Selasa, 02 Februari 2016

Ikan, dan Tulang-Tulang Ikan

Saya senang ketika seseorang melahap sepotong ikan yang penuh sambal. Di bibir mereka tertinggal secuil ikan yang belum sempat tertelan. Tulang-tulang ikan yang berserakan di atas piring, dan sebagiannya lagi terjatuh di sisi meja mereka. Saya menikmati, ketika mereka menjilat sela-sela jari mereka yang penuh minyak dari sambal merah tersebut. Atau ketika sisa-sisa ikan terlihat menyempil di gigi mereka saat tersenyum.

Malam ini sengaja saya hidangkan dua potong ikan. Mereka saya makan sendirian, tanpa nasi, dan es jeruk yang biasanya saya seruput lebih dulu sebelum memulai menyantap makan malam.

Rasanya saya ingin duduk lebih lama. Mengunyah ikan dengan perlahan-lahan. Sembari mata saya dibiarkan tenggelam dalam bayangan wajahmu dengan ukuran sedang di sana.

Tamat-tamat saya singkirkan tulang-tulang ikan yang lebih mirip duri, karena beberapa kali menusuk ujung jari-jari saya sekali lagi, dan terus-terusan sekali lagi. Sesekali saya juga tersedak, tapi saya lebih memilih mengatur napas dibandingkan meminum air. Dan, itu lebih baik. Seperti yang sudah saya katakan waktu itu, saya benci ketergantungan. Sekalipun pada air putih. Dan saya senang, sebab kau hanya diam di sana, tak mencoba memberi pertolongan.

Suatu saat bila kita hidup seatap, saya janji akan memasak ikan lebih sering. Sebab saya pasti sangat suka melihat sisa ikan, dan sambal yang menyempil di gigimu. Dan kamu akan suka, karena memakan ikan sambil dipuji.



*Akhir-akhir ini saya sedang terobsesi dengan yang namanya makan ikan (dan belajar memasak ikan). Gara-gara nemu masakan ikan enakkkk banget di dekat kosan teman. Nom nom nom yummyyyy.... ;)

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact