Selasa, 02 Agustus 2016

Ujian Masing-Masing Orang

Dulu, setiap kali saya melihat orang-orang yang beruntung (read: beruntung versi saya dahulu kala adalah tentang pencapaian-pencapaian duniawi seperti cantik, banyak teman, menguasai banyak bahasa, pintar, lomba ini itu untuk sekolah, kaya, masuk barisan anak-anak populer, dannn lain lainnya), yang pertama kali terbesit di benak saya pasti "Dia beruntung banget ya. KEBAIKAN APA YA YANG DIA LAKUIN(?) sampai-sampai Allah ngasih semuanya ke dia." Haha dengan harapan, siapa tau kalau saya tau keywordnya, saya juga akan mendapatkan hal yang sama *tepok jidat sendiri*.
Sampai pada suatu saat, Allah mendatangkan pelajaran bagi saya.

Saya yang awalnya jauhhh dengan orang yang saya anggap beruntung tadi, akhirnya dari sebuah aktivitas yang harus kami lakukan bersama, berlarut-larut, menjadikan kami berdua dekat. Sepulang sekolah kami banyak menghabiskan waktu bersama karena intensive class untuk persiapan lomba, makan siang bersama, menyiapkan ini itu bersama. Semakin lama saya semakin mengetahui sebenar-benarnya hidup teman saya tersebut. Tidak seberuntung dan sebahagia yang tampak di mata saya sebelumnya. Hmmm... speechless. Siapa yang tau kalau ternyata semalaman dia menangis di kamarnya padahal paginya saya melihat dia begitu memesona dengan senyumnya yang ditebar ke seluruh penjuru sekolah, siapa yang tau kalau ternyata orang tuanya yang saya kenal sebagai salah satu pejabat di kota kami adalah pejabat yang baik hati dan menyayangi keluarganya tapi ternyata... ah sudahlah.

Sejak saat itu, saya menyadari...

Apa yang tampak belum tentu menggambarkan apa yang terjadi jauh di dalam hati.
Ketika melihat seseorang itu berparas cantik/ganteng, berprestasi, dengan keluarga yang terlihat baik-baik saja dan bisa dibilang memiliki kehidupan yang lebih dari cukup plus sholeh/ah, kebanyakan orang berpikiran bahwa ia hampir tak ada cacat dan akan selalu baik-baik saja bukan?

Padahal mungkin, deep down, ada bermacam masalah dan segala hal yang tak terungkap dan tersembunyi jauh di dalam dirinya.

Mudah menilai permukaan.
Tapi takkan pernah mudah untuk benar-benar paham dan mengerti apa yang sebenarnya ada, untuk bisa berempati sebagaimana seharusnya, bukan dari sudut pandang diri sendiri yang bahkan tidak berusaha paham.

Jangan mudah menyimpulkan. Masing-masing orang diuji dengan ujiannya masing-masing.

Walau saat ini mungkin dirimu merasa tidak berguna, bila dirimu terus berusaha menjadi kuat, akan tiba saatnya untuk menyelamatkan dunia!!!

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact