Selasa, 07 April 2015

Proses Mengkhatamkan Hidup dengan Kepura-puraan

Banyak pelajaran yang saya dapat 2 bulan terakhir..hehe, ALhamdulillah. Tapi yang kadang membuat berpikir ulang adalah 'pembelajaran tidak mesti melalui cara yang membahagiakan', seperti sekarang yang saya alami. Pura-pura bahagia itu melelahkan, pura-pura kuat untuk diri yang rapuh itu menyakitkan, pura-pura baik-baik saja itu membosankan, pura-pura menyemangati dan menguatkan padahal dirimu sebenarnya orang yang sedang butuh hal itu adalah menyebalkan. Kadang saya bertanya dalam hati sih, 'lha kok kesini makin hidup dalam kepura-puraan ya, Mon?' Entahlah... saya seperti tidak punya pilihan. Saya seperti dibentuk untuk menjadi sosok yang seperti tadi diutarakan... ada banyak hal yang harus sekuat tenaga saya jaga di balik kepura-puraan tersebut. Yaaa kadang kalau sudah capek, diri saya mencari pembenaranya sendiri atas kepura-puraan yang dilakukan, 'hikmahnya, jadi bisa memberi kemanfaatan untuk orang lain'.
Bahkan untuk hanya sekedar menuliskan hal ini disini, saya takut haha. Saya pikir, sajadah lah yang selama ini menampung semua hal kelemahan saya. Akhirnya berani post ini cuma untuk pembelajaran kepada yang lain saya, 'sehebat apapun kamu, ga ada yang bisa dipungkiri bahwa kamu manusia biasa, yang kadang berada di titik terbawah. Harusnya bukan kepura-puraan yang kamu pilih dalam kondisi seperti itu'.

- Bahkan yang "terlihat" kuat pun "harus" ada yang menguatkan. Bahkan yang "terlihat" semangat pun "harus" terus disemangati -

8 April '15, Ruangan Perenungan.
Salam, dari saya yang L-E-L-A-H.

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact