Kala kuliah di Biologi, selain menangkap ular dengan segala kecanggihan liak-liuk jari dan tanganmu membekap mulut untuk mencegah bisanya si ular, selain mencari burung hantu malam-malam di hutan dekat perpustakaan pusat, selain menangkap serangga lalu menandai sayapnya dan melepasnya lagi lalu menangkapnya lagi dan melepasnya lagi *yassalammm* dan sebagainya dan sebagainya dan sebagainya, ada juga kegiatan yang harus dilakukan yang namanya bird watching. Iniii seruuuu hehehe... kita harus memakai baju serba hitam, tiarap-tiarap di lantai hutan dengan rumput yang setinggi dada kita, bawa-bawa teropong (keker) binocular yang menggantung bebas di lehermu sehingga ketika kamu berjalan tiarap kamu akan merasa keren karena seperti prajurit di medan perang *WAKAKAKAKAKAK* (setidaknya itu imajinasi saya sendiri -_-). Dalam bird watching ini kita tidak boleh berisik, atau kepalamu akan dilempari bola rumput kering sekepalan tangan oleh asisten praktikummu (hehe karena saya pernah kepalanya penuh rumput gara-gara cekikikan sendiri melihat cacing berjalan saat saya tiarap. Andai saja mereka tahu goyangan tubuh cacing berjalan itu sangat mengocok perutmu. Sayangnya asisten saya tidak mau mendengarkan penjelasan saya.. dia bilang, sudah tidak ada lagi yang perlu dijelaskan diantara kami hiks *lhoh!!* dan penuhlah jilbab saya dengan rumput kering karena gempuran mereka). Kadang kalau beruntung, kita bisa melihat elang terbang di langit, sayapnya yang lebaarr itu terlihat amat keren.
Hari ini kita akan banyak bercerita tentang burung perburungan ya..
Seorang teman perempuan saya yang sedang sekolah di negara 4 musim sana cerita bahwa pada suatu musim gugur, dia melihat rombongan angsa terbang ke arah selatan. Sepertinya mereka sedang migrasi untuk menghindari musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk huruf "V". Lalu saya yang nggak mau kalah, juga berseloroh bahwa dulu saat kecil saya juga sering melihat burung terbang berbondong-bondong membentuk huruf V ketika saya bermain layang-layang di sawah dekat rumah. Apa kerennya yang dia lihat, pikir saya *orang yang iri*.
Tapi teman saya ini memang so cool, dia membungkam mulut saya dengan mengirim sebuah artikel ilmiah tentang formasi V rombongan angsa.
Bahwa, saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan "daya dukung" bagi burung yang terbang tepat dibelakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah untuk menembus 'dinding udara' di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau setiap burung terbang sendirian.
Pelajarannya:
Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam kelompok mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.
Bahwa, kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya.
Pelajarannya:
Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan mereka yang berjalan didepan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada melakukannya bersama-sama.
Bahwa, ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
Pelajarannya:
Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas, dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta atau sumber daya lainnya.
Bahwa, angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh-rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Pelajarannya:
Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati atau nilai-nilai utama dan saling menguatkan) adalah kualitas suara yang kita cari. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
Bahwa, ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua angsa lain akan ikut keluar dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka.
Pelajarannya:
Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik!
---
“Gimana Mon? Keren kan?”
*siul-siul* *pura-pura tidur*
Mungkin, ini yang disebut gerak 'berjamaah' Mon
0 komentar:
Posting Komentar