Senin, 08 Februari 2016

Bukan Permainan

Langit sedang manis-manisnya. Kulihat awan itu menyerupai tubuh anak-anak. Mereka sedang bermain ular naga panjang. Berputar-putar sambil bernyanyi. Terlihat beberapa dari mereka memasang wajah yang panik. Mungkin takut tertangkap di pelukan kedua temannya yang lain.

Ah, anak-anak. Kamu pernah bermain ular naga panjang sewaktu kecil kan, Dek? Waktu aku kecil dulu, aku selalu kalah, bermain apapun pasti aku kalah. Aku jadi malas bermain jadinya. Tapi Ibu bilang, itu karena aku memang memiliki sifat yang suka mengalah. Tapi kalah, dan mengalah itu kan beda, ya.

Oiya, aku jadi ingat, kemarin saat aku menjemputmu di kampusmu, aku melihat sepasang kekasih sedang bertengkar di sudut taman yang bangkunya lembab karena habis diguyur hujan. Mereka berbicara serius sekali. Si perempuan menangis, si laki-laki meminta maaf. "Kalau cuma main-main jangan sama aku!" kata si perempuan.

Laki-laki itu hanya nunduk. "Aku bukan wahana bermain," lanjut perempuan itu sambil menghapus air matanya dengan tangan kanannya. Si laki-laki menatap wajahnya sekali, lalu nunduk lagi.

Ah, aku nggak mau lihat lagi. Kuputuskan untuk pergi. Sudah dapat kutebak akhirnya paling begitu-begitu saja. Membosankan. Seperti pacaran pada umumnya. Datang, pergi, pacaran manis-manis, pas putus dimaki-maki.

Jadi, Dek, kamu jangan pernah main-mainin perempuan, ya. Siapa tahu perempuan-perempuan itu punya pikiran sama denganku. Bukan karena nggak mau jadi wahana permainan, tapi karena nggak suka bermain. Pasti dia yang kalah.

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact