Kamis, 12 Januari 2017

Pegagan (Super Food of Indonesia part I)

Untuk 7 hari ke depan, saya akan melakukan challenge untuk diri saya sendiri. Challenge apakah itu?





Saya cerita latar belakang yang sangat amat terbelakang lebih dahulu, ya. Jadi begini.. saya ini suka sekali makan, utamanya ikan, telur, sayur dan buah-buahan. Tapi walau ada jenis makanan yang sangat saya gemari tersebut, tetap saya memakan apa saja (dulu kala), semua saya doyan. Bagi saya (dan orang-orang terdekat saya, sudah paham bahwa untuk saya) makanan hanya memiliki dua rasa, yaitu, enak dan enak banget. Enough. Ditambah lagi, saya ini mendapat anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Esa, makan sebanyak apapun tidak akan menjadikan timbangan badan saya naik drastis (kecuali timbangan pipi saya, ya. Ini sudah tidak bisa diubah-ubah. Memang pipinya gemuk. Hiks).

Sampai suatu ketika, seorang teman yang dengan usahanya sekeras tenaga berdarah-darah bercucuran keringat dan bergelimang air mata *lebay*menyadarkan saya bahwa “Kita makan tuh untuk 1. Ngisi perut (kenyang), 2. Jaga tubuh. Karena sehatmu, melihat caramu bahagia.” *Hazeggg*. Dia sering mencekoki saya dengan makanan-makanan aneh yang ‘ampyunn’ rasanya, itu ‘makanan sehat’ kata dia. Sampai akhirnya saya mendapat hidayah untuk mulai mencoba makan dengan cara sehat(?).

Terhitung sejak bertahun-tahun yang lalu saya sudah menganak-tirikan gorengan dengan segala perhiasan minyak goreng dan cabenya yang yummy, makanan fast food yang gurihnya bikin melayang menembus dunia nyata dan maya *puft*, mengganti camilan dengan sayur dan buah, dll. Memang belum semua makanan ‘kurang oke’ bisa saya hindari, karena terkendala kondisi sebagai anak kost yang kurang ada waktu dan peralatan cukup untuk membuat makanannya sendiri sehingga makan ‘yang ada aja’. Saya juga masih dalam tahap mengembangkan keterampilan memasak *walaupun hingga kini belum tampak hasil yang menakjubkan haha. Wanitaaaa. Oiya seru kali ya kalau kapan-kapan saya bikin challenge untuk diri saya sendiri mengepost resep dan hasil masakan saya. Foto doang ini, nggak ketauan rasanya, jadi kalaupun hancur rasanya nggak terhina-hina amat lah haha.*

Iyapss... dari kegamangan saya mengenai makanan sehat, saya pernah bercita-cita bahwa beberapa saat sebelum waktu pensiun saya nanti, saya ingin membuat sebuah kebun sayur organik di desa. Saya ingin menghabiskan waktu tua saya ketika sudah pensiun nanti dengan merawat sayur-mayur di kebun organik tersebut sambil menunggu waktu cucu-cucu datang mengunjungi. Dannn cita-cita itu berkembang lagi hehe, yang awalnya hanya kebun untuk diri sendiri, jadi mikir kalau:
“lucuk kali ya kalau kebun sayurnya itu dibuka untuk edufarm. Jadi untuk field practice anak-anak sekolah (TK, SD, dst) menanam memetik sayur, mengenalkan pentingnya sayur dan buah untuk kesehatan, menyediakan makanan unik olahan sayur untuk pengunjung yang datang ke kebun, mempelihatkan pada anak-anak any harvesting day is a happy day; today we are harvesting some beautiful and imperfect yet super yummy and fresh vegetables, berbagi resep masakan sayur mayur kepada para orangtua yang mendampingi anak-anaknya berkunjung supaya sayur tidak lagi jadi “momok” untuk mereka makan (karena entah kenapa seperi alarm otomatis untuk anak-anak dibelahan dunia manapun bahwa makan sayur itu suatu hal yang mengerikan)."

Yahhh begitulah impian kecil saya hehe.. Saya pikir, kesehatan itu aset penting. Jika kita ingin jadi orang yang bermanfaat, saya pikir kesehatan adalah salah satu modal untuk hal tersebut. Supaya kalau sehat, sampai tua pun masih bisa memberikan kebermanfaatan untuk sesama :)

Challenge 7 hari ini akan berisi tentang post mengenai tanaman-tanaman di Indonesia yang ‘terlupakan’ tapi penuh khasiat. Itung-itung untuk mereview ilmu dan mengingatkan saya kembali dengan pelajaran-pelajaran di bangku formal yang pernah diikuti. Selain itu, tanaman-tanaman ini juga bisa jadi salah satu bahan masakan di dapur kita lho...






Good morning!

Another new day, another new knowledge about our local superfood. I will kickstart the day in knowing about Centella asiatica also known as Gotu kola, pegagan, daun kaki kuda and lots of other names depending on how the locals know it as. This plant is not to be easily dismissed. Knowing Gotu kola’s benefit will help improve or treat our health.
Indonesia is blessed with abundant of powerful and useful wild plants if we have the power of knowledge on the benefits of all the wild plants. Gotu kola is not a new found herb that is discovered for its tremendous health benefits but it is a forgotten plant due to our shift of importance of getting our essential nutrients with other valued vegetables, fruits and even health supplements.
Gotu kola can be easily found growing wildly in farms, open-field, roadsides etc. if we look closely enough. It has beautiful spade-shaped leaves or horse-hoof like leaf that can be easily identified.
Gotu kola is generally good to boost our immune system but however, it is really worshipped for its used as a combat to high blood pressure, boosting central nervous system, improving circulatory system, repairing skin, protecting veins and blood vessels and antibacterial properties.If anyone is facing any health issues with the above mentioned, please read more about Gotu kola. It is easily growing in the farm.
My favourite way of consuming Gotu kola is adding fresh leaves to salad, blending it with basil to make pesto and also dehydrated into powder with low temperature to add to juices. Better eaten fresh for maximum nutrients.






Yippieee.. Challenge accepted 1/7 days





0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact