Senin, 18 April 2016

SUNGAI-SUNGAI

Setiap berkesempatan mendatangi tempat-tempat baru ketika travelling, ada setema pemandangan yang selalu paling berkesan bagi saya: kombinasi kota yang indah dengan sungai yang membelahnya. artistik, berkelas, dan impresif.

Sungai adalah rumah bersalin untuk selanjutnya menjadi nadi yang memberi denyut pada peradaban (gila keren bingit istilahnya).

Di lembah-lembah sungai yang subur, peradaban manusia bertumbuh, ikut subur, maju, dan terang benderang.
Kemudian termahsyurlah kota-kota beradab itu ke seluruh penjuru dunia. Narsis dan benar-benar bersolek. Di bantaran-bantaran sungainya, gedung-gedung indah berbaris-baris, arsitektur terbaik, fasade paling menawan. Lalu kita "dipaksa" mengikuti cruise dramatis mengelilingi kota dari atas sungai untuk sengaja dibuat terkagum-kagum dan memberi pujian.

Sebut saja Seine di Paris yang entah bagaimana komposisi atmosfer dan kelembaban udaranya romantis sepanjang tahun, di bantaran Seine pula kokoh berdiri dengan elegan, ikon wisata paling fotogenik di seluruh dunia: menara Eiffel. Atau Danube yang panjang membentang bersahabat dengan kota-kota cantik di daratan Eropa, atau lembah sungai Nil di Mesir, sungai Thames di London, atau sungai-sungai lainnya.
Ketika sejak berabad-abad silam, sungai-sungai indah tersebut menjadi tempat manusia-manusia hebat berkontemplasi, menemukan inspirasi, dan melahirkan anak pinak karya sastra yang hebat, ada semacam rasa pedih di hati, di saat yang sama menyadari kembali bahwa bahkan sampai tahun 2016 yang mutakhir ini, negeri tempat sungai Musi pernah membawa berkah pada kerajaan Sriwijaya yang ternama, tempat sungai Mahakam yang memberi denyut pada Kutai Kertanegara, tempat terbaring dengan elok Bengawan solo yang adimahsyur, di negeri yang sama, di kota-kota besarnya, anak-anak manusia malah membuang limbahnya ke sungai, limbah pabriknya, membuang apa saja yang bisa dibuang kesana, seolah-olah sungai memang dihadiahkan Tuhan sebagai tempat membuang segala macam sampah. Untuk kemudian, ketika sudah datang bencana, kita semua berebut menghakimi pemerintah dan mempertanyakan rasa keadilan Tuhan. Pedih. Pedih sekali.


-Masih sering datang hujan walau sudah bulan april. Ayoooo jaga lingkungan sekitar dan kesehatan masing-masing ya-

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact