Senin, 08 Agustus 2016

Belajar dari Po

Ada seseorang, yang mengaku (banget) movie holic gitu (saat-saat dimana dia merasa dunia kejam padanya. -Ex: koleksi tugas kuliah yang hendak membuatnya berpikir "Mungkin nyemil obat nyamuk lebih baik daripada nyemil snack di warung, supaya bisa tidur tenang (selamanya). Haha. *lhoh kenapa saya ketawa? Hmm*", atau kekejaman-kekejaman lainnya dari mahluk Tuhan *yang paling seksi* *joget-joget inget lagu* *puk-puk-puk* hanya buku dan film lah yang dapat menghiburnya). Nah sayangnya seribu sayang, seseorang yang mengaku mencintai film tadi ternyata setelah mempengaruhi saya barulah saya tahu bahwa dia belum menonton filmnya -,- atau hanya sepenggal-sepenggal scene film yang dia ingat, atau salah satu nama tokohnya saja, atau yah begitulah pokoknya... saya yang dasarnya suka instan dan memotong film hanya untuk diketahui cerita akhirnya saja, cuma bisa gigit jari karena tidak mendapatkan cerita instan darinya. Oke, dari fase ini saya belajar "Semua butuh proses mon. Tonton dari awal sampe akhir. Jangan ngandelin sinopsis orang!!" *plakkk* *ditampar pakai sandal*

Jadi ada satu film yang senang sekali dia (seseorang tadi) jadikan bahan pembicaraan. Mengirim stiker yang kenampakannya seperti tokoh di film itu. Menganalogikan kami sebagai tokoh-tokoh dalam film tersebut... dan... Eh sebentar-sebentar, kok saya seperti mendengar suara kucing ketawa ya... Iya iya, kami tahu, kami memang se-annoying dan se-strange itu. Jangan ketawa. Fuhhh *usap keringat*.
Sudah, kita tinggalkan seseorang itu dengan kesendiriannya di malam yang sesunyi ini *mulai nyanyi lagi*.

Cobaaa tebakkk film apakah itu?
Terererenggg terererenggg... Kungfu Panda. Kungfu Panda 3, lebih tepatnya. Yeppp betul, 100 (ribu) buat saya.

Akhirnya, saya yang tidak cinta-cinta amat sama film (karena saya, cintanya sama, Kamu) *toyor kepala sendiri*, kepo juga hehe. Nonton film, seru juga mungkin ya. Mulailah saya mencari film itu dan menontonnya.

Di kungfu panda 3, master shifu meminta Po untuk mengajarkan kungfu kepada kelima temannya yang awalnya lebih dulu mahir kungfu. Tahu sendiri, Po yang ceroboh malah disuruh mengajar, mana bisa dia.

Alhasil, di hari pertama dia mengajar, bukannya tambah bisa, malah membuat latihan kelima temannya menjadi berantakan.
"... you are loser!" Begitu kata burung bangau yang melintasi Po. Ini membuatnya ingin berhenti mengajar, karena yakin tidak bisa melakukannya.

Tapi ada satu kalimat dari master shifu yang menarik. Dia berkata, "If you never do what you can't do, you will never be more than what you are now!".
Kemudian Po menjawab, "I don't wanna be more. I like who I am!".

Seringnya yang membuat kita menyerah adalah ketika harus mempelajari hal yang baru yang menurut kita tidak bisa; kita sudah pernah mencoba mempelajarinya atau melakukannya, tapi tetap saja tidak bisa. Dalam kondisi ini, kita lupa bahwa kalau kita terus menyerah saat mempelajari atau melakukan sesuatu yang baru, kita tidak akan pernah menguasai sesuatu yang baru pula. Artinya, kita tidak akan menguasai hal lebih dari yang sudah kita kuasai sekarang.

Sama seperti Po, kita juga kadang menjadikan alasan kalau kita menikmati diri kita yang sekarang atau apa yang salah dengan saya sekarang? Saya sudah punya ini dan itu, sudah nyaman. Memang sih saya ingin itu, tapi saya tidak bisa mempelajari tentang itu. Biarlah, saya seperti ini saja... Seperti kata Po, "I don't wanna be more! I like I am!"

Sayangnya, alasan ini biasanya akan kita sesali ketika melihat orang lain berhasil meraih hal yang lebih dari yang kita miliki sekarang; ketika melihat orang lain berhasil menguasai hal yang tidak kita kuasai, terlebih lagi ketika orang lain itu adalah orang yang dulunya lebih bodoh dari kita, lebih rendah dari kita, dan lain-lain.

"anytime you see someone more successful than you are, they are doing something you're not." Kata Opa Malcolm X

"Instanity; doing the same thing over and over again and expecting different results." Ini kata Om Albert Einstein.

Ketika kita merasa jenuh dengan apa yang sudah diraih atau dikuasai, tetapi disisi lain, Tuhan sering menempatkan kita pada situasi dimana melihat orang lain meraih berbagai hal yang tidak bisa kita raih - ingin, tetapi tidak pernah serius mengejarnya sampai akhir, itu sebuah sinyal waktunya untuk move on! Waktunya untuk memasang dan mengejar target yang baru; tentu saja, artinya mempelajari hal yang baru dan hal ini pastilah diluar kemampuan kita yang sekarang.

Kita tidak pernah tahu apakah usaha yang dilakukan akan membawa hasil yang diinginkan atau tidak. Tetapi setidaknya, bila kita menikmati proses pembelajaran yang baru, setidaknya kita sudah mendapatkan sebuah kebahagiaan-kebahagiaan untuk mau belajar apa yang kita tidak bisa.

There are no mistakes or failures, only lessons. Now just because you deserve this doesn't mean they are gonna give it to you. Sometimes you gotta take what's yours.

Hehe, Bapak saya pernah bilang kalau kita akan menemukan jalan ketika kita sudah berjalan; kita akan menemukan solusi ketika terus berusaha. Tetes air yang lembut bisa melubangi sebuah batu besar yang keras jika jatuhnya berulang-ulang.
Tugas kita bukan untuk berhasil, melainkan untuk mecoba, karena di dalam mencoba itulah kita akan menemukan dan membangun kesempatan untuk berhasil.


Maka apabila engkau telah selesai (dari satu urusan), TETAPLAH BEKERJA KERAS (untuk urusan yang lain). -QS. Asy Syarh: 7-

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact