Senin, 04 Desember 2017

Jadilah Jawaban Doa untuk Orangtua

Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya :”) entah dipakaikan bedak bayi atau tidak; entah selepas mandi dipakaikan minyak kayu putih atau tidak; entah dibedong atau tidak; dan berbagai hal dilematis lainnya barangkali. Tapi saya selalu percaya, tidak ada orangtua yang tidak ingin hal terbaik untuk anak-anaknya. Terlepas pilihan mereka seperti rata-rata pilihan orangtua lain atau tidak.

Orangtua kita tetaplah orangtua, yang sudah berusaha semaksimal mungkin membahagiakan anak-anaknya dengan berbagai cara yang beliau bisa, tapi masihhh saja merasa belum membahagiakan anak-anaknya. Sehingga beliau akan selalu berusaha lagi dan lagi. Pernahkan kamu merasa kenyang akan kebahagiaan yang diberikan orangtuamu? Saya iya, merasakan. Bahagia yang lebih dari sekedar pemberian materi semata karena kami memanglah keluarga sederhana, kebahagiaan yang lebih dari sekedar terturutinya semua ingin saya dan adik saya karena kebanyakan malah keinginan kami belum bisa orangtua kami sediakan. Kebahagiaan yang tidak bisa saya definisikan lagi seperti apa rasanya. Bahagia yang lebih dari sekedar minum es campur setelah kamu seharian puasa dan hari terik saat kelas 3 SD. Ya pokoknya tidak terdefinisikan lagi.

Saya anak pertama, membersamai orangtua saya sejak beliau berdua di masa-masa terbawah hingga merangkak sedikit demi sedikit untuk memberi penghidupan yang baik bagi anak-anaknya. Menjadi saksi dengan mata kepala saya bagaimana usaha keras beliau berdua. Oleh sebab itu, saya tak pernah kuasa untuk mengucapkan kata “Tidak” pada beliau berdua. Termasuk keputusan-keputusan penting dalam hidup saya, asal beliau berdua menginginkannya, walau saya harus menikam keinginan hati, saya akan tetap menurutinya. Toh hingga detik ini, tidak pernah ada keinginan beliau berdua untuk saya yang menghianati Allah, jadi kenapa saya harus menolak?

Saya ingat betul, sejak kecil, sejak Ibu masih kuasa membelai rambut hitam saya, Ibu selalu bilang “Semoga jadi perempuan yang hatinya sebening air ya, Nok”. Hari ini, saya teringat kembali doa Ibu tersebut. Ibu dan Bapak saya tidak pernah berdoa saya harus menguasai dunia, doa mereka terlalu lugu... ‘Hati anaknya semoga sebening air’. Kalau ada orang yang tanya bagaimana caranya saya bisa menjadi seperti saya yang sekarang, jawabannya adalah karena didikan dan doa Bapak Ibu. Saya adalah saya karena mereka.


Saya harus jadi manusia bermanfaat, sebab Bapak dan Ibu mendoakan saya demikian. Saya harus jadi istri yang sholehah, ibu yang sholehah, anak yang sholehah, sebab Bapak dan Ibu mendoakan saya demikian. Saya harus bersyukur dan berbahagia, sebab Bapak dan Ibu mendoakan saya demikian. Dan saya harus berusaha menjadi jawaban doa-doa beliau berdua yang begitu menyayangi saya.



Sebagai pengingat, akan harapan dan doa beliau untuk saya. Sederhana, beliau tak ingin apa-apa dari anak-anaknya. Taqwa. Ya... namun apalah saya yang hingga kini masih saja punya keburukan-keburukan wanita akhir zaman. Astagfirullah

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact