Di hari pertemuan rutin kami kala itu, saya mendapat giliran
untuk menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan(?). Beberapa waktu ini saya
buanyakkk sekali mendapat pelajaran dari Allah, ini akibat saya yang tidak
lulus-lulus di pelajaran yang sama kemarin-kemarin kali ya... lalu Allah memberikan
pelajaran yang sama berulang-ulang sampai mungkin mata hati saya terbelalak dan
terbuka nantinya. Tentang segala jalan takdir yang rasanya ingin merenggut rasa
syukur, tentang segala kondisi yang rasanya ingin menjadikan
diri mengibarkan bendera putih pada rasa sabar dan teriak-teriak sambil ngebor aspal(?). Ya ini tentang syukur dan sabar.... Syukur yang kini rasanya
makin merangkak-rangkak para hamba untuk mendekapnya, sabar yang kini rasanya
terseok-seok para hamba menggenggamnya. Eh bukan bukan... bukan ‘para hamba’,
tapi saya doang deng. Hehehehe.
Ada yang perlu kita perhatikan betul-betul, bahwa
ketidaksyukuran; ketidaksabaran; dan perasaan-perasaan lain yang tidak baik
tersebut bisa jadi dimanfaatkan oleh setan untuk membuat kita semakin jauh dari
Allah. Naudzubillah.... Setan bukan hanya dari golongan jin saja, tapi setan
juga ada yang dari golongan manusia. Ya Allah, hanya kepadaMu hamba berlindung.
Engkau lah sebaik-baik pelindung Ya Allah.
Setelah saya menyampaikan materi kultum, Ibu kami kembali
menambahkan... kebetulan dalam waktu dekat ada salah seorang kakak di lingkaran
mengaji kami yang akan menikah. Ibu kami menekankan betapa pentingnya menjadi
hamba yang pandai bersyukur dan bersabar. Terlebih bagi para muslimah, yang
nantinya diharapkan menjadi ibu-ibu peradaban.
Saya teringat sebuah nasehat yang dikiaskan dalam bentuk
sebuah narasi antara iblis dan setan:
“Jika kau ingin
merusak sebuah keluarga, rusaklah dulu ibunya!!!
Beri ia perasaan akan
rasa lelah bertubi-tubi yang membuatnya merasa lemah dan habis energi.
Jika ia sudah merasa
lelah, ambil rasa syukurnya.
Biarkan ia merasa
bahwa hidupnya habis untuk mengurus keluarga dan buatlah ia tidak memiliki
apapun, selain lelah yang didapatkannya.
Setelah kau ambil rasa
syukurnya, buatlah ia menjadi orang yang tidak percaya diri.
Sibukkan pandangan
matanya untuk melihat kebahagiaan orang lain dan buatlah ia lupa akan kebaikan
yang ia miliki.
Buatlah ia merasa
minder dan merasa tidak berharga.
Jika itu sudah terjadi,
ambillah juga sabarnya, gaduhkan hatinya agar ia merasa ada banyak hal yang
berantakan dalam huniannya, buatlah ia merasa betapa banyak masalah yang
ditimbulkan dari anak-anaknya, dari suaminya.
Goda lisannya untuk
berkata kasar, hingga nanti anak-anak mencontohnya dan tak menghargainya lagi,
lalu bertambahlah kemarahan demi kemarahan, hilanglah aura surga dalam rumah.
Dan kau akan menemukan
perlahan, rumah itu rusak... dari pintu seorang ibu.
Sekali lagi, makhluk
penting itu bernama perempuan yang kelak menjelma sebagai Ibu."
Ya Allah, sungguh menakutkan sekali.... saya yang remah-remah chitos ini mohon perlindunganMu selalu Ya Allah, dekatkan hamba
padaMu selalu Ya Allah, jaga hamba Ya Allah. Karena hamba rasa gender hamba ini
banyak karunianya tapi banyak juga tanggung jawabnya di akhir(at) nanti ya, Ya
Allah? Huks. Gapapa Ya Allah hamba sekarang diajarin pelajaran syukur dan sabar
sampai lulus ya Allah –ya walaupun saya bisanya paling duduk terdiam memeluk
lutut sambil sedot-sedot ingus sih- tapi gapapa Ya Allah.
Lelah yang tidak selesai menjadi tempat masuknya setan, ia
mengambil bahagia kita, ia mengambil sabar dan syukur kita. Jangan... jangan...
jangan biarkan setan mengambil itu dari kita. Jika kita merasa lelah,
istirahatlah. Jika kita merasa lelah, berbagilah. Sungguh tak ada satupun yang akan
membiarkan kita merasa sakit sendiri jika kita pandai menghargai diri kita. Kadang
kita saja yang jadi sok jago(an neon *lhoh!) dan akhirnya chaos. Jangan
menekan diri kita terlalu keras, jangan terjebak dalam waktu kita sendiri.
Menepilah... kenanilah banyak nikmat-nikmat yang Allah curahkan kepadamu walau
itu tampak kecil seperti memperingan langkahmu ke majelis-majelis kebaikan;
menjaga lisanmu untuk istiqomah mengucapkan kalimat-kalimat Allah;
mengelilingimu dengan orang-orang sholih-sholihah; dannnnn nikmat lain yang
masih banyak lagi :”) *lagi di depan cermin*
0 komentar:
Posting Komentar