Selasa, 05 April 2016

Irisan Zaman

Pekan lalu pada halaqah, kami membahas mengenai furu'iyah.
Datanglah pretest dadakan dari murabbi kami: "Kita sedang dihadapkan pada perbedaan-perbedaan saat ini. Bagaimana cara kalian menyikapi perbedaan?"
Tik tok tik tok tik tok (cuma terdengar suara detak jarum jam dinding)
" ... "
"Ya dengan tidak memprovokasi terjadinya perpecahan. Jangan saling melemahkan." jawab (sendiri) murabbi kami. *mungkin karena beliau sudah terlalu lama menunggu dalam diam kami heu*
"... (ngangguk-ngangguk)"
*Sebenarnya, ada salah satu contoh yang disebutkan apa yang dimaksud 'saling melemahkan'. Namun, alangkah lebih baiknya tidak saya sebutkan disini hehe. Takut, nanti tanpa sadar ternyata saya melemahkan, nah lhoh. Nggak boleh itu, nggak baik.*


Melihat keramaian berita tentang furu'iyah tiba-tiba tersadar bahwa diri ini hanya krucil kecil penjaga sendal yang asyik membaca buku ketika yang lain sedang syuro kali ya.
Betapapun ramainya berita di luar, kita tidak boleh terlalu lama terjebak dalam prasangka atau keinginan untuk berprasangka. Mari kembali pada kerja yang diamanahkan untuk kita.

Jika dipikir ulang, saya ini sering hadir diantara irisan zaman secara 'nanggung'. Tak cukup dewasa untuk memahami tanda-tanda, juga terlanjur lewat masa remaja untuk mengabaikan arus-arusnya.
Semoga ini berkah bukan musibah. Saya sering menggembirakan sendiri perasaan dengan; bahwa betapa banyak sosok 'nanggung' yang hadir di pentas irisan zaman kenabian dan dicatat dengan tinta emas peradaban. Saya berharap Allah beri saya dan orang-orang 'nanggung' lainnya quwwatun dan fahman sebagaimana sosok-sosok yang datang lebih dulu dari kami itu, meskipun kami tahu betapa jauhnya kapasitas kami dari mereka.

Di irisan zaman yang saya ditakdirkan hadir didalamnya ini, saya sering tak tahu harus berbuat atau bersikap seperti apa. Bekal saya tak banyak, senjata pun tak begitu tajam. Tapi bahkan sekecil semut pun mampu menjadi pemeran penting dalam kisah Sulaiman, Nabiyullah yang diberkahi ilmu dan kekuasaan; pikir saya.

Maka dengan segala ke-'nanggung'-an saya ini, mungkin sementara saya hanya bisa meratib mantra yang saya hafal untuk mengekalkan pertalian yang semakin rentan teriris zaman ini;
Ya Rabb, sesungguhnya Engkau Maha Tahu bahwa hati-hati kami bekumpul diatas kecintaan kepada-Mu, maka kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah kasih sayangnya, dan tunjukilah jalan-jalannya. 
Cukuplah satu doa yang terpanjat untuk semua yang di jalan dakwah dengan label apapun. Semoga hati kita senantiasa kuat untuk beramal menyelesaikan kerja-kerja dakwah yang tiada habisnya.



(Beberapa hari ini saya sedang getol nonton TV, terus TV juga lagi getol menontonkan FH dipecat partainya. Alhasil, getol dan getol lalu bertemu (?) Ah sudahlah)

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact