Sabtu, 23 April 2016

Rohis SMA 1 Kudus 2009/2010

Kami hadir bagaikan benih


Yang bisa disemaikan atau dibiarkan begitu saja

Dan sampailah kami di pot ini

Di pot inilah kami disemai oleh tangan-tangan yang selalu memberi pupuk dan menyirami kami

Yang selalu sabar menanti tumbuhnya kami

Yang rela berkorban saat hujan badai itu datang

Yang dengan telaten mengembalikan benih-benih yang "mental" keluar dari dalam pot ini

Hingga akhirnya kami pun tumbuh bersama

Seiring berjalannya waktu, satu per satu dari kami mulai berbunga

Bunga yang menebarkan semerbak wangi indahnya Islam, bunga dakwah

Satu per satu bunga-bunga kami pun berkembang menjadi buah-buah kebaikan

Yang manisnya dapat dirasakan oleh setiap orang

Namun, banyak dari kami yang layu bahkan mati

Atau pun dipindah oleh tangan lain, ke pot yang butuh untuk diisi

Lama-lama, jumlah kami pun semakin sedikit

Disisi lain, tangan-tangan yang dulu merawat kami harus pergi

Meski jumlah kami tidak banyak, kami harus tumbuh!

Kami harus mandiri!

Kami harus yakin dan saling menguatkan satu sama lain

Kami harus tetap berbunga dan berbuah

Karena dari buah-buah itulah benih-benih yang baru akan muncul dan bersama-sama akan menghasilkan bunga dan buah yang penuh kebaikan

Dalam langkah perjuangan perlu pengorbanan


(Oiya, bacanya monolog di atas sambil dengerin Sebiru Hari Ini-nya Edcoustic ya.. dijamin deh makin merasuk ke dalam hati hehe :p)




***




Tiap orang, pernah mengalami masa-masa imannya naik dan turun, right?

Saya pun begitu hehe *toyor kepala sendiri*... Saya pernah cerita kan kalau saya ini tipe orang yang susah dimotivasi dari luar, harus dari dalam diri saya sendiri. Itu artinya, saya harus punya metode-metode yang bisa memotivasi diri saya sendiri dalam keadaan-keadaan buruk (termasuk dalam keadaan futur iman). Lalu, apakah yang biasanya saya lakukan? Baca buku, mengingat-ingat kembali masa turn on life saya, nonton film *ha?*, buka-buka yutup *ha??*, atau gegoleran guling-guling di kasur *ha???*. Yaaa kan saya yang paling tahu metode yang cocok untuk saya, jangan protes!! :p

Nah pagi ini, saya butuh memotivasi diri saya sendiri. Mulai lah saya buka-buka folder lama, ehh nemu foto pengurus rohis zaman SMA dulu.

Saya pernah membaca, bahwa Siapa dirimu kelak ditentukan oleh dua hal yaitu buku apa yang kamu baca dan siapa teman-temanmu. Saya mulai flashback ke momen-momen waktu 5-6 tahun yang lalu, yang berperan membentuk saya yang sekarang ini. 

Jika diingat-ingat, momen 5-6 tahun lalu adalah zaman-zaman saya SMA. Semasa SMA itu saya mendapat amanah menjadi pengurus harian di tiga organisasi berbeda di tahun yang sama pula. Tulisan ini akan menceritakan salah satu organisasi tempat saya diberi amanah.

Kala itu saya diberi amanah menjadi salah satu pengurus harian Rohis, padahal bila berbicara tentang kualitas diri, sungguh saya tidak berkualitas sama sekali. Saya bukan sok merendahkan diri *karna kenyataannya emang saya rendah, cuma 157 cm. Hiks*. Namun, bila menunggu diri ini berkualitas maka kapan saya akan mulai untuk melangkah di jalan ini, begitu pikir saya. Oleh karena itu, dengan ketidaksempurnaan saya dan rendahnya kualitas diri saya, saya putuskan untuk mencoba, saya putuskan untuk berani menjejakkan kaki di jalan ini.

Di rohis ini, saya bertemu dengan orang-orang yang visioner dengan jalur masing-masing. Kita memang tak punya cita-cita yang sama, tapi kita memiliki semangat yang sama. Dulu ketika SMA mengarahkan diri saya menjadi seseorang yang akan sibuk di dunia pergerakan kampus ternyata benar saya disibukkan dengan aktivitas per-BEM-an dan teman-teman saya yang lain di rohis tersebut memang mengarahkan dirinya untuk bergelut di dunia dakwah kampus dan benar juga mereka menjadi pemegang kunci dakwah kampus mereka masing-masing. Kita saling mengoreksi act and do, saling menyemangati, saling menjadi pundak satu sama lain dan yaaaa … saling memetik hasil ketika kita sudah sampai pada masanya. Itu semua terjadi kurang dari lima tahun dari tahun 2016.

Uji kebenaran terbukti kembali ketika saat ini saya tumbuh di lingkungan para manusia yang dikatakan masa dewasa ternyata saya banyak menemui orang-orang yang gagap dalam berpikir dan gagap menghadapi dirinya sendiri. Banyak fenomena sosial yang saya temui belakangan ini bahwa banyak diantaranya yang mengatur dirinya saja mereka seperti tak kenal kapasistasnya. Walhasil banyak diantara mereka yang akhirnya berpikir “semampu gue” dan ketika mereka melihat saya seolah sedang mengatakan “ga usah muluk-muluk Mon, biasa aja”. 

Disitu saya berpikir apa iya saya terlalu obsesif, tapi ketika saya flashback dan mencoba menyelami kehidupan mereka lima tahun yang lalu. Ternyata saya menemukan perbedaan yang dalam. Diantaranya besar dengan pola mengalir dan mengikuti waktu saja, sedangkan saya hidup dengan mencoba membuat pembelajaran-pembelajaran baru untuk diri saya. Wajar bahwa pola yang berbeda akan mengahasilkan cara berpikir yang beda pula.

Barulah disitu saya menyadari betapa pentingnya waktu yang kita miliki dalam menentukan kita dimasa mendatang. Pentingnya apa yang kita rencanakan hari ini untuk melihat selisih hasil dari rencana kita di masa mendatang. Apakah selisih itu mendekati rencana, jauh di bawah rencana atau melesat diatas rencana. Itu yang perlu kita buktikan di kemudian hari dengan waktu yang kita miliki saat ini.


Mantan dekan saya pernah memberi nasehat ini ketika sambutan zaman saya jadi mahasiswa baru,

“Ketika kita memiliki keinginan kuat dan sedang mengarahkan diri menuju apa yang kita inginkan maka jangan heran jika energi bumi akan membantu kita mendorong terhadap titik yang kita ingin capai”

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact