Senin, 29 Februari 2016

Seribu Alasan Apa yang Kita Punya?

Renungan QS Al-Qiyamah 13-15
Dunia hari ini sampai pada fase di mana manusia berani memperdebatkan hukum langit secara equal -setara, minimal dalam pandangan mereka- dan terbuka dengan apa yang mereka yakini sebagian pandangan hidup, cara hidup, dan gaya hidup. Bertolak dari keyakinan (syahwat?) bahwa kehendak manusia (nafsu?) adalah sentral dari dibuatnya berbagai aturan sosial dan kesusilaan, dengan standar itulah berbagai etika kebaikan dan keburukan dibuat.
Berbagai aturan, norma, atau etik pengetahuan pun disusun dalam rangka melegitimasi berbagai kehendak. terjadilah perdebatan yang tidak kunjung habis. jika apa yang dikehendaki manusia pada satu masa, atau satu tempat dianggap sudah lekang oleh masa dan tempat yang berbeda, maka dibuatlah revisi, boleh jadi dalam bentuk penyempurnaan, boleh jadi penghapusan atau malah antitesa terhadap aturan dan norma tersebut.
Kita hari ini sangat bebas berpendapat dan berdebat untuk menentukan standar apa yang ingin disepakati sebagai aturan dan etika sosial yang ditaati bersama sebagai pengikat masyarakat dan penentu baik dan buruk.
Namun pada level individu, kejernihan jiwa manusia diuji pada titik sejauh mana kesaksiannya atas dirinya sendiri, meski sekian ribu alasan dan argumentasi dibuat untuk melegitimasi apa yang dilakukannya.
Berbagai alasan dan argumentasi berupa textbook, ilmu pengetahuan, atau doktrin dan tradisi akan tak berguna, jika mengenyampingkan atau malah menegasikan kejernihan jiwa manusia yang menyaksikan apa yang telah diperbuatnya.
karena itulah Pemilik Langit dan Bumi berfirman tentang keadaan jiwa manusia di hari kesaksian jiwa manusia itu diuji:
“( 13 )   Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
( 14 )   Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,
( 15 )   meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya”

Lalu, SERIBU ALASAN APA YANG KITA PUNYA?


Q: Tumben tulisannya nggak ngerusak flow, Mon?
A: Iya diem ah, jangan berisik. Lagi serius nih... diskusi Jilbab Halal di halaqah.

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact