Kamis, 21 Januari 2016

Obat untuk Jiwa yang Terluka

Saat hati dilanda gembira, tidak satu hal pun menjadi masalah. Tapi bila hati sedang berduka, apalagi duka yang cukup dalam, terkadang iman pun bisa goyah. Bila dibiarkan, dukanya bisa jadi semakin mendalam dan keimanan pun semakin rentan. Di saat-saat seperti ini, jiwa tersebut bisa dikatakan sedang terluka, atau sedang sakit. Maka yang harus dilakukan adalah sesegera mungkin mencari obatnya. Hmmm umm emmm apakah obat terbaik yang paling manjur untuk mengobati luka jiwa?


“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” QS. Al Israa: 9

Ya, Al Qur’an lah obatnya. Al Qur’an merupakan obat terbaik yang tidak hanya meredakan nyeri tapi juga mampu menyembuhkan jiwa yang terluka. Sebab Al Qur’an merupakan pedoman hidup manusia. Segala resep yang dibutuhkan demi memperkokoh langkah manusia di bumi ini, semua tertulis di dalam Al Qur’an. Jelas dan berulang-ulang. Sehingga sebetulnya, saat jiwa dilanda kegelisahan, keresahan, bahkan luka yang cukup dalam, bisa terobati, hanya dengan membaca Al Qur’an.


Tidak percaya? Hehehe. Izinkan saya bercerita.based on my own experience..


Bulan desember 2015 yang lalu, saya beruntun menerima kabar yang secara kacamata manusia, hal tersebut merupakan kabar buruk, sangat buruk mungkin. Saya jatuh (dalam artian sebenarnya ini -,- ) dan harus istirahat total selama 3 minggu karena kesulitan untuk berjalan, padahal saat-saat itu jadwal sidang skripsi tinggal selangkah lagi hehe, alhasil wisuda januari hanya tinggal menjadi target yang menguap untuk saya. Di waktu yang bersamaan pula, bidang yang saya ampu di lembaga akan menggelar acara dan masih banyak yang harus dipersiapkan ditengah minimnya tenaga dan pendanaan, ya Allah sejenak yang saya tangisi setelah jatuh itu bukan karena perihnya luka-luka saya, tapi adik-adik saya di lembaga bagaimana... seriuosly, hati saya lebih perih kala itu ketimbang lecet-lecetnya deh. Seminggu setelah saya sudah agak bisa berjalan (lukanya belum kering), kabar buruk mengenai orang rumah pun kembali saya dapatkan. Dan secara manusiawi, psikologis saya sempat down mendengar kabar tersebut, sebab kabarnya sangat mendadak dan mengejutkan. Saya sempat dilanda sedih hati. Dan seketika itu pula yang terlintas di pikiran saya hanya ingin segera menemui Allah Subhanahu wata’alla. Bukan ‘berpulang’ tentunya, saya tidak se-hopeless itu kalik, hehehe. Saya hanya ingin segera berwudhu, menggelar sajadah, dan berbincang dengan-Nya, memohon akan ketenangan dan kedamaian hati, serta keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah atas izin-Nya, dan yang telah Allah izinkan, pasti membaikkan. Maka setelah mendengar kabar tersebut saya bergegas mencari mushalla, berwudhu, sambil menahan tangis yang sengaja ingin saya tumpahkan di atas sajadah saja, hanya di hadapan-Nya. Ternyata, lidah saya kelu untuk menyampaikan ulang kisah saya meski di hadapan Allah sekalipun. Hingga saya hanya bisa tertunduk sambil tersedu, sungguh Allah Maha Tahu. Akhirnya, dengan energi yang tersisa, saya mengambil Al Qur’an dari dalam tas saya, membuka lembaran halamannya dengan asal saja, dan God’s Sign, ayat yang saya baca adalah..


"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Al Hadid 22-23) 

Sudah sering membaca Al Qur’an tapi tidak pernah berhasil membaikkan suasana hati yang kurang baik dan jiwa yang terluka? Yuk kita cek.. barangkali kita membaca Al Qur’an sekedar membaca saja. Kalau begitu ya wajar saja hati dan jiwa masih dalam keadaan luka, sebab yang menenangkan bukan hanya membaca Al Qur’an, tetapi berinteraksi dengan Al Qur’an.Berinteraksi dengan Al Qur’an diantaranya meliputi:
  • tilawah (membaca)
  • taddabur (memahami)
  • hafizh (menghafalkan)
  • tanfiidzh (mengamalkan)
  • ta’liim (mengajarkan)
  • tahkiim (menjadikannya sebagai pedoman)
Tentu tidak mudah berinteraksi dengan Al Qur’an seperti di atas. Perlu proses. Dan saya pun masih belajar untuk benar-benar bisa berinteraksi maksimal dengan pedoman hidup dari Allah tersebut. Tidak mudah bukan berarti tidak mungkin bukan? InsyaAllah, bila ada tekad, pasti bisa. Hingga bila tiba saat dimana jiwa kembali dilanda perih, Al Qur’an lah penyembuh utama yang dicari.


Saya baca berulang-ulang tafsir QS. Al Hadid: 22-23, lalu saya kaji maknanya, dan sungguh.. ada sebuah perasaan damai menelusup halus ke relung jiwa saya yang terluka tersebut, untuk kemudian menghembuskan nafas sejuk yang menenangkan dan mencerahkan. Bila masih tak percaya, mungkin kamu belum mencoba. Sebab bila sudah mencoba baca, saya yakin kamu akan jatuh cinta, pada ayat-ayat-Nya yang penuh makna. Sungguh Allah luar biasa, Ia turunkan ayat-ayatnya yang sangat indah. Entah bagaimana rasanya bila tidak ada Al Qur’an sebagai perantara kabar gembira dari-Nya. 

"Terimakasih ya Rabb. Aku tanpa-Mu.. butiran debu deh... " :')

“Jangan terlampau lama meratapi luka, sebab tak sulit bagi-Nya untuk mengubah isak tangis, menjadi senyuman manis.” 

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact