANIS GO MANIS GOOOO *tetap dengan pukulan meja yang makin menjadi-jadi*

Ehem :grup manja mana yel-yelnyaaa?

Grup Manja : M!A!N!J!AAAAA!!!! MANJAAAAAAAAAAA….BUBUBUBUBU..HIDUP MANJAAAAAAAA!!!!

Ehem : Pertanyaan pertama di babak pertama.. siap yaaa…. Siapa..nama..istri… BARACK OBAMA?

Tiba-tiba kerusuhan terjadi. Sangat chaos

Ani :HUAAAA!!!SAYA KAK!SAYA SAYA SAYAAAA..!!!!!!!!

Syala :SAYA DULUAN KAAAAKKK… SAYAAAAA… SAYAAAA.!!!!!!!!!!!!!

Bani : POKONYA SAYA YANG DULU NGACUNG KAAAAKKK…!!!!!!!!!!!!

Lala :SAYAAAAAA…SAYAAAA….!!!!!!!!!!!!!

Switi :SAYAAAAAAAAAAAAAAA…………!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Beibi :HUA.SAYASAYASAYASAYA…!!!!!!!!!!!!

Syubi :SAYA KAKKK..SAYA LIAT SYALA NGACUNG DULUAAANNN………!!!!!!!!!!!!!!

Bidu :SAYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA………………!!!!!!!!!!!

Ehem :ARRRRRGGGGGGHHHHHHHH.HENTIKAAAAAAAAAAAANNN!!!*mendramatisir*udah. udah. cukup. jangan berisik. Oke kakak liat syala ngacung duluan, apa jawabannya?

Syala :Michelle Obama Kaaakk ye benerrrr

Grup manja :YEEEE..HIPHIP..HOREEEE..!!!!

Ehem : oke, 100 untuk Manja. Pertanyaan selanjutnya, siapa seleb cwe yang jadi ahli waris hotel Hilton?

Ani :HUAAAA!!! SAYA KAK! SAYA SAYA SAYAAAA..!!!!!!!!

Syala :SAYA DULUAN KAAAAKKK… SAYAAAAA… SAYAAAA.!!!!!!!!!!!!!

Bani : POKONYA SAYA YANG DULU NGACUNG KAAAAKKK…!!!!!!!!!!!!

Lala :SAYAAAAAA…SAYAAAA….!!!!!!!!!!!!!

Switi : SAYAAAAAAAAAAAAAAA…………!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Beibi :HUA. SAYASAYASAYASAYA…!!!!!!!!!!!!

Syubi :SAYA KAKKK.. SAYA NGACUNG DULUAAANNN………!!!!!!!!!!!!!!

Bidu :SAYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA………………!!!!!!!!!!!

Ehem :CGKHKHGGDGUK



Ehem : oke, babak pertama selesai, skor imbang.. kita masuk ke babak kedua..siap yaaa..

Grup manis :SIAAAAPPPPP!!!!

Grup manja : SIAAAAAAAAAAAAAAPPPPPPPPPPP!!!

Ehem :pertanyaan pertama, di babak kedua, siapa nama kakek Nabi Muhammad?

Grup Manis:…..

Grup Manja:…..

Ani:umm.. lupa lupa inget kak, ga yakin..

Ehem :jawab aja dulu^^, salah juga cuma -5 ini…

Switi :ah ga mau kak, takut dikurangin nilainya..

Ehem :ga ada yg bisa jawab niii?^^

Lala :iya kak, nyerah aja deh..

Ehem :jawabannya Abdul Muthatib^^.. pertanyaan selanjutnya ya.. siapa nama pendeta yang bisa melihat tanda-tanda kerasulan Muhammad SAW?

Ani :….

Switi :…

Bidu :lupa kak, pelajaran SD…

Ehem :nyerah nih? Ini deh, yang gampang, dimana wahyu untuk nabi Muhammad turun pertama kali?

Bani :ah udah ah kak, saya nyerah aja kalau pertanyaan begini..

Switi :iya kak..udahan ah..

Cupcupmuah :kak, mau coba jawab..

Ehem :ya. apa jawabannya?

Cupcupmuah :Gua Hira.

Ehem :beneer^^ Gua Hira’, di puncak Jabal Nur..sekarang, siapa istri nabi yang dipanggil humairaa atau pipi yang kemerah-merahan?

Switi : aisyah bukan sih kak?

Ehem :iyaa.. beneer^^ oke gamenya selesai !!! Skornya sama.. jadi ga ada yang menang dan kalah^^

Bani :ah kakak curang, sengaja distop pas skornya sama biar ga usah ngasih hadiah yaa?

Ehem : *dalam hati: ups! ketauan juga trik saya * hehehe.. dapet hadiah kookk.. ucapan selamat..hahahaha. Oke. Apa hikmah dari kuis tadi?

Lala : yah, iya sih kak.. kita minim pengetahuan islamnya..

Switi : tapi kan masalahnya di tivi kan isinya gitu-gitu semua kak, jadi kita taunya itu…

Bani : iya kak..

Syubi : iya kak..

Switi : iya kak, mana ada di TV iklan : “Aisyah.. si pipi kemerah merahan…” *sambil menirukan iklan sabun muka pencerah wajah*

Ehem :Hahaha.

….

….

Media. Yap, Media. Sangat benar, siapa yang menguasai media, akan menguasai dunia. Media bisa menggiring persepsi orang-orang, bisa mendoktrin, bisa merubah prinsip, bisa sangat kejam. Media bisa saja membuat satu orang dibenci seluruh dunia atau sebaliknya, bisa membuat sebuah negara bergejolak, bisa membuat yang bersalah seakan-akan menjadi korban, dan korban yang membela diri seolah-olah pembunuh berdarah dingin. Memang begitulah, media bisa sangat busuk.

Saya tidak bisa berekspektasi tinggi di media ditampilkan kisah-kisah teladan yang bisa dijadikan contoh seperti kisah Rasulullah dan para Sahabat, saya juga tidak muluk-muluk menginginkan ada iklan “Aisyah.. si pipi kemerah merahan…”. Sederhana saja. Saya ingin media tidak jadi penyebab apalagi katalisator kerusakan moral penduduk bumi. Saya ingin media menjadi wadah yang melaluinya nilai-nilai islami tereksitasi sedemikian rupa. Tidak ada niat diskriminasi SARA dalam istilah “nilai-nilai islami” yang saya gunakan. Ini hanya istilah lain dari “nilai-nilai kebaikan”. “Nilai-nilai kebaikan” adalah nilai universal. Semua nilai-nilai kebaikan adalah nilai-nilai islami. Karena islam tersusun dari nilai-nilai kebaikan yang universal. *bingung ya? yasudah*

Tidak heran dengan “attitude” media sekarang.. Lihat saja, siapa yang berada di belakang media-media terbesar dunia.. Huff.

Kalau begitu, ayo pemuda-pemudi peradaban, apapun medianya, dengan kekuatan cinta, kita tebarkan kebaikan^^ *berasa jargon sailormoon (?)*


-tulisan ini, dibuat ketika zaman-zamannya marak propaganda isu eljibiti-
continue reading ABSURD

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact