Minggu, 28 Februari 2016

Sharing Sadness

If women are sad and they shared it to the media socials by writing statues on timeline like Twitter or LINE or Path or anything else, i guess it’s kinda normal thing. They’re like looking for attentions, not for attract people - but more like they wanna tell you about her stories, the sad ones. It feels like the same way when they do to their friends. Or maybe they got no friends to tell her stories, so they share it to their media socials only to fulfill her desires to speak up. Yes, speak up. Because speak up is the one of the ways we can feel satisfied or maybe little bit feel good.
But, as we know, there are so many ways to write down some sad statues on media socials. Find the way which not bothering people, or make them mad or annoyed them. Make it smart, make good statues, or tweets or thoughts. Make it even more beautiful lines, arranging some beautiful words so it turns into some good sentences, maybe like poems. So people who read it can feel you emotionally and the bonus is maybe you will get their sympathy.
You must be know Taylor Swift, right? She is the one who got a smart way to share her sadnesses through beautiful songs and everyone loves it and brings her so much money, popularity and some awards like Grammys and it’s really productive. Maybe we can copied her good way in sharing sadnesses. I know we don’t sing, i know we don’t make songs. But we can make good stories or beautiful poems or anything else that reflect our fates.
Everyone is sad. They are always be. But the different is the way we can control our sadnesses and make it into something not really that sad.

Emmm entah kenapa, beberapa waktu terakhir ini saya menjadi agak freak dan tubuh saya bereaksi dengan gejala-gejala aneh seperti mual berlebih, pening, dsb tiap kali melihat (membaca) atau merasakan lingkungan saya penuh dengan hal-hal yang selow, melow, galaw, cincaw-cincaw, iyyuhhh deuhh buehhh. Sebelum ini saya tidak pernah mengalami gejala aneh seperti ini. Tapi benar sih, sebelum-sebelumnya saya tidak begitu bermasalah dengan lingkungan (sosial media, dsb) ketika terpapar banyak sekali hal-hal ala-ala yang saya sebutkan di atas itu. Tapi sekarang, mungkin otak saya yang saking seringnya dan intens terpapar hal-hal seperti itu jadi semakin menumpuk-numpuk, dan mungkin gejala-gejalan tadi sebagai salah satu tanda yang diberikan oleh peri sosmed yang baik hati pada saya untuk segera kabur dari dunia per-sosmed-an -,- . Hal ini mendorong pikiran random saya kembali liar huks... saya bercita-cita membuat penelitian tentang "Pengaruh Lingkungan Sosial Media Melow Galau Terhadap Fisik & Psikis para Pembaca" lucu kali ya -_- 
Tahukah tahukah tahukah ketahuilah ketahuilah ketahuilah kamu (dan aku), kadang (bahkan seringkali) energi-energi negatif dari diri kita (yang tidak disebarkan) itu bisa menular ke orang lain (apalagi kalau disebarkan, bisa bayangin dong)... Paitnya kalau energi negatif itu kebetulan ketemu orang seperti saya yang notabene memiliki penolakan sangat besar kan kasian (saya-nya)... saya merasa tiba-tiba harus menjadi power ranger pink yang berperang melawan monster yang ingin menghancurkan kota, supaya saya bisa melindungi kota. huh.
Alasan itu sih yang membuat saya beberapa waktu terakhir ini memblokir seluruh media sosial saya yang rentan dimasuki energi-energi negatif. Sampai kapan? sampai saya bijak dan bisa membentengi pikiran saya bahwa hal-hal negatif yang tersebar disekeliling kita tidak akan dan saya pastikan tidak bisa menyusup untuk sekedar mempengaruhi hari-hari indah saya... syalalalalala.

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact