Selasa, 15 Juli 2014

ALLAH... Pintaku, Kuatkanlah Pundakku Bukan Hanya Sekadar Ringankan Bebanku

"Tumben jadi pendiem Mon?" Pertanyaan itu banyak saya dengar hari ini hahaha. Lalu banyak pelukan semangat dan pesan-pesan dengan bahasa metafora.. duh duh duh :D Terima kasih banyak, kalian semua manis banget, folks !!!

Ahh biasanya kalau saya cerewet sama kalian aja dibilang galak :3 giliran ini diem dipaksa-paksa untuk rame. Maunya apa coba haha...

Sebenarnya saya baik-baik saja, yaaa multitasking berpikir kan memang wajar. Tidak menjadi masalah lah untuk hal itu... Saya hanya sedang merenung, mencoba mengevaluasi gerakan saya untuk menyusun treatment gerakan jalan ke depan. Itu saja, mungkin butuh kesunyian kali ya :) makanya diam dulu. 

Hehe, akhir-akhir ini entah kenapa saya menjadi seperti... errrr *belum nemu istilah yang cocok* semacam berpikir terlalu panjang sebelum melangkah, alih-alih jadi matang melangkah, ehhh ini malah jadi banyak pikiran ketakutan. Takut kalau gini nanti bisa gitu, takut kalau ambil ini malah tidak bisa itu, takut kalo kesini tidak bisa kesitu.. Banyak takut ini itu deh pokoknya..

Saya merasa seperti kehilangan ke-"liar"-an saya dalam berpikir, melangkah.. Ya! saya merasa kehilangan itu beberapa waktu terakhir ini. Mendadak kemana kekreatifan gadis ini? Kemana hilangnya keberanian jiwa muda gadis ini? Kemana Saya juga tidak tahu hal apa yang melatarbelakanginya.



Terberkatilah mereka manusia-manusia yang merdeka—siapa saja yang telah berani melangkah dari masa lalu, bahwa memang tak seharusnya kita terus menangisi apa-apa yang telah terjadi. Terberkatilah kita yang telah jauh berjalan hingga ke titik ini—titik di mana kita hanya bicara tentang hari ini dan hari esok, sementara hari-hari yang lalu hanya sesekali kita tengok untuk kita tertawakan, untuk kemudian melaju lagi jauh ke depan dengan ritme yang lebih cepat.
Kita pernah terseok, terjatuh, juga terluka hingga tak henti-hentinya berair mata. Kita pernah ceroboh melakukan hal yang bodoh, keliru, juga melakukan begitu banyak dosa sampai-sampai merasa tak layak lagi hidup di dunia (agak lebay ini, tapi beneran deh ini lagi ngomong serius, ga lagi dilebay-lebay-in). Tapi hidup adalah perjalanan, bukan? Dan di dalam perjalanan itu memang jalan tak selamanya mulus: ada jalan menurun dan menanjak di sana, ada kelokan-kelokan biasa hingga tajam, ada cabang-cabang jalan buntu yang menipu, ada godaan-godaan untuk melupakan arah tujuan yang membuat kita hanya menikmati saja semua yang tersedia, ada cacian-cacian yang memuakkan, ada juga rasa lelah yang dengan terampil kita dramatisasi untuk kita klaim ‘aku telah berusaha sekuat mungkin’ lantas kita duduk menyerah—kita pasrah seolah-seolah ketakberdayaan yang kita rasakan adalah anugerah Tuhan yang tak tertolak. Setiap perjalanan punya dinamika masing-masing, dan kabar paling baik dari semua kenyataan ini adalah bahwa kita tidak pernah sendiri.
bukankah Tuhan begitu dekat dan selalu ada?
Jadi bertahanlah Monaaaaaa (ceritanya semangatin diri sendiri).
Percayalah bahwa beban yang kini tengah kita tanggung ada dan hanya akan ada atas izin-Nya. Percayalah bahwa bekas-bekas luka yang pernah tercipta akan membuat kita selalu sadar bahwa kita memang manusia biasa, sekaligus menjadi pengingat dan pelecut semangat kita bahwa perjuangan—apapun bentuk dan tujuannya—selalu membutuhkan pengorbanan. Yakinlah bahwa segala bentuk ketertekanan yang kini tengah mendera, adalah cara Tuhan untuk membuatmu lebih kuat—memaksa meangoptimalkan semua potensi yang ada karena tiap kita punya benih untuk menjadi hebat. Tiap kita punya kesempatan untuk menjadi juara. Seminimal-minimalnya untuk diri kita sendiri, termasuk menjadi juara atas rasa takut yang tak jarang dibuat oleh pikiran kita sendiri :p hehe

Terima kasih Allah :')

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact