Senin, 25 Desember 2017

Pilihan

Pahamilah, bahwa memilih tidak melulu perkara membanding-bandingkan mana yang lebih ketimbang mana. Ada orang-orang yang menjatuhkan pilihan berdasarkan arah perasaannya terhadap petunjuk Tuhannya. Jadi jangan heran jika kau menemukan orang-orang yang pilihannya tak masuk ke logikamu. Karena tidak lagi baginya memilih yang paling lebih, tapi memilih yang ia anggap itu adalah pilihan Tuhannya untuknya. Pahamilah...
continue reading Pilihan

Senin, 18 Desember 2017

Mimpi Anak di Sekolah Ujung Jalan

Bagi kebanyakan, Sulawesi memang khas dengan geopark kelas dunia, spot travelling luar biasa, atau pantai-pantai sorotan kamera. Tapi lebih dari itu, Sulawesi juga memberi saya banyak pelajaran belum lama ini.


Dulu, lulus SMA saya pernah propose pada orang tua untuk minta izin tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Bukan karena malas mikir di bangku sekolah lagj, tapi karena saya rasa saya butuh banyak waktu berfokus untuk mulai membangun project social impian saya yang concern di pendidikan anak jalanan. Begitulah, khas analisis berpikir anak usia 17an tahun, menggebu-gebu dan kurang perhitungan jangka panjang.


Menanggapi itu, Bapak saya hanya tersenyum meletakkan kertas berisi life plan yang saya ajukan, tidak di acc permohonan izin saya. Lalu beliau berkata, "Sekolah adalah kesempatan, berkah, dan kebahagiaan."


6 tahun berselang setelah kalimat itu diucapkan. Dan beberapa waktu lalu saya mendapat tugas dinas mengunjungi beberapa sekolah di pelosok Sulawesi Tengah. Dari atas pesawat yang mendekat ke pulau, saya jadi tiba-tiba mengerti, kenapa sekolah disini susah sekali karena soal geografis. Ditambah dengan orang tua yang ingin anaknya diserahkan saja jadi buruh kasar atau awak kapal penangkap ikan: lebih cepat menghasilkan uang atau lebih segera meringankan beban. Kecuali mereka meyakini dengan betul, sekuat-kuatnya, bahwa sekolah mampu mempercerah masa depan keluarga.


Disini, kebanyakan guru kesulitan datang ke sekolah, hingga kegiatan belajar mengajar kebanyakan kosong. Sekolah ini kecil, tapi dari murid-murid yang berhasil saya temui, saya jadi tahu mereka memiliki mimpi-mimpi yang besar. Sekolah kita besar, jangan sampai muridnya punya mimpi saja tidak. Yang kemudian hanya menelurkan karya-karya kerdil. Pasrah kemana arus membawa hidup.


Disini anak sedih bukan karena tugas-tugasnya banyak, tapi karena mereka hampir batal mengenyam sekolah.


Setelah melihat realita ini, benar ternyata, bahwa "Sekolah adalah kesempatan, berkah, dan kebahagiaan". Bersyukurlah dan jangan sia-siakan.


continue reading Mimpi Anak di Sekolah Ujung Jalan

Jumat, 08 Desember 2017

J I H A D


Al Quds is our mine, not yours.

Jihad asal katanya Jahada, yujahidu yang artinya bersungguh-sungguh.


Jihad yang jamak orang pahami adalah jihad qital yang artinya perang. 

Jihad itu adalah kata dalam bahasa arab yang secara istilah menunjukkan kesungguhan dan tekad yang sangat kuat. Makanya dalam hadist belajar bagi para penuntut ilmu itu disebut juga dengan jihad.

Ataupun dalam bahasa lain ada yang disebut mujahadah yang juga berasal dari kata jihad. Yang artinya berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memohon sesuatu kepada Allah SWT.


continue reading J I H A D

Selasa, 05 Desember 2017

Komposisi Perempuan

Di obrolan tempo hari, saya mendapatkan pemahaman banyak mengenai ke-perempuan-an. Bahwa Perempuan itu bukan physically, tapi soal rasa. Sedihnya, sekarang tidak sedikit perempuan yang merasa bahwa menjadi perempuan itu ‘ga keren’ pengen jadi pria aja ceunah *tabuh wajan*.

Begini analoginya... Ada tamu main ke rumah kita dan melihat salah satu tanaman milik kita. Lalu dia bilang “MasyaAllah, ini tanaman yang selama ini aku cari. Tanaman ini tuh banyak banget manfaatnya. Bla bla bla. Pokoknya nanti aku pulang mau dibawain”. Padahal, selama ini kita tidak perhatikan dan tidak merawat tanaman tersebut, karena kita merasa tanaman itu tidak berharga, kita lebih senang merawat mangga; jambu, dan lain lain yang sudah kita tahu betul gunanya. Ada sesuatu yang berharga tapi karena ketidaktahuan kita, menjadi tidak berharga. Nah, begitupun dengan perempuan. Banyak sekali yang merasa drinya kurang berharga, kurang bahagia, karena ya dia tidak tahu dia itu siapa.
Beberapa komposisi perempuan itu:

1.      Jamal (Kecantikan, Daya tarik)
Perempuan itu cantik dan harus mempertahankan kecantikannya. Cantik itu harus punya daya tarik. Make up ini hanya art, sementara cantik itu feel. Nainih, yang sering kita lupakan, daya tarik perempuan adalah
·         hams (gaya bicara yang lembut). Perempuan-perempuan surga seperti Ummu Khadijah, Asiyah, Maryam, Fathimah, Aisyah semua berbicara secara hams, tidak pernah meneriaki. Misi kita perempuan, pertahankan kecantikan *ngomong depan kaca*, karena lisan adalah simbol. Elegance is the beauty that never fade.
Perempuan cantik adalah perempuan yang juga jauh dari rasa kecewa. Seperti Maryam dengan segala ujian yang dihadapi namun tak pernah kecewa, yang kecantikannya abadi, sampai-sampai Allah mengabadikan namanya menjadi satu-satunya nama perempuan untuk sebuah surat di Al-Qur’an. Jadi, kalau apa apa masih kecewa, ini itu kecewa, alismu sudah dibentuk sesimetris apapun, tetap saja tidak kelihatan cantiknya *dilempar tomat sama team alis*, kan kecantikan alis terletak pada good mood. Ya coba alis kita waktu ketemu abang cilok tapi udah habis dagangannya, mendadak jadi nggak simetris lagi ye kan alisnya kita. Jadikan alis kita alis bersyukur, alis bahagia, itu simetris alis terbaik sepanjang sejarah, yakin laa.
·         Lams (menyentuh). Jadi perempuan harus banyak menyentuh *jangan hp mulu disentuh Mon. Hiks*. Ketika Allah ingin ciptakan kehangatan, Allah ciptakan perempuan.
·         Nazra (cara pandang (mata)). Mata itu gambaran jiwa. Sekzl apapun sama orang, berikan pandangan kasih sayang. Kontak mata itu penting (noted: dengan yang halal, ya).
2.      Salam (Damai)
Sering nggak sih hatimu huru hara gitu? Liat mangga tetangga misalnya *eh. Liat temen nilainya bagus, huru hara. Liat temen dapat pekerjaan bagus, huru hara. Galauan, baperan. Ini perempuan mungkin sudah kehilangan salam di hatinya, kehilangan salam sama dengan kehilangan keperempuanannya. Ummu Khadijah sudah memberi contoh, wanita dengan kedamaian dirinya luar biasa, hingga Allah mengirimkan salam pada beliau. Hal yang kecil, nggak perlu lah dibesar-besarin. Dan hal yang besar, sok atuh dikecilin(?)
Kita tidak bisa menghadirkan damai kecuali damai itu datang dari Allah. Terimakasih Allah :”
Wanita itu duta kedamaian, duta ketenangan, sumber sakinah. Kalau kita menjadi sumber prahara, berarti kita sedang lupa bahwa kita sedang menjadi perempuan.
3.      Rahma (Kasih Sayang).
Ketika Allah ingin ciptakan kasih sayang, lahirlah perempuan. Fitrahnya perempuan itu penyayang. Kata Rasul, perempuan surga itu kasih sayangnya banyak seperti danau, dihitung hitung pun tidak akan putus jumlahnya. Jika mulai kehilangan kasih sayang, segera self healing. Perempuan dituntut untuk menjadi harmoni. Misalnya si laki-laki ngecat rumah pakai warna abu-abu, eeeh padahal si perempuan pengennya warna pink(?). Yasudah... ikhlas. Nikmati dengan lapang hati. Jadilah harmoni. Jangan hanya gara-gara warna cat timbul perpecahan dan perpisahan. Saya ingin bilang, artinya, perbedaan-perbedaan yang makin menumpuk-numpuk, kalau perempuan tidak pandai harmoni, nanti ujungnya kita tidak pernah tau seperti apa. Perempuan itu takayyuf, yang punya ribuan masalah tapi juga punya ribuan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Itu cantik bet masyaAllah. Contoh Asiyah yang hidup dengan Fir’aun, yang berbeda dari A-Z. Tapi Asiyah bisa mengatasi masalah dengan tetap cantik.


Semua perempuan punya potensi. Allah memberikan muyasar dan kita diminta untuk mengeluarkan potensi kita semaksimal mungkin. Ada yang suka bidang olahraga, fashion, peperangan seperti Nusaibah, it’s okay itu tidak akan mengurangi kecantikan walau aktivitas-aktivitasnya adalah aktivitas yang menuntut ketangguhan. Cantik itu memberi manfaat kepada orang lain, selagi aktivitas kita adalah aktivitas kebaikan dan kemanfaatan, why not? Potensi akan menambah kecantikan, asal masih masuk dalam batasan izzah. Asiyah seorang ratu, Khadijah seorang pengusaha, jadi perempuan itu harus punya skill, biar cantiknya nambah, manfaatnya nambah.
Katanya ya.. katanya... kita itu tidak bisa expert di suatu bidang kalau kita tidak mengenal bidang tersebut. Sama, seperti dunia perempuan. Kalau kita tidak kenal, nggak sadar, nggak yakin akan hakikat-hakikat kita sebagai perempuan maka kita juga susah expert menjalani peran. Yakini bahwa kita ini sumber sakinah, sumber kedamaian. Semoga Allah selalu memberi kita para perempuan nikmat istiqomah :”)



Ya Allah ya Rahman ya Rahim, terimakasih Kau telah ciptakan kami dengan penciptaan yang sempurna. Kau telah ciptakan kami dengan penciptaan yang luar biasa, dengan keindahan yang luar biasa. Jangan biarkan dosa kami menghancurkan keindahan kami. Jangan biarkan dosa kami menghancurkan fitrah kami. Jangan biarkan kebodohan kami melunturkan fitrah kebaikan yang telah Engkau karuniakan. Berikan di dalam jiwa kami ya Allah, sakinah, sehingga kami bisa menenangkan orang-orang di sekitar kami. Berikan hati kami mawaddah kasih sayang, sehingga kami bisa mencintai orang-orang yang ada di sekitar kami. Berikan kami kasih yang luas ya Allah, warahmah, sebagaimana Engkau memiliki kasih sayang yang Maha Luas. Ya Allah, janganlah dosa-dosa kami menghapuskan kebahagiaan kami ya Allah, janganlah dosa-dosa kami menghapuskan kelebihan-kelebihan yang telah Engkau berikan kepada kami ya Allah, kemuliaan yang telah Engkau berikan kepada kami, keagungan, kemenangan yang telah Engkau persiapkan untuk kami. Berikan kami zilalMu ya Alah, naunganMu ya Allah, supaya di yaumul masyhar nanti kami bisa terlindungi ya Allah. Ya Rahman, tambahkan kecantikan kami, tambahkan kemuliaan kami dengan lisan yang selalu bersyukur, dengan hati yang selalu bersyukur, dengan jiwa yang selalu bersyukur. Ya Allah, jika Engkau lahirkan kami dengan keadaan sempurna, mohon sempurnakanlah kami dengan hidayahMu, dengan iman-imanMu, yang berusaha kami cari ya Allah.
Aamiin ya Allah ya mujiibas saiilin...
continue reading Komposisi Perempuan

Senin, 04 Desember 2017

Jadilah Jawaban Doa untuk Orangtua

Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya :”) entah dipakaikan bedak bayi atau tidak; entah selepas mandi dipakaikan minyak kayu putih atau tidak; entah dibedong atau tidak; dan berbagai hal dilematis lainnya barangkali. Tapi saya selalu percaya, tidak ada orangtua yang tidak ingin hal terbaik untuk anak-anaknya. Terlepas pilihan mereka seperti rata-rata pilihan orangtua lain atau tidak.

Orangtua kita tetaplah orangtua, yang sudah berusaha semaksimal mungkin membahagiakan anak-anaknya dengan berbagai cara yang beliau bisa, tapi masihhh saja merasa belum membahagiakan anak-anaknya. Sehingga beliau akan selalu berusaha lagi dan lagi. Pernahkan kamu merasa kenyang akan kebahagiaan yang diberikan orangtuamu? Saya iya, merasakan. Bahagia yang lebih dari sekedar pemberian materi semata karena kami memanglah keluarga sederhana, kebahagiaan yang lebih dari sekedar terturutinya semua ingin saya dan adik saya karena kebanyakan malah keinginan kami belum bisa orangtua kami sediakan. Kebahagiaan yang tidak bisa saya definisikan lagi seperti apa rasanya. Bahagia yang lebih dari sekedar minum es campur setelah kamu seharian puasa dan hari terik saat kelas 3 SD. Ya pokoknya tidak terdefinisikan lagi.

Saya anak pertama, membersamai orangtua saya sejak beliau berdua di masa-masa terbawah hingga merangkak sedikit demi sedikit untuk memberi penghidupan yang baik bagi anak-anaknya. Menjadi saksi dengan mata kepala saya bagaimana usaha keras beliau berdua. Oleh sebab itu, saya tak pernah kuasa untuk mengucapkan kata “Tidak” pada beliau berdua. Termasuk keputusan-keputusan penting dalam hidup saya, asal beliau berdua menginginkannya, walau saya harus menikam keinginan hati, saya akan tetap menurutinya. Toh hingga detik ini, tidak pernah ada keinginan beliau berdua untuk saya yang menghianati Allah, jadi kenapa saya harus menolak?

Saya ingat betul, sejak kecil, sejak Ibu masih kuasa membelai rambut hitam saya, Ibu selalu bilang “Semoga jadi perempuan yang hatinya sebening air ya, Nok”. Hari ini, saya teringat kembali doa Ibu tersebut. Ibu dan Bapak saya tidak pernah berdoa saya harus menguasai dunia, doa mereka terlalu lugu... ‘Hati anaknya semoga sebening air’. Kalau ada orang yang tanya bagaimana caranya saya bisa menjadi seperti saya yang sekarang, jawabannya adalah karena didikan dan doa Bapak Ibu. Saya adalah saya karena mereka.


Saya harus jadi manusia bermanfaat, sebab Bapak dan Ibu mendoakan saya demikian. Saya harus jadi istri yang sholehah, ibu yang sholehah, anak yang sholehah, sebab Bapak dan Ibu mendoakan saya demikian. Saya harus bersyukur dan berbahagia, sebab Bapak dan Ibu mendoakan saya demikian. Dan saya harus berusaha menjadi jawaban doa-doa beliau berdua yang begitu menyayangi saya.



Sebagai pengingat, akan harapan dan doa beliau untuk saya. Sederhana, beliau tak ingin apa-apa dari anak-anaknya. Taqwa. Ya... namun apalah saya yang hingga kini masih saja punya keburukan-keburukan wanita akhir zaman. Astagfirullah

continue reading Jadilah Jawaban Doa untuk Orangtua

Minggu, 03 Desember 2017

Orang-Orang Naif

Terhitung sejak hari ini, saya sadar bahwa saya memang orang aneh. Seringkali saya merasa hidup dalam dimensi berbeda dengan lebih dari 7,5 milyar penduduk bumi lainnya. Saya sering merasa zonk saat terjebak dalam obrolan orang dewasa yang melulu serius, seakan-akan dunia mesti dikejar, yang tiap kata menyiratkan beban-beban, yang dengan mendengarnya saja saya terheran-heran. Ya, siapapun boleh curiga, mungkin otak saya yang telat berkembang(?) hingga berbeda dengan pikiran kebanyakan orang.


Hari ini saya sadar, bahwa saya terlalu naif menjalani hidup ini. Hanya karena saya memiliki niat baik, saya menyimpulkan semua orang juga memiliki niat baik pula. Hanya karena saya mudah tersentuh dengan penderitaan orang lain, saya menyimpulkan semua orang juga memiliki perasaan yang sama seperti saya. Wanita yang naif sekali. Saya hanya memandang kehidupan dari kacamata dan pemahaman sederhana saya bahwa, Ada Yang Maha kok, tenang aja. Padahal tidak semua orang meyakini dengan sepenuh hati apa yang saya yakini. Bahwa bagi saya rezeki bukan hanya uang dan harta, tapi juga kehidupan; kesehatan; kebahagiaan; selamat dunia akhirat; nikmat beramal sholeh. Iya... saya naif.
Bagi orang lain, mindset hidup tidak sesederhana mindset hidup yang saya pahami, karena mungkin ganjalan yang mereka hadapi lebih boom daripada ganjalan hidup saya. Saya yang membiasakan diri jika dihantam ujian maka bersabarlah, jika belum sampai di puncak jangan panik, dan hal-hal lain yang orang anggap suatu hal yang naif.


Hari ini saya membaca cerita dengan penuh derai air mata. Ada seseorang berhati mulia; banyak membantu meringankan beban orang lain. Sayangnya, dia juga termasuk dalam kelompok orang naif. Dia baik dan ingin menolong banyak orang, namun dia tidak punya uang. Hingga pada suatu waktu saat sesuatu menghantamnya, ia sadar bahwa ia harus kaya, bahwa ia perlu mengejar dunia, bahwa niat baik dan usaha saja untuk menolong orang lain tidaklah cukup. Tidak semua orang lain memiliki niat baik sepertinya. Maka jika ia ingin menolong orang lain, ia harus menolong dari tangannya sendiri, bukan dari tangan bantuan orang lain. Karena sekali lagi... tidak semua orang punya niat baik sepertinya. Bertemu dengan orang yang seirama dengannya untuk berjalan beriringan mewujudkan segala niat baiknya pun bak mencari jarum dalam jerami. Bukannya tidak mungkin, tapi butuh izin dan kuasa dari Tuhan.


Beberapa waktu lalu juga saya bertemu dengan salah satu anak dari kelompok orang-orang naif juga. Dia salah satu peserta di suatu acara, ketika saya turun dari podium, dia agak berlari kecil mengikuti saya dan dua panitia ke arah pintu. Dia menyapa saya, anak kurus dengan kacamata berlensa tebal dan tulang pipi yang tegas. Kak... Saya membalikkan badan mendengar sapaannya, saya lihat rangsel yang ia kenakan sepertinya berisi banyak barang bawaan. Saya tersenyum, isyarat jawaban dari sapaannya.


Maaf kak, saya ingin ngobrol dengan kakak tapi waktunya sudah habis.

It’s okay... kamu bisa ngobrol sekarang atau feel free to contact me. Tadi mencatat nomer saya kan?

Sekarang saja kak. Kakak... saya ingin jadi dokter. Ayah saya tukang kayu dan saya mempunyai 5 adik.

*Saya hanya terdiam menatapnya kala itu, saya belum paham arah pembicaraan anak ini. Tapi coba saya tanggapi saja sambil selalu menyunggingkan senyum untuknya* Barakallah... Semoga malaikat disekeliling kita sekarang membawa doa kamu ke Allah, ya.

Saya ingin jadi dokter yang bisa membantu banyak tetangga saya di kampung nanti, Kak. Saya akan kembali ke kampung. Saat ini saya mendaftar beasiswa Bidik Misi.


Hebatnya, disaat anak-anak lain yang mendapat beasiswa merasa rendah diri dengan kondisi keluarganya, berurai air mata menceritakan kondisi keluarganya... sementara anak ini dengan ceria bercerita bahwa dengan uang 2 juta gaji ayahnya dengan 6 anak, dia merasa keluarganya mampu, ia hidup bahagia. Lalu mengapa ia mendaftar Bidik Misi? Dia bilang beasiswa adalah capaian prestasi, beasiswa ini akan membantu ayahnya. Dan dia bercita-cita profesinya yang ia usahakan dengan keras seperti itu untuk membantu tetangga-tetangganya di kampung nanti.


Saya tersenyum mendengar anak ini. Binggo, saya bertemu satu lagi orang naif di dunia ini. Anak yang lugu. Dia mungkin tidak tahu berapa bayaran kost sebulan, tapi ia mengajarkan kepada saya tentang qana’ah dan iffah.


Biarlah... biarlah ada kelompok orang-orang yang aneh seperti saya dan beberapa orang lainnya itu. Biarlah mereka tetap menjadi manusia-manusia naif. Manusia-manusia yang menempa hatinya untuk menyederhanakan kehidupan dengan keyakinannya atas tetesan-tetesan rahmat Tuhan.


Semoga orang-orang naif di dunia ini bisa survive dengan dinamika kehidupan. Semoga hatinya tetap bening dan akhlaknya tetap mulia, hingga membuat hatinya terus optimis kalau masa depan Indonesia kedepan akan cemerlang.


continue reading Orang-Orang Naif

Jumat, 01 Desember 2017

Evolusi

Kamu tahu apa yang paling saya takutkan dari spesies manusia selain kemampuannya saling menumpahkan darah? Ialah kemampuannya merekayasa evolusi biosfer, bahkan tanpa ia sadari.


Evolusi sendiri memang terjadi tanpa arah. Dalam kasus ini, jika evolusi adalah anak panah, maka jemari manusia menggenggam busurnya. Manusia siap –bahkan terlalu banyak- membidik. Namun mereka tak begitu peduli membidik ke arah mana. Yang terang benderang hanyalah alasan kenapa ia melepaskan anak panah: kelestarian dan kenyamanan spesiesnya sendiri.


“Siapa bilang nenek moyang kita -manusia purba- bersahabat dengan Alam?” Kira-kira begitu retorika Yuval Noah Harari, dalam bukunya. Spesies manusia adalah spesies paling mematikan di atas Bumi. Ekspansi manusia ke benua Australia dan Amerika mendorong kepunahan sangat banyak spesies hewan, terutama hewan-hewan besar, belum lagi spesies tumbuh-tumbuhan. Mendorong perubahan tatanan ekosistem, selanjutnya biosfer secara keseluruhan.


Kita, manusia modern, tak ada ubahnya. Hanya lebih canggih. Manusia modern merasa terancam oleh bakteri, mereka lawan dengan antibiotik. Tanpa mereka sadar (atau sadar?) telah membuka jalur evolusi untuk bakteri-bakteri. Bakteri-bakteri lemah punah, sementara bakteri yang bertahan merubah informasi genetik menjadi bakteri yang lebih kuat hingga dosis antibiotik perlu ditingkatkan dari masa ke masa. Manusia merasa terancam oleh nyamuk. Mereka ciptakan obat nyamuk. Tanpa mereka sadar (atau sadar?) telah membuka jalur evolusi untuk nyamuk. Sama seperti pada bakteri. Manusia tidak suka jeruk yang rasanya asam. Maka jeruk yang rasanya asam lama-lama akan punah. Yang tersisa hanya jeruk-jeruk yang manis. Manusia tidak suka semangka yang bijinya besar dan banyak, maka lama-lama semangka seperti itu akan punah. Yang tersisa adalah semangka-semangka dengan biji sedikit bahkan tanpa biji. Dan segunung selaut contoh lainnya.


Demi kelestarian biodiversity, saya seringkali menepis godaan penjual buah-buahan, yang misalnya menawarkan kepada saya mangga-mangga yang katanya manis. Dengan mantap saya balas bertanya apakah Bapaknya menjual mangga yang asem karena saya mencari yang asem. Meskipun saya sempat tergoda menjawab bahwa saya tidak mencari yang manis, tapi yang setia. *krik *alaykukumatYaAllah. Lagipula apa seninya makan mangga yang manis, bukan? Mangga adalah mangga karena ia ada asem-asemnya. Kalau mau manis lebih baik nyemilin gula aja ya ngga sih? Wkwk.


Tapi kali ini demi kekinian, akhirnya saya tergoda untuk mencoba jeruk yang lagi hits. Jeruk yang tak perlu dikupas. Saya tidak begitu tahu ini masalah cara makan doang atau memang spesies jeruk baru. Jika memang spesies baru, maka ini adalah sebuah kemajuan teknologi pangan yang membanggakan, sekaligus bentuk evolusi artifisial luar biasa yang mengakomodir hobi makan jeruk orang-orang yang malas mengupas. Seperti saya ini. Manusia malas mengupas, maka ia mengubah jeruk menjadi tidak perlu dikupas. See, betapa powerful (dan egoisnya) manusia membidik anak panah evolusi.


*kamu yang baca ini langsung searching ya? keywordsnya Jeruk yang bisa dimakan dengan kulitnya? Lalu kamu akan menemukan jeruk nagami ya?. Lalu menurut kamu, apakah saya sedang makan jeruk nagami? Haha engga... Saya sedang makan jeruk tapi disendokin, makanya engga perlu ngupas kulit #janganlemparakusandalplis #baladaembak-embakpemalas

continue reading Evolusi

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact