Kamis, 06 Oktober 2016

Sanliurfa

Awan-awan menggumpal, bergejolak dalam hitam pekat diiringi suara petir bersautan menyentakkan kilat-kilat  yang memilukan. Sepilu hati rakyat Sanliurfa ketika harus mematuhi keputusan Raja Namrud untuk membunuh semua bayi-bayi yang baru lahir.

Disaat yang bersamaan dengan itu Amilah sedang hamil besar. Ketika mengetahui keputusan itu Aazar dan Amilah tidak tinggal diam dalam pasrah yang semu. Mereka berpikir, mencari cara sedemikian rupa agar bisa menyelamatkan bayi Ibrahim dalam kandungannya.

Sampai akhirnya mereka hijrah ke Goa ini -yang sekarang dibangun Masjid Mevlid I-Halil disekitarnya- dan Amilah melahirkan Ibrahim kecil. Kemudian meninggalkannya di dalam goa yang ditutup rapat bebatuan dan meminta dengan penuh khidmat kepada Tuhan yang memiliki kehidupan agar menjaga Ibrahim kecil.

Seminggu kemudian mereka kembali ke Gua itu dan melihat Ibrahim kecil masih hidup. Tidak hanya itu ia bahkan dikarunia pertumbuhan yang sangat pesat. Di umur 6 minggu Ibrahim kecil nampak seperti bayi berumur 2 tahun. Sehingga ketika diinspeksi pasukan Raja Namrud mereka bisa berdalih bahwa bayi itu lahir sebelum keputusan raja dikeluarkan maka hiduplah dengan damai Ibrahim kecil.

Ngangkat jari sendiri, puter-puter-puter-puter... menunggu susu dan madu muncul.
-tulisan ini dibuat ketika lapar menyerang padahal baru sejam yang lalu makan (porsi dobel). Ahh perut... tolong dong ngertiin perasaan aku plissss *siapa elu?*-


0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact