Punten, ini foto kalau dilihat pasti kurang jelas ya hehe. Maklum file yang ada di saya terbatas resolusinya. Gapapa lah ya... ini malah bisa menjaga mata kita dari melihat wajah-wajah yang cantik-cantik nan tampan-tampan yang tak seharusnya kita lihat ini *hueks. Alesan!!!*
Here we are!!! Keluarga Besar Keorganisasian & PSDM BEM Undip 2015.
Ketika yang lain upload fotonya pas akhir-akhir kepengurusan, sementara saya baru mellow-mellow'annya sekarang, disitu saya merasa keren!!! Hehe. Engga ding, bohong.
Saya cuma takut tidak bisa mengendalikan perasaan (kata anak sekarang mah 'baper') saja ketika saya uploadnya 6 bulan yang lalu ketika masa-masa purna amanah dari organisasi di kampus. Karena mereka ini yang mengajari saya bahwa 'Little things heart touching' dan 'Cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu' (?).
Cerita mengenai plan akademik saya dulu ya, karena ini ada hubungannya dengan mereka.
Setiap anak orang tua saya (red: saya dan adik saya) memiliki project yaitu plan life yang telah 'dipresentasikan' dan mendapat 'approval' dari orang tua kami. Termasuk bidang konsentrasi sekolah kami pun kami presentasikan kepada mereka, mau penelitian dimana itupun kami presentasikan. Nah kapan plan life itu dibuat dan dipresentasikan? Sudah lama... sudah diawal masa kuliah kami (nah khusus untuk saya, karena anaknya agak-agak sengklek gimana gitu ya... saya sudah mengubah plan life saya lagi dari presentasi sebelumnya. Jadi pada semester dua, saya kembali mempresentasikan plan life akademik saya di kampus). Just info saja, plan life yang saya buat mengenai perjalanan akademik saja. Karena untuk masalah suplemen lainnya misalnya untuk menghebat di kampus dan sebagainya, orangtua saya selalu membebaskan asal dalam koridor yang telah kami sepakati bersama (read: 'boleh melakukan aktivitas apapun, asal bisa mempertanggungjawabkan segala hal yang telah menjadi kewajibannya'. Ibarat kata nih ye mau jungkir balik di kampus juga sok weh asal target pemahaman mengenai mata kuliah dan ipk dipenuhi.) Fase itu didapatkan, setelah kami -para anaknya- mendapat kepercayaan untuk mengendalikan dan menjaga diri kami sendiri, maka kami diberi kebebasan untuk memutuskan apa-apa dalam hidup kami (read: tahapan hingga memperoleh 'fase dipercaya' juga ada, cuma nggak perlu saya ceritain kali ini ya. Out of the topic). Syaratnya cuma satu, 'jangan mengeluh kepada kami -orangtua- ketika kamu mendapati keputusanmu tidak berjalan seperti ekspektasimu. Bertanggungjawablah atas setiap keputusan yang kamu ambil'.
Waktu berjalan, saya memutuskan untuk ambil bagian di kampus, selain tetap menunaikan janji saya kepada orangtua saya seperti yang sudah saya presentasikan dan mendapat approval dari mereka.
Terhitung, sejak mahasiswa baru hingga 4,5 tahun saya di kampus, saya tidak pernah off dari yang namanya organisasi. Mulai dari bidang riset, jurnalistik, greenpeace, sosial kemanusiaan, sosial politik, agenda-agenda di luar organisasi internal kampus, serta kompetisi-kompetisi ilmiah.
Waktu terus berjalan, Alhamdulillah Allah memberikan kemudahan-kemudahan untuk men-check list plan akademik saya. Hingga tibalah di semester 6, menurut plan life saya, pada semester 6 ini seharusnya saya KKN. Jika dilihat dari jumlah sks dan syarat pemenuhan mata kuliah pra KKN, sudah saya penuhi semua. Tapi, di depan pintu pendaftaran KKN kala itu, saya kembali pulang ke kosan. Ada yang membuat saya ragu, sebenarnya sebelum hari itu saya sudah menimbang-nimbang apakah saya harus KKN semester itu atau ambil di semester depannya. Karena, jika saya mengambil KKN di semester tersebut yang bulannya bersamaan dengan penerimaan mahasiswa baru di fakultas serta tetek bengek lainnya untuk proses kaderisasi di 7 jurusan (dengan segala budaya dan prosesinya yang memakan waktu satu semester), saya pikir terlalu riskan jika ditinggalkan (kala itu saya diamanahi di PSDM BEM Fakultas).
Akhirnya, setelah kembali ke kos, saya langsung mengemasi beberapa pasang baju, angkat rangsel, dan pulang ke rumah. Ha? Ngapain pulang ke rumah??? Hehehe... mau... nawar... lagi... untuk... merevisi... plan life saya... *huffttt. Usap keringat*. Singkat cerita, berdasarkan hasil diskusi yang menegangkan, saya approval untuk melakukan KKN di semester depan saja. Semester ini stay di kampus untuk amanah yang sedang diemban.
Waktu kembali berjalan, kala itu semester 7, sesuai janji saya kepada orangtua saya, its time to KKN yeayyy. Dan datanglah permintaan itu. Permintaan untuk berkontribusi di tingkat universitas. Di bidang apa? Apa lagi kalau bukan PSDM... haha, kenyataan saya di PSDM ini ibarat tadi diawal saya katakan, cinta tumbuh seiring berjalannya waktu. Dulu, saya mana kenal yang namanya PSDM, konsen saya kala SMA lebih menjurus ke bidang public relation gitu. Baru kenal PSDM di kampus, ehhh pas dijalani, bikin jatuh hati hehe. Akhirnya digeluti dari awal masuk sampai purna masa di kampus.
Awal ketika saya diminta untuk mengemban amanah ini, masya Allah, langsung bercucuran air mata di tempat. Lebay? Emang hehe. Yang terpikir oleh saya pertama kali saat itu adalah -"Gue takut sama Allah" Ini tingkat univ, gue harus mempertanggungjawabkan ke Allah dengan jumlah puluhan ribu orang di pundak gue. Kalau satu aja merasa terdzalimi, digebuk malaikat berapa kali gue. Iya kalau cuma satu, lah kalo banyakkkk."-
Pulang lagi lah ke rumah, mencari ketenangan sebelum memutuskan. Disisi lain, kala itu saya sedang mengajukan sebuah permohonan ide penelitian akhir di suatu intansi penelitian (just information lagi, alasan saya diizinkan untuk melakukan KKN di semester yang mundur dari rencana awal adalah karna saya menjamin kepada orangtua saya bahwa saya akan penelitian di instansi tersebut. Tererenggg tererenggg... matik lah saya ini. Maju mundur kena).
Ah, Allah pasti ngasih jalan. Saya coba mengkomunikasikan hal tersebut pada ketua dan wakil presiden kala itu. Saya pikir, ini saatnya memutuskan. Dari awal mereka harus tau kondisi saya, jika mereka tidak berkenan dengan apa yang saya ajukan, maka mereka masih ada kesempatan untuk memilih yang lain (ini sih harapan saya kala itu hahaha *ketawa setan* *astagfirullah*). Dan badalaaa, mereka menerima setiap syarat yang saya ajukan, termasuk izin beberapa saat untuk penelitian di luar kota yang berjarak ratusan kilometer.
Mungkin yang baca ini bakal ngerasa 'ihhh lo lebay banget. Cuma izin berapa bulan dari organisasi mah wajar sist.' Hehehe. Nah ini... saya, orang yang selalu berusaha untuk totalitas pada setiap amanah yang diberikan kepada saya. Saya tidak pernah izin fisik dari amanah yang diberikan kepada saya selama ini, jadi, kenyataan bahwa nantinya saya harus izin pergi sementara adalah hal yang membuat saya galau hiks. Banyak pertanyaan gimana kalau ini, gimana kalau itu, dannn lain-lain. Karena saya pikir, 'salah satu power kepemimpinan adalah keteradaan'. Maksudnya, beda rasanya ketika kita mengkoordinir atau dikoordinir dari jauh jika dibandingkan dengan yang ada secara fisik. Ya kannn?
Saya minta waktu kembali sebelum menjawab permintaan tersebut, waktu untuk berpikir.
Setelah semua proses saya lakukan diantaranya ngobrol sama Allah, sama orangtua, sama kakak-kakak, dan teman-teman. Bismillah...
'Pada akhirnya kita akan takjub, terharu, luluh, berserah dan berkata "Sudahlah, rencana Allah pasti menakjubkan." Ini yang ditolak gunung bahkan bumi. Jika kita menjalankannya dengan baik, surga lah balasannya. Mari bekerja!!!' Saya melihat misi kebaikan untuk sesama pada ketua dan wakil presiden saya kala itu. Bukan sekedar profesionalisme semata. Itu alasan utama yang menguatkan saya untuk ikut dalam barisan ini. Entah bagaimana nantinya, Allah pasti kasih jalan. Entah gimana rencana penelitiannya, insya Allah saya percaya ketika kita mempermudah orang lain, Allah pun akan membukakan pintu-pintu kemudahan untuk kita. Sejak di kampus saya belajar untuk memasukkan peran orang banyak yang memerlukan bantuan saya ke dalam kebahagiaan dan ketenangan hati saya.
Awal menjabat di BEM universitas, saya yang juga sedang KKN di luar kota harus bolak-balik untuk rangkaian oprec staff. Jadi selepas begadang dengan segala pekerjaan sekertaris di tempat KKN, saya izin ke teman-teman untuk kembali ke semarang melakukan oprec. Masih di hari yang sama, sorenya, saya kembali ke Magelang, tempat KKN saya. Alhamdulillah, Allah kasih saya teman-teman KKN yang pengertian, yang mau diduakan *lhoh!*. Tuh kan, baru awal aja Allah udah kasih kemudahan.
Hingga sampailah saya bertemu dengan adik-adik saya yang wajah-wajahnya terpampang di atas ituh. Saya berpikir kembali, sebelum saya pergi untuk penelitian, setidaknya mereka harus 'sudah kuat berdiri di atas kaki mereka sendiri'. Maka, mereka saya dewaskan sebelum waktunya mereka dewasa *hiks* maaffff yaaa kesayangan-kesayangan aku. Sampai saat ini, ketika saya melihat mereka, batin saya selalu berkata "Adek adek maaf, karena kebetulan kalian datang pada saat kalian tidak menjadi prioritas".
Maka, saya cepatkan proses pembelajaran bagi mereka. Ibarat kata kalau anak-anak lain dikasih makan 3x sehari, adek-adek saya mah harus makan 5x sehari, biar cepet genduttttt hehehe.
'Adek-Adek, kita akan menjadi panutan. Kita akan diperhatikan setiap tutur kata, setiap tingkah, akan dipermasalahkan. Ada kepercayaan puluhan ribu orang yang harus kita pertanggungjawabkan kepada Allah nanti. Maka jadilah BENAR, bukan cuma jadi BAIK. Tentang setiap hal yang akan dipermasalahkan, hakikatnya, bukan untuk itu kita bekerja. Bukan untuk dipuji, bukan untuk kebanggan diri, melainkan tulus mengabdi.'
Sampai label 'Mbak kaku' disematkan pada saya hehe. Dari label itu saya kembali belajar... "oh gue harus lebih lembut kali ya. Mungkin cara ini terlalu keras untuk mereka. Yaiya mereka masih pada bocah gini." (Just information, adek-adek saya waktu itu banyakan maba cuy, kebayang donggg. Berasa banget mamah-mamah mudanya saya -,-).
Saya memang selalu mendisiplinkan masalah budaya dan aturan, saya tidak suka ada yang berteriak ketika berbicara, saya melarang memalsukan tanda tangan untuk kepentingan 'biar cepet' walaupun sudah mendapat izin si empunya tanda tangan tersebut, dan hal-hal lain yang sebenernya terlihat kecil namun jika diterus-teruskan akan memberikan impact besar ke habit kita. Saya, tidak mau, adik-adik saya, memiliki pemahaman yang keliru hanya karna berpikir 'dulu gini gapapa kok. Jadi sekarang juga gapapa kayak gini.' Ngekkkk. NO. Jadi anak BEM tuh nggak akan langsung buat kamu jadi keren kok. Banyak juga yang jadi anak BEM, bejibun jumlahnya. Maka ciptakan kekerenan itu pada diri masing-masing, melalui pembelajaran etika di organisasi. Jadi yang 'benar' jangan hanya jadi 'baik'.
Dannn tibalah saat dimana saya harus izin untuk penelitian. Penelitian saya ini hampir membutuhkan waktu 5 bulan. Lama ye... iye. Kala itu masih was-was... "duhhh gimana ya adek-adek gue. Bisa nggak ya gue tinggal." Maka tiap malam di bogor menjadi waktu untuk telponan sama mereka. 2 minggu sekali bolak-balik semarang-bogor untuk bisa ketemu mereka yang cuma 1 hari *huffft*. Mulailah terkuras uang tabungan saya yang saya kumpulkan mulai awal kuliah ya untuk akomodasi bolak-balik tadi (secara gitu kan ye nggak berani minta uang saku tambahan ke orangtua untuk keperluan akomodasi tersebut. Karena selama 5 bulan itu orang tua saya tidak tahu kalau saya bolak balik ke semarang *tampar* *astagfirullah*. Yaaaa gimana, membahagiakan orangtua semoga dinilai sebagai ibadah di mata Allah, pun melaksanakan amanah juga ibadah buat Allah. Biar sama-sama dapet gituh *alesan!!*).
Tapi saya senang, tidak ada penyesalan sedikitpun telah mengambil keputusan seperti ini.
Lebih membahagiakan lagi ketika saya mendapati bahwa 'adik kita yang kita bimbing jauhhh lebih baik dari kita'.
Suatu waktu mereka pernah mengirimkan saya foto saat mereka berada di panti asuhan. Saya tanya "pada ngapain dah kalian?". Mereka jawab, "kita lagi berbagi sama anak-anak yatim, Bund. Semoga semakin banyak doa, makin banyak membuka kesempatan buat dilancarin acara-acara kita sama Allah. Biar apa yang kita lakukan juga berkah."
Dessss... netes-netes deh saya. Mereka ternyata sudah dewasa (sebelum waktunya), memasukkan peran orang lain yang membutuhkan di kebahagiaan mereka.
Dan setiap kali orang-orang memberi ucapan selamat atas setiap capaian yang luar biasa yang telah dicapai bidang saya, sesungguhnya, itu karena kehebatan dan kekerenan adik-adik saya. Saya mah apa atuh, cuma butiran jasjus yang kalau nggak diaduk nggak bisa larut kkkkkkk~
Tanpa saya sadari, sayang saya ke mereka melebihi sayang saya ke adek-adek saya yang sebelum-sebelumnya. Hehe. Padahal dulu di awal, saya pikir saya tidak bisa menyanyangi mereka karena kami tidak bersama secara fisik selama 5 bulan.
Alhamdulillah, sekarang mereka jadi orang-orang keren di kampus. Pentolan-pentolan mulai dari tingkat jurusan, fakultas, univ, hingga nasional :") seperti yang saya bilang, kebahagiaan seorang kakak adalah ketika melihat adiknya lebih hebat daripada dia.
Oiya, semalem, mereka mengabari bahwa mereka masih saling membantu satu sama lain walau sudah berpisah organisasi. Masih peduli untuk membantu acara closing ODM hari ini walau bukan panitia atau di tingkat univ lagi. Katanya, karena sense of belongnya sama temen-temen mereka yang masih kontribusi di tingkat univ untuk menyiapkan acara tersebut. Duhhh :")
|
0 komentar:
Posting Komentar