Selasa, 02 Februari 2016

"MUDITA"

"Langitnya tertawa. Awannya, mereka ngatain aku. Semua jahat. Mereka mau ambil kehidupan aku," ucapnya. "Kelihatannya aja baik. Padahal mah punya motif," lanjutnya sambil bercermin. "Yang gelap belum tentu biadab. Yang putih tuh, sok suci," ia tersenyum sinis. "Aku pikir langit cuma bisa nangis, ternyata bisa ketawa juga," gerutunya. "Pokoknya aku ga mau keluar dari sini. Aku ga suka ngeliat yang tertawa itu di langit." Ia lari ke tempat tidurnya, dan menutup kepalanya dengan bantal.

"Ada apa di langit?" tanyaku.

"Ada yang tertawa melebihi seharusnya," jawabnya.

"Kenapa kamu ga ikut ketawa?" tanyaku lagi.

"Mereka jahat. Menertawakan yang di bawah," jawabnya. Ia melotot. Tiba-tiba cermin di dekat pintu kamarnya ia pecahkan dengan batu yang sedari tadi ia pegang. Prak! "Buang dia! Aku ga suka ngeliat dia." Bayangan wajahnya masih terlihat setengahnya di cermin itu.

Aku mengajaknya keluar kamar. "Langitmya udah ga ketawa, sekarang dia nangis. Dia lemah. Ayo keluar!" Saat itu hujan turun deras sekali.

"Hahaha. Aku ingin keluar sekarang." Di selasar kamarnya, Ai serius memerhatikan langit.

"Kamu senang Ai?" tanyaku.

"Tidak, langitnya nangis. Ia sedang berduka. Tidak boleh senang di atas penderitaan orang." Ai melangkahkan kakinya ke dalam kamar.

"Ai," tiba-tiba seorang pria menyapa.

"Langitnya lagi nangis. Dia lemah. Kayak aku," jawab Ai.

"Nanti langitnya bersinar lagi. Ini aku udah siapin spidol buat warnain pelangi," ucap Ja.



Mereka pasienku. Ai baru datang akhir tahun lalu. Ia mengidap Obsesif Kompulsif Disorder. Terimakasih telah membaca kisah Ai sampai tuntas. Sekarang aku sedang mencari tahu, dimana keluarganya. Sebab ia datang hanya dengan buku harian. Ia selalu merasa sendirian.




*Cerita ini adalah cerita fiksi hehe (tapi fiksi yang terinspirasi dari teman yang saya kenal beberapa waktu lalu).
Oiya, tentang MUDITA... sharing sedikit. Mudita adalah kata benda penuh makna yang berarti "Berbahagia atas kebahagiaan orang lain." Menurut saya pribadi, diakui atau tidak, Mudita ini hal yang sulit dilakukan hehe. Namun, Mudita bisa jadi hal yang mudah bila tidak ada predasi. Tidak ada kompetisi antar insan manusia yang menitikkan titik finishnya pada garis yang sama :) tapi ya ga mungkin bisa kayak gitu haha. Ah sudahlah...
Selamat menjalani febuari basah :)

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact