Beberapa waktu lalu di pagi hari, teman saya mention suatu berita yang hots yang dia temukan di salah satu sosial media tentang kelakuan anak 98. Dari situ saya jadi mikir *kek bisa mikir aja ahah*
Anda pernah merasakan tidak? Kejadian seperti ini misalnya... Saat kita benar-benar ngefans dan mendukung salah satu artis India sebut saja Shakh rukhan dan kita dibilang lebay, kurang piknik, fundamentalis, ekstrimis, sumbu pendek, bumi datar, nggak ada kerjaan, dan sebagainya... Pernah serius? Yaudah senyumin aja (sambil kibas polem juga boleh).
Lalu yang menyebut kita seperti itu tadi, menepuk dada di depan kita, bangga akan ke-sumbu-panjang-annya, "toleransi"nya, "kerasionalannya" karena tidak menjadi bagian dari para orang yang kurang piknik .... senyumin aja.
Karena bisa jadi yang demikian itu bukan masalah siapa lebih rasional daripada siapa. Bukan juga tentang siapa lebih toleran daripada siapa.
Ini hanya masalah ghirah. Perasaan cemburu (tidak terima?) yang muncul saat sesuatu yang kita cintai diusik. Perasaan ini adalah perwujudan dari cinta. Tiada ghirah tanpa cinta dan tiada cinta tanpa ghirah #tsahhhh... Perasaan ini manusiawi. Semua manusia memilikinya karena bukankah semua manusia bisa merasakan cinta? *Angkat rebana. Siap-siap dangdutan*.
Belum tentu sumbu kita-kita yang ngefans sama artis om Shakh Rukhan ini sependek yang para hatersnya itu tuduhkan. Ini hanya masalah sesuatu yang mereka cintai belum terusik. Atau rasa terusik itu belum sampai tahap membangkitkan ghirah mereka.
Saya rasa, cemburu adalah konsekuensi dari perasaan cinta *joget muterin pohon*. Yang berbeda hanyalah, kecintaan itu ditujukan untuk siapa?
0 komentar:
Posting Komentar