Selasa, 27 Desember 2016

Menjadi Dewasa

Rumah memang selalu punya magnet tersendiri bagi penghuni-penghuni yang dilahirkan didalamnya. Tidak peduli kemarin lusa kamu sudah berlama-lama di rumah, tapi hari ini mendadak sangat merindukannya lagi. Tapi saya curiga sih, mungkin bukan rumahnya yang bikin rindu, melainkan orang-orang di dalamnya dan segala kenangannya, keributannya, bahkan debu-debu yang menempel di mejanya bisa sangat membuatmu rindu haha.

Perantauan mengajarkan kemandirian dan tentunya kerinduan. Masa kecil yang sekarang hanya bisa menari di awang. Jika dulu sewaktu kecil, ingin sekali segera menjadi dewasa dengan dalih bisa melakukan apa saja tanpa perlu izin dan mandiri. Ternyata, setelah tiba di masa dewasa seperti ini ekspresinya “Ohh.. begini toh rasanya jadi dewasa. Ribet ya.. kompleks ya..” Karena hal tersakit sewaktu kanak-kanak dulu hanya sebatas jatuh berdarah karena berlari kemudian menangis sekencang-kencangnya tanpa rasa malu. Lukanya hanya sebatas lecet di lutut yang dua atau tiga hari sudah mengering, lalu bisa dibuat kembali berlari. Semenjak dewasa, sakit itu menjadi berubah, tangis pun berbeda. Sakit tak berwujud ternyata lebih pedih, menangis dengan tersenyum ternyata lebih mengiris. Entahlah... kepura-puraan macam apa yang orang dewasa perankan, mereka selalu bilang “All is well”, bohong... semua tidak sebaik-baik saja seperti ucapan mereka.

Begitulah cerita betapa menyenangkan menjadi kanak-kanak. Sekarang, memang sudah waktunya mendewasa. Jadi, selamat menjadi dewasa!!!

Jangan lupa senyumnya, ya. Biar makin manis seperti gula-gula yang sering kita temui di pasar malam J

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact