Diumumkan atau tidak diumumkan, kebaikan akan tetap menjadi
kebaikan. Bedanya, jika kebaikanmu terpublikasi, hatimu berpotensi dikuasai
oleh kesombongan.
Sedangkan, jika kebaikanmu sembunyi-sembunyi, penuh rahasia,
dengan segala ketulusan yang kamu pahat, hatimu akan terasa luas. Lebih luas
dari samudera yang sering kamu lihat.
Permata, meski tersembunyi dan tidak ditemukan banyak orang,
sinarnya akan tetap berkilauan.
Maka wahai diriku, kebaikan yang kamu tunjukkan agar menjadi
teladan banyak orang, tidak seharusnya melebihi kebaikan yang kamu sembunyikan.
Kebaikan yang kamu lakukan dalam diam dan penuh ketulusan itu,
harus lebih banyak dari kebaikan yang kamu tunjukkan.
Maka wahai diriku, tetaplah melakukan yang terbaik. Dengan tidak
berharap diakui oleh dunia bahwa kamu baik.
Karena ternyata, kamu sedang
berbuat baik untuk diri sendiri.
“Jika kamu berbuat baik
(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat,
maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra’ : 7)
Kita yang barangkali kurang dalam keikhlasan sehingga apa yang
kita sampaikan sulit diterima orang lain bahkan orang-orang terdekat kita.
Padahal, harusnya kita mengingat kembali bahwa IKHLAS itu
SEBAB PALING BESAR diterimanya suatu penyampaian.
Al-Baihaqi dalam Al-Madkahl ila ‘Ilmi As-Sunan, 1: 42 berkata:
Aku pernah mendengar Abu ‘Abdurrahman As-Silmi, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Muhammad bin Ahmad Al-Fara’ berkata bahwa ada yang bertanya pada Hamdun Al-Qasshar:
“Kenapa sampai perkataan ulama salaf di masa silam lebih terasa manfaat daripada perkataan kita?”
Ia berkata, “Karena mereka ketika berucap hanya untuk meraih kejayaan Islam, supaya diri mereka mendapat keselamatan, dan mereka hanya cari ridha Ar-Rahman. Sedangkan kalau kita berucap hanya mencari ketenaran diri, hanya cari kepuasan dunia dan cuma berbicara menyesuaikan selera manusia yang mendengar.”
0 komentar:
Posting Komentar