Minggu, 06 Oktober 2019

Anak Pertama Ayah dan Ibu

Kakak, anak pertama ayah dan ibu... Apa kabar, Nak?
Sudah hampir satu tahun kakak kembali pada Allah ya, Nak. Walau tahun berganti tahun, perasaan ibu akan tetap sama. Merindukan kakak. Tapi alhamdulillah, Sayang, berkat karunia Allah berkat kekuatan dari Allah, saat ini ibu mengambil cara lain untuk merindui kakak dibanding setahun yang lalu. Walau sekarang pun ibu masih tetap menangis setiap kali mengingat kakak, tak apa ya Sayang :")


Hari ini ibu mendengar ada ibu lain yang kehilangan dua anaknya sekaligus. Sedih betul ibu mendengarnya. Dia pasti merasakan perasaan-perasaan yang sama seperti yang ibu rasakan dulu saat kehilangan Kakak. Sedih, hancur-sehancur-sehancurnya. Bukan, Sayang, bukan mulasnya perut ibu, bukan juga hancur sakit fisik ibu, tapi hati ibu Nak yang hancur. Ibu kira dulu, sesaat setelah ibu menikah dengan ayah, saat ibu setiap bulannya mengetes kehamilan dengan harapan yang penuh namun hasilnya negatif, adalah hal yang paling menghancurkan hati ibu di dunia ini. Tapi ternyata ibu salah, Nak. Yang ibu rasakan setahun lalu, kehilangan anak jauh lebih menghancurkan hati ketimbang belum dikaruniai anak, Sayang.


Maafkan ayah dan ibu, Sayang. Karena dulu kami belum menjadi orangtua yang baik untuk kakak, karena dulu banyak kesalahan yang kami lakukan, karena dulu banyak ketakutan yang kami khawatirkan.


Terimakasih, Kakak. Terimakasih sudah berkenan menjadi anak pertama ayah dan ibu. Terimakasih sudah mengajari ayah dan ibu untuk selalu belajar guna terus memperbaiki diri kami. Terimakasih sudah membuat kami meringkuk di depan Allah, bertaubat, dan bermuhasabah atas segala kesalahan kami.


Kelak, berapapun jumlah anak ayah dan ibu kelak, adik-adiknya kakak, kakak akan tetap menjadi anak pertama kami ☺. Semoga Allah jumpakan kita semua di surga nanti ya, Sayang. Allah, mohon sabarkan kami sampai saat itu tiba.... Aamiin


Ibumu -yang baru berani membuka cerita tentang dirimu setelah satu tahun-

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact