Pahamilah, bahwa memilih tidak melulu perkara membanding-bandingkan mana yang lebih ketimbang mana. Ada orang-orang yang menjatuhkan pilihan berdasarkan arah perasaannya terhadap petunjuk Tuhannya. Jadi jangan heran jika kau menemukan orang-orang yang pilihannya tak masuk ke logikamu. Karena tidak lagi baginya memilih yang paling lebih, tapi memilih yang ia anggap itu adalah pilihan Tuhannya untuknya. Pahamilah...
Senin, 25 Desember 2017
Senin, 18 Desember 2017
Mimpi Anak di Sekolah Ujung Jalan
Bagi kebanyakan, Sulawesi memang khas dengan geopark kelas dunia, spot travelling luar biasa, atau pantai-pantai sorotan kamera. Tapi lebih dari itu, Sulawesi juga memberi saya banyak pelajaran belum lama ini.
Dulu, lulus SMA saya pernah propose pada orang tua untuk minta izin tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Bukan karena malas mikir di bangku sekolah lagj, tapi karena saya rasa saya butuh banyak waktu berfokus untuk mulai membangun project social impian saya yang concern di pendidikan anak jalanan. Begitulah, khas analisis berpikir anak usia 17an tahun, menggebu-gebu dan kurang perhitungan jangka panjang.
Menanggapi itu, Bapak saya hanya tersenyum meletakkan kertas berisi life plan yang saya ajukan, tidak di acc permohonan izin saya. Lalu beliau berkata, "Sekolah adalah kesempatan, berkah, dan kebahagiaan."
6 tahun berselang setelah kalimat itu diucapkan. Dan beberapa waktu lalu saya mendapat tugas dinas mengunjungi beberapa sekolah di pelosok Sulawesi Tengah. Dari atas pesawat yang mendekat ke pulau, saya jadi tiba-tiba mengerti, kenapa sekolah disini susah sekali karena soal geografis. Ditambah dengan orang tua yang ingin anaknya diserahkan saja jadi buruh kasar atau awak kapal penangkap ikan: lebih cepat menghasilkan uang atau lebih segera meringankan beban. Kecuali mereka meyakini dengan betul, sekuat-kuatnya, bahwa sekolah mampu mempercerah masa depan keluarga.
Disini, kebanyakan guru kesulitan datang ke sekolah, hingga kegiatan belajar mengajar kebanyakan kosong. Sekolah ini kecil, tapi dari murid-murid yang berhasil saya temui, saya jadi tahu mereka memiliki mimpi-mimpi yang besar. Sekolah kita besar, jangan sampai muridnya punya mimpi saja tidak. Yang kemudian hanya menelurkan karya-karya kerdil. Pasrah kemana arus membawa hidup.
Disini anak sedih bukan karena tugas-tugasnya banyak, tapi karena mereka hampir batal mengenyam sekolah.
Setelah melihat realita ini, benar ternyata, bahwa "Sekolah adalah kesempatan, berkah, dan kebahagiaan". Bersyukurlah dan jangan sia-siakan.
Jumat, 08 Desember 2017
J I H A D
Al Quds is our mine, not yours.
Jihad yang jamak orang pahami adalah jihad qital yang artinya perang.
Jihad itu adalah kata dalam bahasa arab yang secara istilah menunjukkan kesungguhan dan tekad yang sangat kuat. Makanya dalam hadist belajar bagi para penuntut ilmu itu disebut juga dengan jihad.
Ataupun dalam bahasa lain ada yang disebut mujahadah yang juga berasal dari kata jihad. Yang artinya berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memohon sesuatu kepada Allah SWT.
Selasa, 05 Desember 2017
Komposisi Perempuan
Di obrolan
tempo hari, saya mendapatkan pemahaman banyak mengenai ke-perempuan-an. Bahwa Perempuan
itu bukan physically, tapi soal rasa. Sedihnya, sekarang tidak sedikit
perempuan yang merasa bahwa menjadi perempuan itu ‘ga keren’ pengen jadi pria
aja ceunah *tabuh wajan*.
Begini
analoginya... Ada tamu main ke rumah kita dan melihat salah satu tanaman milik
kita. Lalu dia bilang “MasyaAllah, ini tanaman yang selama ini aku cari.
Tanaman ini tuh banyak banget manfaatnya. Bla bla bla. Pokoknya nanti aku
pulang mau dibawain”. Padahal, selama ini kita tidak perhatikan dan tidak
merawat tanaman tersebut, karena kita merasa tanaman itu tidak berharga, kita
lebih senang merawat mangga; jambu, dan lain lain yang sudah kita tahu betul
gunanya. Ada sesuatu yang berharga tapi karena
ketidaktahuan kita, menjadi tidak berharga. Nah, begitupun dengan
perempuan. Banyak sekali yang merasa drinya kurang berharga, kurang bahagia,
karena ya dia tidak tahu dia itu siapa.
Beberapa komposisi
perempuan itu:
1.
Jamal (Kecantikan, Daya tarik)
Perempuan
itu cantik dan harus mempertahankan kecantikannya. Cantik itu harus punya daya
tarik. Make up ini hanya art, sementara cantik itu feel. Nainih, yang sering
kita lupakan, daya tarik perempuan adalah
·
hams (gaya bicara yang lembut). Perempuan-perempuan
surga seperti Ummu Khadijah, Asiyah, Maryam, Fathimah, Aisyah semua berbicara
secara hams, tidak pernah meneriaki. Misi kita perempuan, pertahankan
kecantikan *ngomong depan kaca*, karena lisan adalah simbol. Elegance is the beauty that never fade.
Perempuan cantik adalah
perempuan yang juga jauh dari rasa kecewa. Seperti Maryam dengan segala ujian yang
dihadapi namun tak pernah kecewa, yang kecantikannya abadi, sampai-sampai Allah
mengabadikan namanya menjadi satu-satunya nama perempuan untuk sebuah surat di
Al-Qur’an. Jadi, kalau apa apa masih kecewa, ini itu kecewa, alismu sudah
dibentuk sesimetris apapun, tetap saja tidak kelihatan cantiknya *dilempar
tomat sama team alis*, kan kecantikan alis terletak pada good mood. Ya coba
alis kita waktu ketemu abang cilok tapi udah habis dagangannya, mendadak jadi
nggak simetris lagi ye kan alisnya kita. Jadikan alis kita alis bersyukur, alis
bahagia, itu simetris alis terbaik sepanjang sejarah, yakin laa.
·
Lams (menyentuh). Jadi perempuan harus banyak
menyentuh *jangan hp mulu disentuh Mon. Hiks*. Ketika Allah ingin ciptakan
kehangatan, Allah ciptakan perempuan.
·
Nazra (cara pandang (mata)). Mata itu gambaran
jiwa. Sekzl apapun sama orang, berikan pandangan kasih sayang. Kontak mata itu
penting (noted: dengan yang halal, ya).
2.
Salam (Damai)
Sering
nggak sih hatimu huru hara gitu? Liat mangga tetangga misalnya *eh. Liat temen
nilainya bagus, huru hara. Liat temen dapat pekerjaan bagus, huru hara. Galauan,
baperan. Ini perempuan mungkin sudah kehilangan salam di hatinya, kehilangan
salam sama dengan kehilangan keperempuanannya. Ummu Khadijah sudah memberi
contoh, wanita dengan kedamaian dirinya luar biasa, hingga Allah mengirimkan
salam pada beliau. Hal yang kecil, nggak perlu lah dibesar-besarin. Dan hal
yang besar, sok atuh dikecilin(?)
Kita
tidak bisa menghadirkan damai kecuali damai itu datang dari Allah. Terimakasih
Allah :”
Wanita
itu duta kedamaian, duta ketenangan, sumber sakinah. Kalau kita menjadi sumber
prahara, berarti kita sedang lupa bahwa kita sedang menjadi perempuan.
3.
Rahma (Kasih Sayang).
Ketika
Allah ingin ciptakan kasih sayang, lahirlah perempuan. Fitrahnya perempuan itu
penyayang. Kata Rasul, perempuan surga itu kasih sayangnya banyak seperti
danau, dihitung hitung pun tidak akan putus jumlahnya. Jika mulai kehilangan
kasih sayang, segera self healing. Perempuan dituntut untuk menjadi harmoni.
Misalnya si laki-laki ngecat rumah pakai warna abu-abu, eeeh padahal si
perempuan pengennya warna pink(?). Yasudah... ikhlas. Nikmati dengan lapang
hati. Jadilah harmoni. Jangan hanya gara-gara warna cat timbul perpecahan dan
perpisahan. Saya ingin bilang, artinya, perbedaan-perbedaan yang makin
menumpuk-numpuk, kalau perempuan tidak pandai harmoni, nanti ujungnya kita
tidak pernah tau seperti apa. Perempuan itu takayyuf, yang punya ribuan masalah
tapi juga punya ribuan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Itu cantik
bet masyaAllah. Contoh Asiyah yang hidup dengan Fir’aun, yang berbeda dari A-Z.
Tapi Asiyah bisa mengatasi masalah dengan tetap cantik.
Semua
perempuan punya potensi. Allah memberikan muyasar dan kita diminta untuk
mengeluarkan potensi kita semaksimal mungkin. Ada yang suka bidang olahraga,
fashion, peperangan seperti Nusaibah, it’s okay itu tidak akan mengurangi
kecantikan walau aktivitas-aktivitasnya adalah aktivitas yang menuntut
ketangguhan. Cantik itu memberi manfaat kepada orang lain, selagi aktivitas
kita adalah aktivitas kebaikan dan kemanfaatan, why not? Potensi akan menambah
kecantikan, asal masih masuk dalam batasan izzah. Asiyah seorang ratu, Khadijah
seorang pengusaha, jadi perempuan itu harus punya skill, biar cantiknya nambah,
manfaatnya nambah.
Katanya
ya.. katanya... kita itu tidak bisa expert di suatu bidang kalau kita tidak
mengenal bidang tersebut. Sama, seperti dunia perempuan. Kalau kita tidak kenal,
nggak sadar, nggak yakin akan hakikat-hakikat kita sebagai perempuan maka kita
juga susah expert menjalani peran. Yakini bahwa kita ini sumber sakinah, sumber
kedamaian. Semoga Allah selalu memberi kita para perempuan nikmat istiqomah :”)
Ya Allah ya Rahman ya Rahim, terimakasih
Kau telah ciptakan kami dengan penciptaan yang sempurna. Kau telah ciptakan
kami dengan penciptaan yang luar biasa, dengan keindahan yang luar biasa.
Jangan biarkan dosa kami menghancurkan keindahan kami. Jangan biarkan dosa kami
menghancurkan fitrah kami. Jangan biarkan kebodohan kami melunturkan fitrah
kebaikan yang telah Engkau karuniakan. Berikan di dalam jiwa kami ya Allah,
sakinah, sehingga kami bisa menenangkan orang-orang di sekitar kami. Berikan
hati kami mawaddah kasih sayang, sehingga kami bisa mencintai orang-orang yang
ada di sekitar kami. Berikan kami kasih yang luas ya Allah, warahmah,
sebagaimana Engkau memiliki kasih sayang yang Maha Luas. Ya Allah, janganlah
dosa-dosa kami menghapuskan kebahagiaan kami ya Allah, janganlah dosa-dosa kami
menghapuskan kelebihan-kelebihan yang telah Engkau berikan kepada kami ya Allah,
kemuliaan yang telah Engkau berikan kepada kami, keagungan, kemenangan yang
telah Engkau persiapkan untuk kami. Berikan kami zilalMu ya Alah, naunganMu ya
Allah, supaya di yaumul masyhar nanti kami bisa terlindungi ya Allah. Ya
Rahman, tambahkan kecantikan kami, tambahkan kemuliaan kami dengan lisan yang
selalu bersyukur, dengan hati yang selalu bersyukur, dengan jiwa yang selalu
bersyukur. Ya Allah, jika Engkau lahirkan kami dengan keadaan sempurna, mohon
sempurnakanlah kami dengan hidayahMu, dengan iman-imanMu, yang berusaha kami
cari ya Allah.
Aamiin ya Allah ya mujiibas saiilin...
Senin, 04 Desember 2017
Jadilah Jawaban Doa untuk Orangtua
Setiap
orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya :”) entah dipakaikan
bedak bayi atau tidak; entah selepas mandi dipakaikan minyak kayu putih atau
tidak; entah dibedong atau tidak; dan berbagai hal dilematis lainnya
barangkali. Tapi saya selalu percaya, tidak ada orangtua yang tidak ingin hal
terbaik untuk anak-anaknya. Terlepas pilihan mereka seperti rata-rata pilihan
orangtua lain atau tidak.
Orangtua
kita tetaplah orangtua, yang sudah berusaha semaksimal mungkin membahagiakan
anak-anaknya dengan berbagai cara yang beliau bisa, tapi masihhh saja merasa
belum membahagiakan anak-anaknya. Sehingga beliau akan selalu berusaha lagi dan
lagi. Pernahkan kamu merasa kenyang akan kebahagiaan yang diberikan orangtuamu?
Saya iya, merasakan. Bahagia yang lebih dari sekedar pemberian materi semata
karena kami memanglah keluarga sederhana, kebahagiaan yang lebih dari sekedar
terturutinya semua ingin saya dan adik saya karena kebanyakan malah keinginan
kami belum bisa orangtua kami sediakan. Kebahagiaan yang tidak bisa saya
definisikan lagi seperti apa rasanya. Bahagia yang lebih dari sekedar minum es
campur setelah kamu seharian puasa dan hari terik saat kelas 3 SD. Ya pokoknya
tidak terdefinisikan lagi.
Saya anak
pertama, membersamai orangtua saya sejak beliau berdua di masa-masa terbawah
hingga merangkak sedikit demi sedikit untuk memberi penghidupan yang baik bagi
anak-anaknya. Menjadi saksi dengan mata kepala saya bagaimana usaha keras
beliau berdua. Oleh sebab itu, saya tak pernah kuasa untuk mengucapkan kata “Tidak”
pada beliau berdua. Termasuk keputusan-keputusan penting dalam hidup saya, asal
beliau berdua menginginkannya, walau saya harus menikam keinginan hati, saya
akan tetap menurutinya. Toh hingga detik ini, tidak pernah ada keinginan beliau
berdua untuk saya yang menghianati Allah, jadi kenapa saya harus menolak?
Saya
ingat betul, sejak kecil, sejak Ibu masih kuasa membelai rambut hitam saya, Ibu
selalu bilang “Semoga jadi perempuan yang hatinya sebening air ya, Nok”. Hari
ini, saya teringat kembali doa Ibu tersebut. Ibu dan Bapak saya tidak pernah
berdoa saya harus menguasai dunia, doa mereka terlalu lugu... ‘Hati anaknya semoga
sebening air’. Kalau ada orang yang tanya bagaimana caranya saya
bisa menjadi seperti saya yang sekarang, jawabannya adalah karena didikan dan
doa Bapak Ibu. Saya adalah saya karena mereka.
Saya harus jadi manusia
bermanfaat, sebab Bapak dan Ibu mendoakan saya demikian. Saya harus jadi istri
yang sholehah, ibu yang sholehah, anak yang sholehah, sebab Bapak dan Ibu
mendoakan saya demikian. Saya harus bersyukur dan berbahagia, sebab Bapak dan
Ibu mendoakan saya demikian. Dan saya harus berusaha menjadi jawaban
doa-doa beliau berdua yang begitu menyayangi saya.
Minggu, 03 Desember 2017
Orang-Orang Naif
Terhitung sejak hari
ini, saya sadar bahwa saya memang orang aneh. Seringkali saya merasa hidup
dalam dimensi berbeda dengan lebih dari 7,5 milyar penduduk bumi lainnya. Saya
sering merasa zonk saat terjebak dalam obrolan orang dewasa yang melulu serius,
seakan-akan dunia mesti dikejar, yang tiap kata menyiratkan beban-beban, yang
dengan mendengarnya saja saya terheran-heran. Ya, siapapun boleh curiga, mungkin
otak saya yang telat berkembang(?) hingga berbeda dengan pikiran kebanyakan
orang.
Hari ini saya sadar, bahwa saya terlalu naif menjalani hidup ini. Hanya
karena saya memiliki niat baik, saya menyimpulkan semua orang juga memiliki
niat baik pula. Hanya karena saya mudah tersentuh dengan penderitaan orang
lain, saya menyimpulkan semua orang juga memiliki perasaan yang sama seperti
saya. Wanita yang naif sekali. Saya hanya memandang kehidupan dari kacamata dan
pemahaman sederhana saya bahwa, Ada Yang
Maha kok, tenang aja. Padahal tidak semua orang meyakini dengan sepenuh
hati apa yang saya yakini. Bahwa bagi saya rezeki bukan hanya uang dan harta,
tapi juga kehidupan; kesehatan; kebahagiaan; selamat dunia akhirat; nikmat
beramal sholeh. Iya... saya naif.
Bagi orang lain, mindset
hidup tidak sesederhana mindset hidup yang saya pahami, karena mungkin ganjalan
yang mereka hadapi lebih boom
daripada ganjalan hidup saya. Saya yang membiasakan diri jika dihantam ujian maka
bersabarlah, jika belum sampai di puncak
jangan panik, dan hal-hal lain yang orang anggap suatu hal yang naif.
Hari ini saya
membaca cerita dengan penuh derai air mata. Ada seseorang berhati mulia; banyak membantu meringankan beban orang lain. Sayangnya, dia juga termasuk
dalam kelompok orang naif. Dia baik dan ingin menolong banyak orang, namun dia
tidak punya uang. Hingga pada suatu waktu saat sesuatu menghantamnya, ia sadar bahwa
ia harus kaya, bahwa ia perlu mengejar dunia, bahwa niat baik dan usaha saja
untuk menolong orang lain tidaklah cukup. Tidak semua orang lain memiliki niat
baik sepertinya. Maka jika ia ingin menolong orang lain, ia harus menolong dari
tangannya sendiri, bukan dari tangan bantuan orang lain. Karena sekali lagi...
tidak semua orang punya niat baik sepertinya. Bertemu dengan orang yang seirama
dengannya untuk berjalan beriringan mewujudkan segala niat baiknya pun bak
mencari jarum dalam jerami. Bukannya tidak mungkin, tapi butuh izin dan kuasa
dari Tuhan.
Beberapa waktu lalu juga
saya bertemu dengan salah satu anak dari kelompok orang-orang naif juga. Dia
salah satu peserta di suatu acara, ketika saya turun dari podium, dia agak
berlari kecil mengikuti saya dan dua panitia ke arah pintu. Dia menyapa saya,
anak kurus dengan kacamata berlensa tebal dan tulang pipi yang tegas. Kak... Saya membalikkan badan mendengar
sapaannya, saya lihat rangsel yang ia kenakan sepertinya berisi banyak barang
bawaan. Saya tersenyum, isyarat jawaban dari sapaannya.
Maaf kak, saya ingin ngobrol dengan kakak tapi waktunya sudah
habis.
It’s okay... kamu bisa ngobrol sekarang atau feel free to
contact me. Tadi mencatat nomer saya kan?
Sekarang saja kak. Kakak... saya ingin jadi dokter. Ayah saya
tukang kayu dan saya mempunyai 5 adik.
*Saya hanya terdiam
menatapnya kala itu, saya belum paham arah pembicaraan anak ini. Tapi coba saya
tanggapi saja sambil selalu menyunggingkan senyum untuknya* Barakallah... Semoga malaikat disekeliling kita sekarang membawa
doa kamu ke Allah, ya.
Saya ingin jadi dokter yang bisa membantu banyak tetangga
saya di kampung nanti, Kak. Saya akan kembali ke kampung. Saat ini saya mendaftar
beasiswa Bidik Misi.
Hebatnya, disaat
anak-anak lain yang mendapat beasiswa merasa rendah diri dengan kondisi
keluarganya, berurai air mata menceritakan kondisi keluarganya... sementara anak
ini dengan ceria bercerita bahwa dengan uang 2 juta gaji ayahnya dengan 6
anak, dia merasa keluarganya mampu, ia hidup bahagia. Lalu mengapa ia mendaftar
Bidik Misi? Dia bilang beasiswa adalah capaian prestasi, beasiswa ini akan
membantu ayahnya. Dan dia bercita-cita profesinya yang ia usahakan dengan keras
seperti itu untuk membantu tetangga-tetangganya di kampung nanti.
Saya tersenyum mendengar anak ini. Binggo, saya bertemu satu lagi orang
naif di dunia ini. Anak yang lugu. Dia mungkin tidak tahu berapa bayaran kost
sebulan, tapi ia mengajarkan kepada saya tentang qana’ah dan iffah.
Biarlah... biarlah ada
kelompok orang-orang yang aneh seperti saya dan beberapa orang lainnya itu.
Biarlah mereka tetap menjadi manusia-manusia naif. Manusia-manusia yang menempa hatinya untuk menyederhanakan
kehidupan dengan keyakinannya atas tetesan-tetesan rahmat Tuhan.
Semoga orang-orang naif di dunia ini bisa survive dengan dinamika kehidupan. Semoga hatinya tetap bening
dan akhlaknya tetap mulia, hingga membuat hatinya terus optimis kalau masa
depan Indonesia kedepan akan cemerlang.
Jumat, 01 Desember 2017
Evolusi
Kamu tahu apa yang paling saya takutkan dari spesies manusia selain kemampuannya saling menumpahkan darah? Ialah kemampuannya merekayasa evolusi biosfer, bahkan tanpa ia sadari.
Evolusi sendiri memang terjadi tanpa arah. Dalam kasus ini, jika evolusi adalah anak panah, maka jemari manusia menggenggam busurnya. Manusia siap –bahkan terlalu banyak- membidik. Namun mereka tak begitu peduli membidik ke arah mana. Yang terang benderang hanyalah alasan kenapa ia melepaskan anak panah: kelestarian dan kenyamanan spesiesnya sendiri.
“Siapa bilang nenek moyang kita -manusia purba- bersahabat dengan Alam?” Kira-kira begitu retorika Yuval Noah Harari, dalam bukunya. Spesies manusia adalah spesies paling mematikan di atas Bumi. Ekspansi manusia ke benua Australia dan Amerika mendorong kepunahan sangat banyak spesies hewan, terutama hewan-hewan besar, belum lagi spesies tumbuh-tumbuhan. Mendorong perubahan tatanan ekosistem, selanjutnya biosfer secara keseluruhan.
Kita, manusia modern, tak ada ubahnya. Hanya lebih canggih. Manusia modern merasa terancam oleh bakteri, mereka lawan dengan antibiotik. Tanpa mereka sadar (atau sadar?) telah membuka jalur evolusi untuk bakteri-bakteri. Bakteri-bakteri lemah punah, sementara bakteri yang bertahan merubah informasi genetik menjadi bakteri yang lebih kuat hingga dosis antibiotik perlu ditingkatkan dari masa ke masa. Manusia merasa terancam oleh nyamuk. Mereka ciptakan obat nyamuk. Tanpa mereka sadar (atau sadar?) telah membuka jalur evolusi untuk nyamuk. Sama seperti pada bakteri. Manusia tidak suka jeruk yang rasanya asam. Maka jeruk yang rasanya asam lama-lama akan punah. Yang tersisa hanya jeruk-jeruk yang manis. Manusia tidak suka semangka yang bijinya besar dan banyak, maka lama-lama semangka seperti itu akan punah. Yang tersisa adalah semangka-semangka dengan biji sedikit bahkan tanpa biji. Dan segunung selaut contoh lainnya.
Demi kelestarian biodiversity, saya seringkali menepis godaan penjual buah-buahan, yang misalnya menawarkan kepada saya mangga-mangga yang katanya manis. Dengan mantap saya balas bertanya apakah Bapaknya menjual mangga yang asem karena saya mencari yang asem. Meskipun saya sempat tergoda menjawab bahwa saya tidak mencari yang manis, tapi yang setia. *krik *alaykukumatYaAllah. Lagipula apa seninya makan mangga yang manis, bukan? Mangga adalah mangga karena ia ada asem-asemnya. Kalau mau manis lebih baik nyemilin gula aja ya ngga sih? Wkwk.
Tapi kali ini demi kekinian, akhirnya saya tergoda untuk mencoba jeruk yang lagi hits. Jeruk yang tak perlu dikupas. Saya tidak begitu tahu ini masalah cara makan doang atau memang spesies jeruk baru. Jika memang spesies baru, maka ini adalah sebuah kemajuan teknologi pangan yang membanggakan, sekaligus bentuk evolusi artifisial luar biasa yang mengakomodir hobi makan jeruk orang-orang yang malas mengupas. Seperti saya ini. Manusia malas mengupas, maka ia mengubah jeruk menjadi tidak perlu dikupas. See, betapa powerful (dan egoisnya) manusia membidik anak panah evolusi.
*kamu yang baca ini langsung searching ya? keywordsnya Jeruk yang bisa dimakan dengan kulitnya? Lalu kamu akan menemukan jeruk nagami ya?. Lalu menurut kamu, apakah saya sedang makan jeruk nagami? Haha engga... Saya sedang makan jeruk tapi disendokin, makanya engga perlu ngupas kulit #janganlemparakusandalplis #baladaembak-embakpemalas
Langganan:
Postingan (Atom)
statistics
Google Plus
Facebook
Twitter
Share this Post
Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi
Diberdayakan oleh Blogger.