Rabu, 10 Februari 2016

belajar dari "TERLAMBAT"

Mona : Besok kita ngumpul disini jam 05.30 wib ya. IN TIME!! Kalo ada yang telat, 1 menit push up 1 kali dan kelipatannya.

N : Iya jam 05.30 wib ya, nanti ada waktu toleransi keterlambatan. 10 menit.

Mona : Ha? Macam apa pun itu? kagak ada toleransi-toleransi keterlambatan. Yang namanya terlambat, walau itu kelebihan 1 detik dari perjanjian kita. Tetep namanya telat. In time!!! Awas kalian.

Semua : @$%*O)&^%$#@!?><:"}{+



***

R : Mon, sorry tadi gw blabliblublublu

Mona : Diem lu!! Salah mah salah aja, nggak perlu alasan


***

Mona : As, nanti aku jemput jam 18.15 wib ya. Kamu udah siap di depan kostmu jam segitu

A : Mbak ngga salah? Mulainya kan jam 18.30 wib belum lagi pada telatnya

Mona : Engga kok. Jam 18.15 wib ya, inget

(sampailah kami di tempat tujuan)

A : tuh mbak. Aku bilang juga apa. Kita tuh bakal kecepetan datengnya. Orang ruangannya aja masih dikunci gini...

Mona : nggak apa-apa. Kita tunggu di luar (ruangan) *duduk bersila sembarangan di beranda*. Ketika pakai mulut udah nggak mempan, maka coba kita contohkan. Semoga dengan melihat kita gini, yang lain jadi malu dan sadar kalau udah 'jadi' kayak kita gini, hal kecil seperti telat gini harusnya sudah terselesaikan sejak lama. Lebih baik kita menunggu daripada membuat orang lain yang menunggu.

(saat jam menunjukkan tepat di angka jam perjanjian kita. Teman-teman saya pasti sudah hafal bahwa saya akan spamming di grup untuk menghitung jam setiap menitnya) 


-----------------------------------------

Saya dulu juga orang yang jauh lebih parah telatnya dari telatnya orang-orang yang saya temui di atas. Tapi, sejak suatu keterlambatan saya kala itu memberikan dampak buruk bagi saya pun orang lain, saya berjanji untuk mengubah kebiasaan terlambat saya. Beberapa contoh kejadian yang saya alami di atas, sikap saya yang seperti itu, saya hanya tidak ingin orang lain mengalami penyesalan seperti yang pernah saya alami akibat keterlambatan dahulu kala.

Saya selalu memperlakukan atau bersikap ke orang lain seperti apa yang saya inginkan orang lain untuk perlakukan pada diri saya. Sekarang pun, pada beberapa kesempatan jika saya terlambat, bukan alasan keterlambatan yang saya kemukakan pertama kali saat sampai di tempat tujuan. Saya tidak akan menceritakan kendala-kendala apa saja yang menjadikan saya telat. Apa gunanya (?). Saya salah, karna terlambat (titik).

Saya agak sedikit terobati rasa kesalnya jika melihat teman yang terlambat merasa bersalah, lari tergopoh-gopoh, yaaa itu akan SEDIKIT meredakan omelan saya ke dia. Tapi tak jarang saya menemui orang yang sudah terlambat, jalannya lamban ketika mata saya berhasil menangkapnya, dan ada juga yang berkata, "Hehe. Maklum, Indonesia. Jam karet." Waduhhh, cari masalah ini orang-orang macam begini, bosan hidup mungkin dia. Serasa ingin saya tarik lehernya pakai tali tambang -_- pakai nyalahin Indonesia segala lagi. Hey! kamu yang terlambat. Bukan Indonesia yang salah.

Disadari atau tidak, habit yang negatif macam begini nih yang menyebarkan virus penyakit tanpa disangka-sangka. Sederhana, tapi imbasnya subhanallah. "Ah, datang telat aja lah. Yang lain juga pasti telat." Saya, saya nggak mau jadi salah satu virus penyakit. Walaupun jadi minoritas itu sangat amat menyedihkan sih huhu.

Saya juga sering menjumpai kenyataan bahwa jika acara dindur pembukaannya karena MENUNGGU orang-orang yang TERLAMBAT. "Acaranya jangan dimulai dulu ya, orangnya masih sedikit."
Ha? Hallo?? Kenapa justru kita harus menunggu orang yang terlambat sih... Orang yang sudah ada ditempat dari tadi, yang sudah in time, kenapa malah dikalahkan hanya untuk orang-orang yang sebenarnya bersalah (terlambat). Ini malah kesannya 'orang benar harus mentolerir orang yang salah'. Sederhana lagi kan rasanya? Tapi imbasnya besar.

Pernah saya men-skip sesi sambutan ketua lembaga saya pada pembukaan acara penting dan cukup besar. Karena beliau terlambat. Bodo amat!! Ini aturan berlaku untuk siapapun, dimanapun. Beliau sudah menjanjikan jam tertentu, tapi hingga waktu yang dijanjikan beliau belum nampak batang hidungnya. Show must go on, ingat, kita yang tepat waktu tidak seharusnya menunggu yang tidak tepat waktu.
Berjanji itu tidak asal mengucapkan. Ketika ada kemungkinan kita tidak bisa, maka lebih baik kita tidak menyanggupinya sejak awal. Atau, jikapun kita sudah menyanggupinya (walaupun itu serasa sangat rentan untuk terlambat) maka persiapkan usaha terbaik agar kita bisa menepati janji kita tersebut (dalam hal ini janji untuk tidak terlambat, maka usahakan hal-hal yang lebih optimum dari usaha-usaha ketidakterlambatan kita sebelum-sebelumnya. Misal yang awalnya bangun jam 4.30 wib dan itu rawan untuk terlambat datang ke suatu janji, maka bangunlah lebih pagi dari itu. Sikap preventif lah istilahnya).

Kamu, jangan sampai terlambat datang ke hidup saya ya, saya tidak suka *egubrak
Jadi, kesimpulannya: banyak yang bisa kita pelajari dari 'terlambat'. Udah gitu aja

"Ketika salah, kita tak perlu mencari-cari alasan atau pembenaran. Pun jika perlu melakukan penjelasan, lakukan dengan elegan, jujur, dan konsisten. Karena penjelasan yang plin plan hanya akan menjatuhkan kredibilitas kita. Yang terpenting dan wajib adalah, tawarkan pemecahan untuk perbaikan, dan action plan ke depannya. Jadi tidak minta maaf dengan cuma-cuma."

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact