Minggu, 18 Desember 2016

Belajar dari Granada

Banyakkk sekali beberapa waktu ini berita mengenai Aleppo, karena memang apa yang terjadi disana sejak beberapa tahun terakhir membuat hati para muslim miris, termasuk seruan-seruan dari para ustadz kita mengenai apa yang bisa kita lakukan disini untuk Aleppo. Diantaranya... doa, donasi terbaik dari kita, dan blooming berita atau hal-hal terkait Aleppo di media-media yang kita punya.

Saya jadi teringat sebuah sejarah peradaban Islam, tentang kerajaan Granada.
Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan Islam terkuat di Eropa kala itu. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam terakhir yang runtuh di Eropa. Apa yang bisa menyebabkan kerajaan sekuat Granada runtuh?

Ternyata tidak semudah itu awalnya meruntuhkan kerajaan ini. Raja Ferdinand dari Aragon harus memasang mata-mata untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menyerang Granada. Maka, raja Ferdinand mengirim seorang mata-mata ke wilayah Granada.

Tidak banyak yang dilakukan mata-mata ini, dia hanya (kalo bahasa anak kekinian sih) kepo. Iya... kepo. Mata-mata ini ditugaskan untuk memantau 'ocehan' penduduk Granada
Suatu ketika saat si mata-mata ini sedang bekerja, ia melihat seorang anak sedang menangis. Lalu dihampirinya lah anak tersebut seraya bertanya, "Mengapa kau menangis?". Sang anak menjawab, "Aku menangis karena anak panahku tidak tepat sasaran". "Bukankah kau bisa mencobanya lagi?", kata sang mata-mata. Jawaban sang bocah cukup mengejutkan, "Jika satu anak panahku gagal mengenai musuh, apa mungkin musuh memberiku kesempatan untuk memanahnya lagi?"

Mendengar 'ocehan' anak tersebut, mata-mata itu segera bergegas kembali ke Aragon dan menyarankan kepada raja Ferdinand untuk tidak menyerang Granada saat ini. Anak kecilnya saja sudah sangat luar biasa seperti itu, tidak bisa dibayangkan bagaimana para orang dewasanya.

Beberapa tahun kemudian seorang mata-mata kembali ditugaskan ke Granada dan dilihatnya seorang dewasa yang sedang menangis. Dia pun bertanya, "Mengapa kau menangis?". "Kekasihku (wanita yang dia cintai) pergi meninggalkanku", jawab si orang dewasa tersebut.

Mata-mata tersebut segera bergegas kembali ke Aragon, kali ini lebih cepat ketimbang tugas sebelumnya. Mata-mata tersebut berkata pada raja Ferdinand bahwa inilah waktu yang tepat untuk melakukan penyerangan ke Granada.

Tidak butuh waktu lama, Granada sebagai benteng terakhir kaum muslimin di Eropa, dapat dikuasai dengan mudah. Puncak malapetaka bagi kaum muslimin Granada adalah dengan dibentuknya lembaga Inguisition (inkuisisi, pengadilan yang dibentuk oleh dewan gereja). Pilihannya hanya 2 : menerima ajaran katholik atau dibantai. Maka tamatlah riwayat kaum muslimin di Andalusia, dan Eropa secara keseluruhan kala itu.

Kita dapat belajar dari peristiwa Granada. Seperti mata-mata di Granada dulu, musuh-musuh kaum muslimin saat ini juga sedang memata-matai kita. Menunggu waktu yang tepat untuk 'meruntuhkan'. Bahkan kini mereka tak perlu susah payah menanyai anak kecil yang menangis di jalan atau orang dewasanya yang galau ditinggal pasangan. Cukup pantau sosial media dan simak tema-tema apa yang menjadi fokus kaum muslimin. Untuk saat ini bolehlah kita bernafas lega. Namun tetap bersiaga dan berjaga.

Bahwa disaat MU kalah telak oleh Chelsea, atau saat *Indonesia Juara AFF* kita masih 'ngoceh' soal penindasan saudara kita di Suriah dan Palestina.
Bahwa tatkala Valentino Rossi terjatuh di GP, kita masih 'ngoceh' tentang Al-qur'an yang dinistakan.
Bahwa ditengah meme 'kelar hidup lo' kita masih 'ngoceh' tentang penggalangan bantuan untuk saudara-saudara kita yang terkena musibah di Aceh.

Alhamdulillah. Semoga ini tanda dan menjadi pesan bagi musuh bahwa ghiroh jihad itu belum luntur dari dada kaum muslimin. Apalagi kemudian jika terbukti bahwa kita tidak sekedar bisa ngoceh di sosial media, tapi juga diwujudkan di dunia nyata.

Maka tidak heran jika marak digaung-gaungkan bahwa salah satu hal yang bisa kita lakukan selain yang pertama doa, yang kedua donasi terbaik kita, yang ketiga adalah blooming informasi untuk para saudara kita sesama muslim disana. Karena bisa jadi inilah yang membuat musuh berfikir ulang untuk menyerang kita.

Wallahu'alam...

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact