Jumat, 08 Juli 2016

Istana Cermin

Ini kisah tentang istana cermin...

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang pengasih terhadap rakyatnya, adil pada setiap tindakannya, bijak pada setiap keputusannya.
Rakyat dan negeri yang dipimpin raja tersebut sangatlah makmur, semuanya hidup bahagia.

Namun, ada satu hal yang selalu raja itu anggap sebagai kelemahannya. Yaitu pangeran-pangeran dan putri-putrinya. Sang raja memiliki dua pangeran dan dua putri, namun mereka berasal dari ibu yang berbeda. Semakin lama, raja semakin sedih memikirkan tentang hal tersebut. Ketakutan-ketakutan akan sepeninggalnya Ia. Bagaimana cara menyatukan pangeran-pangeran dan putri-putrinya yang tinggal di pondok-pondok berbeda dalam istana.

Akhirnya, pada suatu hari... Sang raja memutuskan untuk membangun istana cermin. Istana tersebut dibangun untuk tempat bermain pangeran dan putri saat akhir minggu. Bangunannya indah... Kubahnya berwarna emas, warna kesukaan putri ketiga. Temboknya berhias perak, kesukaan pangeran kedua. Terdapat pula pedang anggar di tembok-tembok istana, supaya pangeran pertama bisa memainkannya saat bermain di istana cermin. Ada pula ayunan yang tersusun dari bulu angsa, lembut, tempat putri keempat sering menghabiskan waktunya.
Di setiap bagian istana, terdapat banyak sekali cermin. Raja ingin, ketika sudah dewasa nanti, saat pangeran dan putrinya berdiri di depan cermin tersebut, mereka ingat akan kebersamaan masa kecilnya, melihat wajah ayahnya pada diri masing-masing mereka, dan lupa akan campuran darah-darah ibu yang berbeda.

Waktu terus berjalan, sepeninggal raja, ratu dan selir-selir mengerat tahta peninggalan raja. Satu sama lainnya mengajukan pangeran dan putrinya untuk menduduki kursi raja. Pada setiap kompetisi selalu ada menang dan kalah. Pangeran pertama lah yang mendapatkan kursi raja tersebut, inilah awal dari petaka negeri. Hancurnya persaudaraan para pangeran dan putri.
Sejak saat itu, istana cermin ditutup karena pangeran serta putri tidak ada yang pernah berkunjung. Bahkan, untuk berdiri di depan cermin saja mereka tidak mau. Mereka lupa akan darah yang sama, darah ayahnya. Yang mereka ingat hanya darah yang berbeda.


"Kakak dan Adik hanyalah sebuah status, yang terpenting adalah ikatan persaudaraannya. Kadang, rasa sakit yang diciptakan oleh saudara-saudara kita jauhhh terasa lebih menyakitkan daripada disakiti oleh orang lain. Maka semestinya persaudaraan itu, sama tinggi sama rendah, sama pasang sama surut."

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact