Selasa, 26 Januari 2016

Makhluk Sosial = Manusia

Perlahan saya mulai berlapang dada dan mengambil hikmah dari fase yang saya jalani saat ini hehe *edisi waras*. Ternyata jika kita mau membuka mata (hati), Allah tebar-tebar hikmah di jalan yang kita lalui.

Saya ini orangnya (sok) iye banget, (sok) bisa melakukan semuanya sendiri. Ga jarang hal itu yang membuat saya berpotensi untuk menjadi orang yang menyebalkan bagi orang lain dan membuat susah diri saya sendiri sih *nangis di pojokan kamar*. Andai saja kalian tahu alasan saya tidak meminta tolong (lebih ke arah merepotkan) adalah karena saya tidak mau membebani kalian teman-teman *ekspresi ftv*.

"Heh Monce. Lu tuh orang ga sih. Lu anggep kita apa ha?! Sakit sampe gitu ga ngomong-ngomong."

"Lu yakin ga butuh bantuan? Lu yakin mau ngerjain itu sendiri? Sampe akhir hayat lu juga ga kelar-kelar."

"Serah lu deh!! Lu pikir lu orang paling hebat di dunia? Ga butuh orang lain?!."

"Mon, kok ga cerita-cerita ke kita sih :( . Kita free kok. Kita ke rumahmu yaaa.. kita selesein masalah ini bareng-bareng."

"Curang banget sih!! Lu pengen dapet pahala sendirian apa? Lu cuma mau nolong doang, giliran ditolong aja sok kuat banget. Ga mau bagi-bagi pahala lu?" *ngomong dalam hati: ini pakai ngomongin pahala segala. Sok luuuu -,- (kalau orangnya tau ternyata hatiku ngomong gitu, matik lah habis ini dihajar hiks)*

dannnn biasanya masih banyak hujatan-hujatan lainnya ke saya. Sering. Berkali-kali momen. Hmmm. Paittt paitttt. Hiks.
Sampai pada akhirnya Allah kasih kondisi yang emang bener-bener ga bisa saya atasi sendiri. Berlarut-larut lamanya kondisi tersebut.

Saya ingat cerita di zaman Rasulullah yang sangat sangat terkenal, saat seorang bertanya kepada Amirul Mukminin Sayyidina Ali bin Abi Thalib;

“Ya Ali, kulihat sahabat-sahabatmu begitu setia sehingga mereka banyak sekali, berapakah sahabatmu itu?”
Imam Ali menjawab, “Nanti akan kuhitung setelah aku tertimpa musibah”

Allah itu selalu memberi saya lebih dari apa yang saya harapkan *netes-netes*. Ketika di kondisi yang saya sebutkan di atas tadi. Saya memaksa diri ini untuk mencoba 'mengetuk' teman-teman saya. Dan masyallah... sungguh ternyata mereka adalah orang-orang dengan ketulusan hati yang Allah kirim untuk saya :') berbondong-bondong mempermudah jalan saya dengan bantuan-bantuan mereka baik support, tenaga, pikiran, dan yang pasti doa diam-diamnya. Mereka selalu ada untuk saya, saling bergantian membantu saya.

Sore ini saya kembali mengetuk seorang teman. Namanya Revi, dia selalu menyebut dirinya ingusan... di akhir texting kami dia nulis
"Setiap hamba Allah sudah seharusnya saling membantu kan, Bund"


You teach me something, Rev. 'SALING', iya saling... itu yang selama ini luput dari perhatian saya. Hak orang lain untuk membantu sesamanya yang sering saya lupakan (atau bahkan saya tutupi jalannya).
Mungkin kamu emang anak ingusan, Rev. Tapi sore ini ya ingusmu itu yang ngajarin saya sesuatu hal krusial :')

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact