Minggu, 14 Mei 2017

Mengubah Hati

"Mbak banyak dzikir, sholawat, baca al-qur'an dan ibadah ya... biar pesannya masuk ke hati sebelum ke akal audiens," begitu pesan ibu saya tiap kali saya akan sharing dalam suatu acara. Sama, seperti sore ini, di dalam bis saya menerima pesan singkat yang isinya seperti di atas itu dari ibu.

Saya tahu benar, tiap kali Allah memberikan kesempatan ini, maka sebanyak itu pula kesempatan saya untuk bisa mengubah hati dan pikiran orang lain.

Maka sebanyak itu pula saya berharap agar dari lisan ini, ada hati-hati yang ingin lebih dekat dengan Tuhannya. Ada pribadi-pribadi yang ingin berubah jadi lebih baik. "Ya Allah saksikan lah... ya Allah saksikan lah... akan aku sampaikan..." begitu tekad saya berulang-ulang sebelum saya berbicara. Jadi jikapun tema yang diberikan untuk saya sampaikan begitu urusan duniawi, usahakan tetap menyisipkan nilai akhirat di dalamnya. Saya luruskan niat berkali-kali agar setan tak sedikitpun menelusup ke dalam.

Detik-detik saat giliran saya, sambil saya tatap satu persatu wajah orang-orang di hadapan sana. Saya berdoa dalam dalam agar Allah mau membuka hati-hati mereka. "Oh, Allah Sang Penggenggam Hati..."

Saya tahu ilmu saya jauh dari pantas untuk berada di posisi ini. Bahan bacaan masih sedikit. Kemampuan bicara juga belum mumpuni. Kemampuan saya dalam menyusun argumentasi demi argumentasi juga belum tajam. Maka hanya Allah satu-satunya tempat bergantung. Maka hanya Allah satu-satunya penolong.

Waktu berakhir. Rasanya singkat sekali. Saatnya saya harus turun dari kursi. Sambil saya telungkupkan kedua telapak tangan di depan dada, tersenyum, lalu saya berkata dengan agak mengeraskan suara tersebab tangannya tidak bisa digunakan untuk memegang pengeras suara, "Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada pada saya. Terimakasih telah memberikan saya kesempatan untuk belajar disini. Jika ada yang belum terjawab di momen ini atau butuh telinga seseorang, silakan menghubungi kontak saya, ya. Wassalamu'alaikum teman-teman."

Saya turunkan tangan saya dari depan dada. Saya berjalan ke tempat saya. Semoga saya sudah memberikan yang terbaik. Saya gumamkan dalam hati berulang-ulang, "ya Allah saksikan lah... ya Allah saksikan lah... sudah aku sampaikan. Terima kasih ya Allah."





Yogyakarta, -14 Mei 2017-

Begitulah ritual yang selalu saya lakukan tiap kali Allah berbaik hati memberi saya kesempatan untuk belajar lagi.
Sesungguhnya, saat kamu di tempatkan di paling atas atau di paling depan, bukan berarti kamu sudah lah jadi yang terbaik. Malahan, dengan tempat itu, Allah menyuruh kita untuk belajar lebih banyak lagi ketimbang orang lain. Karena yang paling atas dan yang paling depan beban tanggung jawabnya lebih banyak, jadi harus lebih giat belajar daripada yang lain.

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact