Astagfirullahal ‘adzim... saya awali tulisan ini dengan memohon ampunan kepada Allah, atas segala dosa saya, atas segala kekurangan ilmu saya, dan kekurangan-kekurangan saya lainnya...
Kejadian hari ini membuat saya berpikir; kita benar-benar harus belajar tentang akhir zaman. Ujian-ujian apa yang ada di masa ini bagi umat. Masa yang dimana menjalankan agama secara kaffah seberat menggenggam bara api. Masa dimana menjadi lurus dianggap aneh sendiri. Masa dimana kita kembali menjadi terasing.
Saya teringat sebuah kisah..
Ketika Nabi Ibrahim AS dibakar oleh Raja Namrud, seekor semut membawa setetes air.
Lalu ada seekor burung melihatnya dan bertanya, "Wahai semut, untuk apa kamu bawa air itu?"
Lalu semut menjawab, "Ini untuk memadamkan api yang membakar kekasih Allah, Nabi Ibrahim AS"
Sang burung pun tertawa terbahak sambil mengatakan, "tak akan berguna air yang kamu bawa itu!"
dengan lantang kemudian semut menjawab lagi, "Aku tahu, tapi dengan ini aku mampu menegaskan di pihak manakah aku berada!"
Ya, di pihak manakah aku berada. Biarlah kecil curahan hati saya ini, tidak berarti, sebagaimana air yang dibawa semut untuk memadamkan api Nabi Ibrahim AS, tapi biarlah, biarlah semoga dengannya kelak menjadi pembela.
Tidak bisa dipungkiri ada iri saat melihat barisan putih itu aksi di jalan, terlepas masalah fiqih demonstrasi (yang saya tidak ada ilmu tentang itu), saya dapat membayangkan rasanya ada dalam barisan itu; barisan yang saling bergandeng tangan dalam bingkai lillah.
Bahasa ukhuwah, mungkin tidak mudah dimengerti, sulit didefinisikan dalam kata-kata dunia. Bagaimana mungkin manusia sebanyak itu bisa datang di satu waktu, meninggalkan urusan dunianya, datang dari aneka pelosok negeri, dari aneka kalangan mulai dari ulama, profesional, sampai kaum ibu? Harta semahal apa yang harus digunakan untuk menciptakan yang semacamnya? Semata hanya karena Allah, hanya karena Ia yang mengikat hati mereka.. Dan banyak dari teman saya yang saya kenal pasti diri dan keluarganya adalah orang baik dan peduli dengan perbaikan, turun ke jalan tanpa mengharap imbalan manusia. Di momen itu saya dapat merasakan keindahan ukhuwah, dalamnya rasa persaudaraan, mahalnya rasa bersatu dalam kehambaan.
"dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana." Qs. Al-anfal:63
Cobalah saja, bergabung dengan barisan manapun yang kau suka, asalkan menuju-Nya insya Allah semoga kita akan berjalan dalam iringan yang sama. Kelak ya Rabb, satukanlah kami menuju jannah-Mu..
Di akhir hari, rasa iri itu berganti dengan sedih dan diakhiri dengan renungan syukur.
Kesedihan saya terbesar adalah saat mendapat kabar para ulama terluka. Kesedihan saya terbesar hari ini adalah saat melihat kedatangan para ulama sempat diacuhkan oleh pemimpin.
Wallahu'alam... Saya yang masih minim ilmu dan pembelajaran ini, kadang bertanya dalam hati, “Begitukah seharusnya cara menerima aspirasi rakyat? Lebih jauh lagi, begitukah seharusnya cara menghormati ulama?”
Bergetar hati ini saat membaca dan mendengarkan live report dari kawan-kawan yang ikut turun ke jalan.
Astagfirullah... dan selemah-lemah iman adalah membenci dalam hati..
“Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan uang dinar dan tidak juga dirham. Mereka itu hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil peruntungan yang sangat banyak”. (HR Abu Dawud, Shahih)
"Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan." (HR Bukhari)
"Bukan termasuk ummatku, siapa yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda dan mengetahui hak-hak orang alim." (Hr. Ahmad)
Tapi di lain sisi, serasa ada syukur di hati ini, bagaimana Ia membukakan satu per satu peran-peran manusia di dunia. Syukur akan indahnya persatuan dan ukhuwah yang tergambar hari ini. Syukur akan momen yang Ia berikan untuk lebih dalam memikirkan negeri. Syukur atas peringatan untuk menjaga diri di akhir zaman ini.
Ya Rabb lindungilah kami..
Jauhkanlah.. Hindarkanlah.. Bersihkanlah hati ini dari kemunafikan..
Anugerahkanlah kepada kami ya Rahman, pemimpin yang ia mencintai kami, kami mencintainya, dan yang terutama Engkau mencintainya..
komen boleh kali yah
BalasHapus