Sabtu, 13 Mei 2017

Speak up?

Jadi begini ibaratnya...



Katakanlah suatu ketika di rumah kita ada seorang batita atau balita yang seringkali membuat orang dewasa di rumah itu pusing karena kerewelannya.

Menangis tanpa bisa memberi tahu apa sebabnya. Atau marah tanpa bisa menjelaskan apa alasan dibalik marahnya. Atau mungkin tantrum, sedangkan setiap ditanya apa yang si balita ini mau, jawabannya tidak pernah jelas.

Lalu mendadak kepala kita pun rasa-rasanya mau meledak *waktu membaca ini tolong bayangkan benar-benar Anda ada di posisi ini, ya. Betapa menyulitkannya.*

Sering ya kadang kalau kita melihat balita/batita mengalami masa dimana mereka seriiing sekali mengeluarkan emosi negatif, tapi saat diajak ngomong baik-baik, nggak ketemu juga pangkal masalahnya apa?
Yah, jangankan kasih penjelasan... ngomong aja mereka masih belepotan. Huks.
Tapi tetep aja kadang ini bikin orang dewasa stress ngadepinnya. Karena nggak tahu harus berbuat apa untuk menyelesaikan kerewelannya.



Jadi begini, *tolong bayangkan lagi benar-benar, ya*
Pernah membayangkan nggak pergi ke luar negeri yang bahasanya sama sekali tidak kita kuasai. Lalu karena kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, kita harus melakukan komunikasi dengan orang-orang disana?
Bayangin. Bahasanya aja nggak kita ngerti!
Ketemu orang dan liat mereka ngobrol di jalan, kita sama sekali nggak nangkep apa yang mereka bicarakan.
Kita coba pula lihat papan penunjuk jalan, tulisan aksaranya nggak ada yang familiar. Sementara perut kita lapar, ingin cari restoran untuk makan. Tapi gimana ini, nanyanya pakai bahasa apa? Ngomongnya gimana? Huftt


Mungkin itulah kiranya yang dirasakan oleh bocah kecil kali ya. Yang saban hari bikin kita jambak jilbab dan rambut sambil memelas, "Jangan nangis/teriak/marah-marah aja dong, Naak.. bilang yang jelas maunya apaaaa.. nggak ngerti kamu kenapaaaa.."



Wait... mari coba posisikan diri kita di sudut pandang balita/batita itu tadi.
Bayangkan, dia punya jutaan rasa, keinginan yang mau dia sampaikan ke orang dewasa. Tapi nggak tahu gimana cara ngomongnya. Nggak tahu gimana cara menyampaikannya. Dunia ini baru untuknya, termasuk juga cara komunikasinya.


Yang pada akhirnya (mungkin) akan lebih sering keluar dalam bentuk emosi nangis, marah, kesel, atau bentuk lain yang membuat orang dewasa bingung.

Percayalah, disaat para orang dewasa tertekan untuk bisa memahami mereka. Mereka pun merasakan "frustasi" yang sama karena kesulitan mengungkapkan apa yang dia rasakan.
Bisa jadi dia kangen sama Ayahnya yang beberapa hari ini kerjanya lembur terus. Nggak tahu gimana cara bilangnya, akhirnya muncul dalam bentuk menangis meraung-raung tiap Ayahnya berangkat kerja. Atau bisa jadi, dia ingin bermain dengan Ibunya yang akhir-akhir ini sibuk bersihin gudang di rumah(?). Tapi nggak paham gimana ngomongnya, akhirnya keluarlah perilaku rewel nggak jelasnya sepanjang waktu.
Kalau kemudian buru-buru dimarahin tanpa mencoba cari tahu penyebabnya, kasian kan? :(


Mungkin baiknya mereka hanya perlu dipeluk. Dipangku. Lalu diajak bicara tentang apa yang dirasakan. Tentang apa yang ia butuhkan. Lalu pelan-pelan diajarkan bagaimana cara yang baik dalam mengungkapkan keinginan.




Oke, kalau Anda mengira saya hendak membuat tulisan parenting, Anda keliruuu. Tadi diawal kan saya bilang "ibarat", saya hanya hendak membawa pemahaman kita pada hal yang lebih sederhana untuk memahami hal yang tidak sederhana(?).



*Mohon ingat kembali cerita pengibaratan di atas*
Pernah kah disekeliling kita, kita menemui orang-orang yang rasanya aneh untuk kita pahami? Susah dimengerti layaknya wanita *lhoh!*? Misal kita berteman dengannya lalu kita berteman juga dengan orang lain maka dia akan marah? Ataukah orang yang terbata-bata saat bicara di depan kita, gemetaran, berkeringat dingin sehingga kalimatnya susah untuk kita pahami? Ataukah orang yang masyaAllah cari perhatiannya misal pura-pura kesandung di depan kita supaya kita tolong mungkin(?) *dia kebanyakan nonton sinetron Indonesia -,-*? Dannnn masih banyak lagi...


Well... saya hanya ingin bilang bahwa setiap orang memiliki cara berkomunikasi masing-masing sesuai dengan yang mereka pahami. Tidak semua orang memiliki cara komunikasi (menyampaikan keinginannya dan perasaannya) sama seperti cara kita. Kita tidak pernah tahu kejadian apa yang membentuknya hingga menjadi seperti itu. Coba bayangkan, bukankah sangat menyedihkan bagi si orang-orang disekeliling kita tersebut apabila kita tak mau memahami keinginannya hanya karna cara-cara yang ia gunakan untuk menyampaikan tak sama seperti cara kita?


Maka, sudah seharusnya kita lebih mem-peka-kan diri.

Karena di balik perilaku yang "terlihat" menyimpang, sesungguhnya ada yang sedang berusaha mengungkapkan perasaan dan keinginannya.

What we see as a failure to behave properly, is actually only a failure to communicate properly.





0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact