Jumat, 26 Agustus 2016

Berkaca dari Sejarah

Pada saat perang Yarmuk saat itu sahabat Nabi Shallallahu`alaihi wa sallam Khalid bin Walid Radhiyallahu ‘anhum yang dipilih menjadi panglima perang, Sang Pedang Allah yang terhunus. Pasukan Romawi (Byzantium) yang tampuk kepemimpinan perang dipegang oleh Heraklius dari kota Antokia, pasukan ini didoktrin oleh para komandan perangnya -dan memang sepengetahuan orang-orang Romawi adalah seperti itu, bahwa orang-orang Arab (kaum Muslimin) ingin merebut Syam dikarenakan mereka kelaparan dan mengalami paceklik hebat di negaranya. Tapi melihat gigihnya pasukan Muslimin yang saat itu mampu memukul mundur pasukan Romawi dengan jumlahnya yang kurang dari seperlima pasukan Romawi, serta strategi perang yang begitu gemilang, semua orang berhasil takjub dibuatnya. Maka salah satu komandan perang Romawi, bernama Jurjah (Gregious Theodore) menemui Khalid untuk bernegosiasi di masa istirahat perang.
Saat itu Jurjah yang datang ke tenda nya Khalid dikawal oleh 10 orang tentara yang masing-masing lengkap dengan persenjataannya. Berbeda sekali dengan Khalid yang sangat tenang hanya ditemani oleh 1 orang tentara yang kosong tangan. Padahal memang maksud Jurjah adalah ingin membuat Khalid takut, dan menjatuhkan mentalnya. Tapi bagi Khalid tidak sama sekali. Khalid menganggap Jurjah beserta para komandan perang dan pasukannya itu hanya bagaikan “lalat”, yang tidak perlu ditakuti atau disegani sama sekali. Karena memang bagi kaum Muslimin yang beriman, tak ada sesuatu yang sangat besar, hanya Allah lah Yang Maha Besar. Tak ada masalah yang besar atau sulit, tak ada musuh yang besar atau layak untuk ditakuti.
Komandan perang Romawi Timur itu datang dan menawarkan kepada Khalid harta, menawarkan 10 Dinar kepada setiap pasukan Khalid ditambah dengan 1 ekor unta beserta perlengkapannya, yang akan disiapkan. Khalid menolaknya dan tentu saja menjelaskan bahwa bukan untuk itu semua tujuan mereka melawan. Lalu Khalid memberikan 3 opsi: bangsa Romawi tunduk pada Islam, atau membayar jizyah, atau perang.
Jurjah yang saat itu melihat Khalid yang tak gentar sama sekali memilih bertanya, “Apa kau tidak perlu mendiskusikan hal ini kepada pimpinan yang lain?”. Dengan tersenyum Khalid menjawab, “Kalau aku bertanya kepada mereka, maka akan ada 2000 kepala lebih yang akan memiliki pendapat yang sama sepertiku.” Mendengar hal ini maka Jurjah tau bahwa Khalid dan pasukannya (kaum Muslimin) adalah pasukan yang tidak terkalahkan. Ia tahu bahwa pasukannya akan kalah kalaupun berperang. Perasaan ini mungkin saja tidak hanya dirasakan oleh Jurjah, tetapi juga pasukan Romawi yang lain. Hanya saja memang strategi perang yang diatur oleh Heraklius adalah setiap sepuluh orang pasukannya diikat satu sama lain sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk kabur dari perang.
Lalu Jurjah bertanya lagi kepada Khalid, “Beritahu kepadaku, kepada apa kalian mengajak?”. “Kepada syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allahu Subhanahu wa ta’ala  dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, serta membenarkan segala hal yang dibawanya disisi Allah Subhanallahu wa ta’ala.”, jawab Khalid. Saat itu juga Jurjah minta diajarkan kepada Islam dan mengikrarkan syahadatnya didepan Khalid bin Walid, semoga Allah merahmatinya. Lalu Jurjah berwudhu dan melaksanakan shalat. Yang mana shalat tersebut sekaligus menjadi shalat pertama dan terakhirnya, karena tidak lama setelah itu ia menjumpai mati syahidnya.

********

Saya suka membaca sejarah. Alasannya? banyak!!! hehe. Dulu sewaktu kecil, saya suka sekali dibacakan dongeng. Sayangnya, Ibu saya tidak memiliki banyak referensi dongeng. Saat dewasa saya berpikir, untuk memenuhi hasrat saya itu tadi tentang dongeng, saya harus membaca banyak dongeng. Supaya saya bisa mendongeng. Pada siapa? Putra putri saya kelak mungkin... atau jikapun mereka tidak suka dongeng, saya bisa berdongeng untuk diri saya sendiri(?)
Itu di atas adalah alasan absurdnya. Alasan seriusnya? ini...
dengan membaca sejarah, kita akan mendapati fenomena masalah yang terjadi di masa lampau yang tentu saja sangat mungkin untuk diambil pelajarannya untuk kehidupan kita di masa sekarang ini. Fenomena masalah ini tentu saja dilengkapi dengan pemecahannya.
Yang dirasakan oleh Jurjah dan pasukan Romawi saat perang Yarmuk itu adalah tidak lain, persis sama seperti yang dirasakan kaum Yahudi pada masa kini. Kaum Yahudi itu sudah tau kalau kaum Muslimin suatu saat akan menang. Tapi memang qadarullah sampai hari kiamat nanti tak akan mungkin terjadi kaum musyrik berhenti memerangi Islam, khususnya Yahudi. Seperti yang tercatat dalam Al-Quran, QS Al-Maidah: 82. Maka apa yang membedakan disini? Kaum Muslimin dibawah komando Khalid bin Walid tidak gentar dan hanya menganggap lawan mereka itu kecil, bagaikan lalat. Sementara, kaum Muslimin di masa ini tidak begitu mentalnya. Mereka tidak menganggap musuhnya (musuh Islam) kecil. Sekalipun bahkan dengan janji dari Allah kemenangan dan pertolongan.
Banyak sekali orang-orang Islam yang merasa minder jika bersandingan dengan yahudi dan orang-orang barat (Amerika, dkk). Merasa orang yahudi lebih maju soal ilmu pengetahuan dan teknologi, merasa Amerika lebih berkuasa soal ekonomi dan berhak menjadi rujukan untuk segala halnya. Sehingga orang Islam sendiri yang sudah merasa kalah jika berhadapan dengan mereka.
Sayang sekali, mental dan cara berpikir seperti inilah yang sebenernya perlu dirubah dari kaum Muslimin. Perasaan dan sikap optimis, juga proud akan Islam perlu dimunculkan lagi bagi setiap diri Muslim masa sekarang ini. Mari kita lihat dalam waktu dekat apa yang terjadi jika mental ini dirubah. Bukan tidak mungkin hal ini lah yang akan mempercepat langkah Muslimin kepada kemenangan, dan kemuliaan Islam dimata dunia.

Yaps! :) dengan belajar sejarah, ibarat kita sudah mendapatkan kunci jawaban untuk menjawab suatu soal ujian. Petunjuk (clue) / bocoran gitu ibarat kata.... Semua yang ada di jagad raya ini selalu berputar pada porosnya, akan memiliki pola yang sama dan berulang, akan ada masa dimana sebenarnya mengulang masa yang sudah pernah ada sebelum-sebelumnya. CUMA, beda kondisi saja. Inti masalahnya akan tetap sama.
Hehe, saya ini... pembaca yang tak kunjung didewasakan oleh kata. Makanya masih akan terus belajar.


0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact