Minggu, 05 Februari 2017

5th Anniversary

­tulisan ini untuk kalian, saudara bukan sedarah; keluarga bukan serumah. Akan banyak kata manis dan romantis, jadi hati-hati.




Sebagian orang menghabiskan waktunya untuk menciptakan kenangan, sebagian yang lain sibuk mencari jalan untuk lepas dari bayang-bayang kenangan.

Sebagian orang memilih untuk melupakan, dimana sebagian yang lain memilih untuk dilupakan.

Sebagian orang menjalani hidup bersama masa lalu, dan sebagian yang lain memilih untuk hidup hanya demi masa depan.

Lalu pertanyaannya, bagaimana dengan kita?

Tidak ada pilhan yang paling benar dan paling salah, karena belakangan yang saya temukan, bahwa hidup bukan tentang memilih pilihan yang paling benar, tapi bagaimana bertanggung jawab atas pilihan tersebut terlepas dari benar atau salah. Itu pula yang saya dan mungkin sebagian teman lainnya alami di awal perjalanan kami di kampus rakyat ini. Tidak peduli fakultas warna apa yang sempat menjadi mimpi masing-masing dari kami sekitar lima tahun lalu, kenyataannya, disengaja atau tidak, fakultas biru (telur asin) inilah yang sudah kami pilih, dan kami harus bertanggungjawab untuk menjalaninya dengan baik, sampai akhir.

Beberapa memilih untuk menyerah dan berhenti, tapi kami tidak, bukan karena kami jauh lebih baik dari mereka, bukan… lagi-lagi setiap orang bebas memilih ingin bertanggung jawab pada pilihan mana, dan kami memilih untuk berada disini.

Tahun pertama berlalu dan kami bukan lagi mahasiswa-mahasiswa yang cukup lucu untuk berkata, “maaf pak, saya masih perlu remed” atau “maaf bu, deadline-nya boleh diperpanjang?”, atau yang paling klasik, “maaf semua, saya kesiangan”, belum lagi ‘hajaran’ dari para senior untuk bonding kami. Waktu mulai banyak mengintervensi pilihan-pilihan kami. Jika sebelumnya suara hati memonopoli pertimbangan pengambilan keputusan, kini semua lebih rumit dengan kehadiran waktu. Kami berlomba, meski kami tahu waktu selalu menang dan sampai lebih awal. Mungkin itulah yang akhirnya membuat sebagian orang mencoba berbuat curang, memanipulasi, atau bahkan menciptakan konspirasi (bukan yahudi).

Tapi disinilah kami belajar, bukan lagi soal bertanggung jawab, karena ternyata sekedar mengerjakan dan menyelesaikan itu mudah, bagian tersulit adalah menghasilkan yang terbaik di saat waktu terasa tidak akan pernah cukup.

Mimpi-mimpi kami mulai berubah, ada yang lebih optimis, namun tak jarang pula yang justru pesimis dan memilih untuk menyerah pada nasib. Di tahun ketigalah semuanya mulai menjadi genderang yang ditabuh kencang. Alarm bagi kami yang masih berleha-leha, masih senang mencicipi aktivitas nomaden dari satu tempat nongkrong ke tempat nongkrong lain, atau bagi kami yang masih menjadikan pembelaan rakyat sebagai pembenaran untuk nilai IP yang melesat turun. 

Tapi begitulah kami. Hari ini kami belajar di kelas, diskusi, berdebat, karena kami tahu otak kami sebelumnya kosong. Besoknya, kami berkumpul di warung kopi, bercengkrama (beruntung tidak diracun) lalu bersentuhan dengan dunia malam (buah dari asistensi laporan), karena kami tahu pengalaman kami sebelumnya nol. Lantas esok harinya lagi kami berdemo, turun ke jalan, diciduk polisi atau sekedar tawaf di bundaran kampus (ada yang lebih kerennya lagi, bundaran HI), karena kami tahu hati nurani kami tidak boleh pernah hilang.

Sekali lagi kami belajar, kali ini bukan tentang tanggung jawab dan menjadi yang terbaik, tapi tentang bagaimana menjadi kami yang bermanfaat. Semua celah kesempatan kami jalani, segala bentuk aktivitas kami coba, dan berbagai tawaran singgah kami terima. Bukan karena kami tidak punya tujuan, tapi kami harus menemukan jalan termudah untuk mencapainya.

Kami mungkin tersesat dan hilang, oleh karenanya kami menyimpan nama baik almamater ini untuk menjaga jalan kami tetap pada koridor-koridor yang baik, karena kami tidak ingin mengecewakan siapa pun, apalagi bapak dan ibu yang telah mendidik kami disini, di rumah kami, kampus yang kami cintai ini.


Di tahun terakhir tentu hidup kami semakin kompleks, kami berhadapan dengan masa depan di pintu yang sangat terbuka lebar. Arus globalisasi, kemudahan hidup akibat kemajuan teknologi, gelombang modernisasi, dan dunia yang semakin tercampur baur karena jarak bukan lagi hambatan, memaksa kami untuk segera bersiap. Masyarakat ekonomi ASEAN membuka mata kami kalau persaingan bebas bukan lagi mitos. Kini, kompetitor kami bukan lagi teman sekelas, satu angkatan, atau teman dari kampus sebelah. Kini kami bersaing dengan negara-negara tetangga, atau bahkan mungkin, tidak lama lagi kami akan bertarung pada pertempuran yang lebih sulit. Ketika dunia melipat, dan orang dari belahan dunia manapun akan terlihat sama.

Apakah kami takut? Ya, mungkin…kalau tidak ingin dikatakan pasti. Namun satu hal yang kami ambil dari masa kuliah ini, bahwa persaingan manapun tidak hanya meninggalkan yang menang dan yang kalah, tapi sejarah atas kemenangan itu sendiri. Semua orang boleh lupa tentang kapan dan dimana kita menang, tapi tidak ada yang boleh lupa bagaimana cara kita menang. Dan inilah yang terakhir kami pelajari di bangku kuliah ini, bahwa proses akan selalu lebih penting, dan ia tidak pernah menghianati hasil. Dan bahwa suatu kemenangan sudah atau akan kami capai suatu saat nanti, kami bersyukur dan berbangga karena kami menjalani prosesnya disini, di kampus yang kita banggakan. Dan sungguh itu anugerah yang tidak diturunkan pada setiap orang.
Untuk kalian, saudara bukan sedarah; keluarga bukan serumah, tentang hari ini ketika kita tersenyum di persimpangan jalan, dimana kita akan terpisah di masing-masing arahnya. Terima kasih untuk serangkaian kenangan yang kita simpan dalam setiap buku, pesta, dan cinta… karena pada akhirnya saya ingin menjawab pertanyaan saya sendiri di awal tadi, saya tidak memilih untuk menghapus kenangan karena saya yang akan menciptakannya, saya tidak memilih untuk dilupakan karena saya juga tidak hendak melupakan, dan saya tidak menaruh kalian di masa lalu, karena saya melihatnya di masa depan. Selamat untuk hari jadi kita dan sampai bertemu untuk keberhasilan yang lebih besar pada saatnya nanti.


Betewe betewe tulisan ini telat launching wakakak... Fluorescence anniversary tanggal 21 Januari *bussettt lama banget telatnya*, yah maafkan akika ya. Jari akika mules, perut akika pegal kemarin-kemarin. Walau begitu, cinta akika sampai ke kalian insya Allah nggak telat. Muach!!!

foto semester 1 akhir nih. Sebelum 'lahir'nya Fluorescence

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact