Karena di Jakarta, semua orang berasa in the state of trying. Trying to get home, trying to get work, trying to make money, trying to find a better sale, trying to stay, trying to leave, trying to work things out. Karena itu, buatku, Jakarta itu a labyrinth of discontent. Dan semua orang, termasuk aku dan kamu, setiap hari berusaha keluar dari labirin itu. The funny thing is, ketika kita hampir berhasil menemukan pintu keluar labirin ini tapi malah ketemu hambatan lagi, pulling as back into the labyrinth, kita justru senang karena nggak perlu tiba di titik nyaman. It's the hustle and bustle of this city that we live for. Comfort zone is boring, right?
Minggu, 07 Februari 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
statistics
Google Plus
Facebook
Twitter
Share this Post
Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar