Senin, 08 Februari 2016

Tentang Ukhti dan Perempuan Biasa

“Dia ukhty?”
“Dia cewek biasa, bukan ukhty”
Pernah saya berseloroh, "Memang itu dilihat dari mananya?" Mereka hanya terkekeh menghadapi saya sebagai anak kemarin sore yang suka sembarangan. Lalu saya menyimpulkan setelah beberapa kali riset, kategori itu dilihat dari lebar jilbab dan aktivitasnya dalam lembaga dakwah atau rutinitas ikut liqa dan kajian.
Namun kategori itu seakan memberi gap, yang ukhty dan non ukhty yang akhwat dan non akhwat. Tapi toh kita semua adalah perempuan bukan? Yang membedakan adalah ketakwaan dan tidak bisa dihakimi dengan serta merta melihat dari ‘luar'nya saja.
Saya punya beberapa teman, yang baiknya subhanallah…semangat bermanfaatnya masyaAllah. Tapi jika dinilai dari kategori tersebut, sampai dia tua dia tidak akan masuk kategori itu… Padahal dibalik itu siapa yang tahu sujudnya lebih panjang di sepertiga malam? Siapa yang tahu hatinya lebih tulus ikhlas untuk beramal? Siapa yang tahu tangan kanannya setiap hari sibuk bersembunyi agar tangan kiri tidak melihatnya sedekah? Siapa yang tahu puasa sunnahnya tidak pernah lewat satu haripun?
Kita ini bersaudara. Masing-masing dari kita memiliki cara sendiri untuk mencintai TuhanNya. Mari berlomba-lomba dan saling mengingatkan dalam kebaikan, semua ukhty fillah :)

Sama halnya dengan penilaian “yang berhijab lebar harus selalu tau banyak tentang agama, yang berhijab lebar harus selalu benar, yang berhijab lebar selalu di anggap lebih tau agama” padahal siapa yang tau, yang berhijab lebar sama-sama sedang belajar, sama-sama sedang tertatih memperbaiki diri. Benarlah kata kakak masing-masing kita mempunyai cara dan usaha sendiri untuk pantas menjadi hamba yang dicintai Tuhan-Nya, dan serahkan semua penilaian kepada Allah sejauh mana kemuliaan kita di hadapan-Nya, tanpa mengkategorikan shalehah dari sisi mata manusia yang sama-sama tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Yang terpenting apa yang menjadi syari'at-Nya tetap menjadi satu-satunya pegangan menjalani kehidupan.
Keep hamasah, ukhty fillah :)
Saya hingga detik ini masih belum setuju dengan beberapa orang yang mengkategorikan perempuan sebagai ukhty dan perempuan biasa hehe
NB : hehehehehehehe maaf yaaaa emang sayanya suka gitu. Ricuh dan bikin ricuh. Ujungnya malu-maluin. Makasih yaa udah sabar. Anak sholeh sholehah harus pemaaf penyabar dan lembuthatinya apalagi sama yang agak ndablek kaya gini :p. Maafiiiinnnnnnn. Ikhlasin :D

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact