Setiap
orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya :”) entah dipakaikan
bedak bayi atau tidak; entah selepas mandi dipakaikan minyak kayu putih atau
tidak; entah dibedong atau tidak; dan berbagai hal dilematis lainnya
barangkali. Tapi saya selalu percaya, tidak ada orangtua yang tidak ingin hal
terbaik untuk anak-anaknya. Terlepas pilihan mereka seperti rata-rata pilihan
orangtua lain atau tidak.
Orangtua
kita tetaplah orangtua, yang sudah berusaha semaksimal mungkin membahagiakan
anak-anaknya dengan berbagai cara yang beliau bisa, tapi masihhh saja merasa
belum membahagiakan anak-anaknya. Sehingga beliau akan selalu berusaha lagi dan
lagi. Pernahkan kamu merasa kenyang akan kebahagiaan yang diberikan orangtuamu?
Saya iya, merasakan. Bahagia yang lebih dari sekedar pemberian materi semata
karena kami memanglah keluarga sederhana, kebahagiaan yang lebih dari sekedar
terturutinya semua ingin saya dan adik saya karena kebanyakan malah keinginan
kami belum bisa orangtua kami sediakan. Kebahagiaan yang tidak bisa saya
definisikan lagi seperti apa rasanya. Bahagia yang lebih dari sekedar minum es
campur setelah kamu seharian puasa dan hari terik saat kelas 3 SD. Ya pokoknya
tidak terdefinisikan lagi.
Saya anak
pertama, membersamai orangtua saya sejak beliau berdua di masa-masa terbawah
hingga merangkak sedikit demi sedikit untuk memberi penghidupan yang baik bagi
anak-anaknya. Menjadi saksi dengan mata kepala saya bagaimana usaha keras
beliau berdua. Oleh sebab itu, saya tak pernah kuasa untuk mengucapkan kata “Tidak”
pada beliau berdua. Termasuk keputusan-keputusan penting dalam hidup saya, asal
beliau berdua menginginkannya, walau saya harus menikam keinginan hati, saya
akan tetap menurutinya. Toh hingga detik ini, tidak pernah ada keinginan beliau
berdua untuk saya yang menghianati Allah, jadi kenapa saya harus menolak?
Saya
ingat betul, sejak kecil, sejak Ibu masih kuasa membelai rambut hitam saya, Ibu
selalu bilang “Semoga jadi perempuan yang hatinya sebening air ya, Nok”. Hari
ini, saya teringat kembali doa Ibu tersebut. Ibu dan Bapak saya tidak pernah
berdoa saya harus menguasai dunia, doa mereka terlalu lugu... ‘Hati anaknya semoga
sebening air’. Kalau ada orang yang tanya bagaimana caranya saya
bisa menjadi seperti saya yang sekarang, jawabannya adalah karena didikan dan
doa Bapak Ibu. Saya adalah saya karena mereka.
Saya harus jadi manusia
bermanfaat, sebab Bapak dan Ibu mendoakan saya demikian. Saya harus jadi istri
yang sholehah, ibu yang sholehah, anak yang sholehah, sebab Bapak dan Ibu
mendoakan saya demikian. Saya harus bersyukur dan berbahagia, sebab Bapak dan
Ibu mendoakan saya demikian. Dan saya harus berusaha menjadi jawaban
doa-doa beliau berdua yang begitu menyayangi saya.
0 komentar:
Posting Komentar