Minggu, 05 Maret 2017

Belajar dalam Kereta Perenungan

Suatu hari, ada seorang perempuan muda yang hendak pergi ke kota sebelah menggunakan kereta antar kota. Setelah mencari-cari tempat duduk yang menurutnya nyaman di dalam kereta, akhirnya dia memilih duduk dengan seorang ibu paruh baya. Sebelum duduk, dia mengangguk dan tersenyum sebagai salam izin untuk duduk.

Sedari tadi ibu itu tersenyum sambil memperhatikan dan memandang lekat-lekat si perempuan yang sedang sibuk menata-nata barangnya. Beberapa waktu setelahnya si perempuan baru tersadar bahwa sedang diperhatikan. Lalu dia menoleh ke arah ibu tersebut seraya berkata, “Hehe aduh maaf ibu. Saya berisik sekali.” sambil tersenyum dan salah tingkah. “Engga kok haha. Engga papa, saya seneng aja lihat mbak, makanya saya lihatin.” jawab si ibu.

“Ibu tujuannya kemana?” tanyanya

“Mau nengok anak saya di XXXXXXX (menyebut salah satu sekolah).” jawab ibu

“Wah? Itu dekat dengan kampus adik saya Bu. Saya juga mau nengok adik saya kesitu hehe.” Balas si perempuan

“Nanti kita bisa bareng saja ya mbak, saya dijemput orang dari sekolah nanti.. Saya dari Palembang mbak ini tadi. Pesawatnya tadi pagi nyampe, terus dilanjut naik kereta ini deh. Kemarin ustadnya ngabari kalau anaknya nangis haha. Cowo lho padahal anak saya. Mungkin kangen. Makanya saya langsung kesini. Ayahnya lagi nggak bisa ikut, jadi saya sendirian.” Cerita si ibu.

“Jauh sekali bu sekolahnya.. dari Palembang sampai kesini. Anaknya sendiri yang minta sekolah disini?” tanya si perempuan dengan wajah heran.

Lalu ibu tersebut bercerita...

Sebelum memutuskan untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang saat ini, ibu tersebut sempat bingung kemana anaknya akan ia sekolahkan. Banyak sekolah-sekolah bagus. Yang menjanjikan pengajaran agama dengan sebaik-baik metode juga sudah ada dimana-mana. Namun selalu saja beliau dapati kabar berupa sisi tak baik dari sekolah-sekolah tersebut. Jadilah si ibu bertambah tambah kekhawatirannya. Beliau tak mau buah hatinya terpengaruh dengan kehidupan bebas para pemuda zaman sekarang.

Sampai suatu ketika si Ibu ini mantap untuk menyekolahkan anak pertamanya di salah satu sekolah berasrama terbaik di kota yang akan kami kunjungi ini. Saat pendaftaran, beliau berjumpa dengan seorang bapak yang juga sedang mendaftarkan anaknya. Untuk mengisi obrolan, ibu itu bertanya kepada sang bapak, “Boleh tahu alasan Bapak menyekolahkan anak Bapak disini?”. Si Bapak menjawab, “Pada dasarnya semua sekolah itu baik, yang penting segala sesuatu yang masuk untuk keluarga adalah halal dan baik. Baik rezeki secara materi maupun dalam bentuk makanan. Lalu berdoa dengan doa Nabi Ibrahim, agar tetap kokoh jiwa ini dan buah hati dengan sholat sebagai kekuatan andalan hariannya. Kalau rezeki halal, Allah menerima doa hambaNya, kalau shalat baik, segala perkara juga akan baik.

Obrolan itu terasa tidak lama, tapi ternyata sudah menghabiskan satu perjalan kota saja hehe. Sang perempuan sudah sampai ditujuannya, sementara ibu paruh baya harus melanjutkan perjalanan sedikit lagi ke sekolah anaknya. “Terimakasih Bu.. Salam untuk anak Ibu. Semoga Allah memberi keselamatan pada ibu sampai pulang nanti ke rumah.” Katanya sambil tersenyum.

Sambil melongokkan kepalanya dari jendela mobil, ibu terserbut membalas “Iya mbak.. terimakasih juga. Senang bisa ngobrol sama mbak. Insya Allah nanti saya sampaikan ke anak saya kalau mamanya habis kenalan seorang kakak di kereta biar dia penasaran haha.” Ibu tersebut terkekeh. “Assalamu’alaikum..” lanjutnya.

“Wa’alaikumsalam warahmatullah...” jawab perempuan dengan lirihnya sambil memandang mobil yang mulai berjalan. Lama dia termenung melihat mobil tersebut hingga hilang di tikungan. Cerita ibu tadi membuatnya termenung dan instropeksi diri.


“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” [QS. IBRAHIM 14:40]

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact