Selasa, 08 Maret 2016

Perempuan Pemimpin

"Mbak, sebagai seorang perempuan, menjadi pemimpin itu berat nggak sih mbak rasanya dengan segala latar belakang fitrah kita sebagai seorang perempuan? Mbak pernah memilih jalan itu kan, berkali-kali bahkan, makanya aku tanya ke mbak hehe. Bunda 'Aisyah pun pernah memimpin peperangan, di perang Jamal. Iya kan mbak (?). Jika amanah sebagai seorang pemimpin datang ke pundak perempuan, bagaimana mbak?," tanya seorang adik sore ini kepada saya.


"Hehehe... cieee, pasti ini dapat 'lamaran' nih nanya-nanya gini." jawab saya sekenanya.

"Dari sejarah mbak banyak belajar; di jalan yang sedang kita tempuh ini, ego harus benar-benar dikesampingkan. Dari sejarah mbak banyak belajar; perempuan hebat tak pernah tercipta dari cantik fisik saja, tapi ia hadir dari pribadi, hati dan jiwa yang lurus, tulus, dan amanah. Dari perempuan-perempuan sebelum mbak, mbak belajar, bahwa amanah sebagai seorang pemimpin (untuk kita para perempuan) itu bukan melahirkan jiwa yang rapuh, tapi ia akan membentuk shaf-shaf mujahidah setegar karang yang siap menerjang badai kehidupan. Dari amanah sebagai seorang pemimpin mbak banyak belajar; bahwa menjadi pemain utama memang tak semudah dari apa yang dilihat dan dikomentar para penonton jauh di luar lapangan. Tapi percayalah, Allah tidak sedang main dadu ketika memberikan amanah di pundak kita (entah itu perempuan ataupun laki-laki) hehe. Semuanya sudah lebih awal dituliskan. Paham?" lanjut saya.

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact