Jumat, 07 Oktober 2016

Untuk Nona Penggembala Sapi

jika keinginan untuk memperbaiki yang tak tampak dinilai sebagai usaha menyia-nyiakan usia semata, jika kekuatan tekad untuk menjadi insan yang berpaling dari kebisingan dunia disinggung sebagai bibit kehancuran norma hidup di muka bumi.

jika mereka-mereka yang dipuja-puja karena jumlah mereka banyak, sementara yang bertahan untuk tak mengejar dunia tinggal satu dua tiga kepala. jika mereka-mereka yang dikagum-kagumi karena jasa mereka membuat dunia semakin dicintai..

bila jiwa-jiwa yang mengajarkan kebaikan disepelekan, dikucilkan, bahkan dipandang sebagai virus-virus yang mematikan zona nyaman mereka, milyaran jiwa lainnya hidup dengan jiwa orang lain, pandai memoles diri, dan membohongi diri….

sebenarnya, hidup macam apa yang ingin mereka dan kami cipta?


Untuk adikku, Nona Penggembala Sapi... Tak mengapa kau tak mengerti tulisan ini sekarang. Pelan-pelan saja memahaminya. 
Lelah ya? Aaaa iya, pasti lelah sekali ya, Sayang. Karena surga memang didapat tidak dengan cara bermudah-mudah.
Se-berisik apapun duniamu sekarang, tetaplah menjadi suci. Sebab segala yang terpuji akan tetap terpuji meski dicaci atau hidup tanpa dipuji, dan yang tercela akan tetap tercela meskipun melimpah harta dan kuasa.
Selamat mendewasa (sebelum waktunya lagi), Sayang :)

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact