Senin, 04 Juli 2016

Lilin

Ia lupa, bahwa dirinya berniat menerangi tapi di waktu yang bersamaan dengan itu sebenarnya dia sedang membakar dirinya sendiri.
Lalu sekarang bagaimana? Siapa yang akan bertanggung jawab setelah terbakar seperti ini? Manusia yang diterangi? Ohhh tentu saja bukan. Apa pedulinya manusia pada lilin tersebut. Sang manusia hanya butuh cahaya, bukan lilinnya. Jika satu lilin habis terbakar, nyalakan lagi saja lilin yang lain.
Ahh si lilin lupa lagi, dia ada hanya untuk jadi seperti itu. Dicari hanya untuk dibutuhkan cahayanya. Hanya itu.

Sekian :)

terinspirasi dari listrik yang padam di saat hari sudah gelap begini. Lilin mana lilin oy -,- *di zaman yang sudah modern begini, tetap saja saat mati lampu andalan saya adalah lilin*. Lilinku sayang, lilinku malang

Related Posts:

  • Menangisnya Perempuan Mungkin alay jika saya menulis postingan panjang seperti ini, tapi ya sudah, kalau sudah cinta, apapun akan saya lakukan. Namanya Nuke, saya meng… Read More
  • Beda Bentuk "Tunda" Ada perbedaan besar dan mendasar dari dua bentuk menunda.  Pertama, menunda sesuatu karena takut.  Kedua, menunda sesuatu karena berenca… Read More
  • Wanita Istimewa Ada macam wanita yang rawan untuk membuat kita kepayahan. Wanita yang membuat kita kepayahan bukan dari awal pertemuan mata kita pada wajah dan fisi… Read More
  • Jadilah baik sebisamu dulu... walaupun belum kelihatan baik, walaupun belum dirasa baik. Tak mengapa.. Sebisamu dulu ... sambil melebihkannya terus … Read More
  • Pujian Adik saya pernah bercerita kalau hal yang paling disukai manusia itu bukanlah uang, melainkan pujian.  Lho kok gitu? Katanya, ini dia… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact