Senin, 25 September 2017

Ayam Goyenggg

“Kak, terima kasih banget yaa, Kak!” kata si anak pertama.


“Mbak, matur nuwun sanget nggih, enak!” si anak kedua menyahut.


Aku tersenyum. “Enak ya, Dek? Makannya harus habis ya, jangan disisain nanti mubadzir.”


“Mbak, ayamnya aku makan terakhir aja buat gong ya. Makan nasi pakai saos aja dah enak.” anak yang sedari tadi diam kini angkat bicara.


Aku menarik sedikit senyumku. “Loh, memangnya jarang, Dek, makan ayam? Biasanya makan apa kalau di sini?”

“Jarang banget, Mbak. Ben minggu tok. Sepisan,” jawab si anak berbaju oranye.


“Nggo bayem, tempe, tahu, sambel, Mbak,” kali ini anak paling tambun angkat pendapat.


***


Seminggu sekali. Atau bahkan sebulan sekali. Beberapa justru hanya makan ayam goreng jika ada perayaan besar, seperti Lebaran atau peringatan 17 Agustus saja. Sebegitu istimewanya ayam goreng bagi anak-anak di Gunung Kidul ini.

Sedangkan kita, bisakah kita menghitung berapa kali seminggu kita makan ayam? Pernahkah bosan sampai ingin cari menu selain ayam? Maka, sudahkah kita bersyukur atas potongan ayam goreng yang kita makan hari ini? Selamat merenungkan sepotong ayam goreng! :)

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact