Dulu, nama besar kampus disebabkan oleh karena kehebatan
mahasiswanya. Sekarang, mahasiswa justru ingin hebat karena nama besar
kampusnya. Memang tak semua, tapi ini fakta. Ada
di sekitar kita. Berjuang untuk memenuhi standar kualitas kampus supaya
bisa duduk di salah satu bangku yang dimilikinya, untuk kemudian
tersadar, “Ah.. aku bisa masuk kemari, tapi tolong! Bagaimana cara
keluarnya?” Hehehe.
Maaf ya. Saya jadi merasa bersalah. Bersalah karena mengawali tulisan ini
dengan pesimis.
Kalau saya bangun tidur, saya suka bercermin, dan di cermin itu saya
melihat wajah sendiri. Ini tentu berbeda kalau orang lain yang
bercermin. Pastilah yang ada di cermin itu jadi bukan wajah saya, tapi
wajahnya. Tapi wajah siapapun itu, jika ia mahasiswa seperti saya..
sesungguhnya kita melihat hal yang sama. Ya, disana ada wajah seseorang
yang di masa depan memiliki kesempatan sama untuk cemerlang, penuh
karya, dan membanggakan keluarga, hingga negara. Kenapa jauh-jauh harus membanggakan negara? Lho, bukankah impian itu jangan tanggung-tanggung.
Masa-masa sebagai mahasiswa, adalah masa-masa paling leluasa untuk
mengeksplorasi banyak hal. Eksplorasi kecerdasan dengan berbagai ilmu
pengetahuan. Eksplorasi pengalaman dengan menembus berbagai batas
ketakutan yang menjelma jadi kemampuan. Eksplorasi jiwa dengan memahami
bahwa tak semua perjuangan berbuah seperti yang diharapkan, sehingga
menjadikan diri semakin lapang dan bijaksana. Juga eksplorasi hati
dengan berbagai luka yang dihadirkan untuk mendewasakan.
Kita ada disana, sebagai mahasiswa, bukan sekedar dipersiapkan untuk
menjadi sumber daya manusia yang kelak akan manggut-manggut pada atasan.
Bukan itu. Masa-masa itu mempersiapkan kita supaya bisa menghasilkan ide dan gebrakan, agar
bisa membuat banyak terobosan, dengan tetap rendah hati dan rangkaian
perilaku baik lainnya. Ah, apalagi kalau masa-masa itu cuma dipakai
untuk menyesal karena ingin hebat sebab terpana pada nama besar kampus,
bukan punya misi untuk menghebatkan nama kampus sebab kehadiran kita
disana. Misal ingin kuliah di Institut Teknologi XXX . Terserah jurusannya apa, yang penting Institut Teknologi XXX. Padahal hasratnya bukan di teknik. Duh.
Tahukah, setiap pola berulang yang saya dan kamu lakukan di kampus
sebagai mahasiswa selama bertahun-tahun, kelak ketika kita berganti
peran dan terjun ke masyarakat, kita akan memperkuat pola itu. Jadi
kalau sudah punya kebiasaan berharap pada nama besar kampus untuk
bermasa depan baik namun mengorbankan hasrat diri yang sesungguhnya
bukan bermisi memperbesar nama kampus karena kehebatan kita, maka akan
begitu pula polanya di ruang lingkup yang lebih besar.
Saya berpikir begitu karena saya tahu, dan lebih daripada itu.. saya
meyakini, bahwa jauh lebih mulia sibuk memberi, daripada menerima. Dan
kelak di masa yang lain, yang bukan kehidupan, kita pun tidak akan
dihampiri pertanyaan, “Apa saja yang sudah kau terima?” melainkan “Apa
saja yang sudah kau berikan dengan semua potensi yang sudah
diberikan-Nya?” Dalam sekali bukan.
#bergerak
#bergerak
0 komentar:
Posting Komentar