Miris adalah ketika bisa menyentuh blog ini saat weekend di rumah SAJA..hehe mungkin kedepannya harus lebih lihai lagi atur waktu... bersyukur? Tentu saja, mumpung masih bisa diberi kesempatan untuk menyibukkan diri.
Duh, maaf... kebiasaan tiap kali memberi awalan pada setiap cerita pasti panjang (dan kebanyakan ga nyambung sama judul pftttt).
Coba kita luruskan tulisan ini sesuai judulnya :)
Tulisan ini dibuat beberapa hari setelah saya membuka akun pendaftaran saya di Forum Indonesia Muda (yang belum rezekinya, jadi belum lolos. Nope). Di salah satu kolom yang harus diisi, ada yang berbunyi seperti ini * Uraikan pengalaman sukses dan gagal yang paling berkesan dalam hidupmu*
Sebenarnya post tulisan ini juga membuat saya flashback ke masa dua tahun lalu. Masa-masa yang banyak memberikan saya pelajaran, mengajarkan saya kedewasaan, membantu saya memahami apa itu keikhlasan, dan terutama 'menonjok' saya bahwa hanya Allah Maha Segalanya... Membuat saya malu dan tertunduk tanpa daya atas kesombongan-kesombongan akan apa yang saya miliki :') dengan mudahnya Allah membalikkan keadaan saya dari sebelumnya. Mengambil keharmonisan keluarga saya, mengambil prestasi-prestasi saya, mengambil sahabat saya, mengambil kebahagiaan yang selama ini saya elu-elukan bangga.
Tapi percayalah, Allah memilih kita untuk menjalani semua ini karena Allah sayang kepada kita. Sungguh, sejak saat itu hingga detik ini tidak pernah sekalipun saya merutuki ujian yang Allah berikan kepada saya kala itu, malah sebaliknya, syukur tiada hentinya. Dari ujian itu, saya diberi kesempatan untuk 'lahir kembali'.. Alhamdulillah :')
Banyak kejadian kala itu yang membuat saya terjatuh, benar-benar terjatuh.. tapi pada post kali ini, izinkanlah saya menyebutkan salah satunya saja. Ini mengenai impian dan cita-cita saya....
Ouh iya, pada kolom pendaftaran Forum Indonesia Muda tadi, inilah jawaban yang saya tulis... "Saya sangat tertarik pada dunia sosial kemanusiaan, hingga tahun terakhir SMA pun masih berpikir bahwa menjadi seorang dokter adalah satu-satunya cara untuk merealisasikan passion yang saya miliki pada dunia sosial kemanusiaan. Sampai pada akhirnya Tuhan belum menetapkan cita-cita saya tersebut sebagai jalan terbaik untuk saya. Kecewa, terpuruk, menyesal, dan semua pandangan pragmatis terjadi pada saya saat itu. Untuk pertamakalinya saya merasakan kegagalan amat menyakitkan. Untungnya saya memiliki kedua orangtua yang bijaksana, demokratis, dan luar biasa :-) . Melalui orangtua lah saya mulai open minded bahwa masih banyak jalan bercabang di depan yang bisa saya lewati untuk mewujudkan passion dan tujuan saya di bidang sosial kemanusiaan. Sekarang, saya adalah mahasiswi jurusan biologi murni.. Walaupun bukan di jurusan kedokteran, di sini saya banyak belajar tentang dunia kesehatan dan ilmu-ilmu kedokteran mendasar lainnya. Setelah menjalani dua tahun di biologi, saya menyadari bahwa jalan Tuhan lebih indah. Sekarang sambil tersenyum saya berkata pada diri sendiri,”Niatan awal saya menjadi seorang dokter supaya bermanfaat untuk orang lain. Ternyata dimanapun dan pada posisi apapun kita berada, kita tetap bisa bermanfaat bagi orang lain asalkan niatnya memang tulus dari dalam hati. Mungkin jika dulu saya menjadi mahasiswi kedokteran dengan beban studi yang padat, belum tentu saya memiliki waktu seperti sekarang ini untuk menjadi aktivis mahasiswa (yang mempunyai “lahan” untuk mengimplementasikan peran mahasiswa sebagai agent of change, agent of social control, dan iron stock) sebagai modal menjadi generasi penerus bangsa di masa mendatang, belum tentu saya bisa bertemu dengan korban-korban pecandu narkoba melalui kegiatan kampus yang saya ikuti dan dari korban-korban NAPZA itulah saya banyak belajar tentang pentingnya menghargai segala kondisi diri, belum tentu saya bisa mendapatkan pencerdasan politik dari kawan-kawan yang expert di bidang sospol (karena mahasiswa bukan zamannya lagi untuk anti politik hehe). Inilah jawaban Tuhan atas pertanyaan saya ketika saya mengalami kegagalan masuk jurusan kedokteran. Ketika Tuhan menutup satu pintu, sungguh di sisi lain terbuka banyak pintu yang akan membawa kita pada tujuan yang sama.” Itulah cerita kegagalan saya untuk masuk jurusan kedokteran sekaligus keberadaan saya di tempat yang sekarang ini (biologi) yang saya anggap sebagai cerita kesuksesan saya. Mungkin tampak sederhana, tapi banyak pembelajaran yang saya dapatkan dari kejadian-kejadian tersebut sehingga menambah kapasitas diri dan menjadi salah satu cerita berkesan di perjalanan hidup saya :-) "
Percaya bahwa semua takdir kita sudah ditulis bahkan sebelum kita dilahirkan ke dunia ini? Saya jawab dengan tegas, Saya Percaya!!!
Ibarat di Lauhul Mahfuz tertulis rezeki kita Rp 150, jika hari ini ada rezeki Rp 100 maka besok akan ditambahkan Rp 50 lagi. Dan apabila hari ini kita mendapatkan Rp 200, maka besok akan hilang Rp 50. Itu semua sudah tertulis, sudah ada jalannya masing-masing. Begitu pun saya, ini jalan saya yang tertulis untuk saya. Jadi iri pada kawan sejawat yang masuk kedokteran pun tak ada gunanya. Lebih baik menjalani posisi saya saat ini dengan sebaik-baiknya, sepenuh hati.
Kebetulan kah itu? Tidak... tentu saja bukan kebetulan. Semua sudah diatur oleh Dia. Kekuatan besar dibalik semua yang terjadi...
Ini janji Allah, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6)
Nasihat seorang kakak di ITB sana juga terdengar sangat manis, dan setelah didalami maknanya, memang benar iya...
"Oleh karenanya tidak akan lagi ada yang perlu disesalkan atas kegagalan,
pasti setelahnya akan ada jalan kemudahan. Mungkin tidak disini, di
dunia yang fana ini. Mungkin memang Allah ingin kita menanti, untuk
hidup di salah satu Surga milikNya yang tertinggi, suatu saat nanti."
0 komentar:
Posting Komentar